KontraS Khawatir Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan Berakhir di Dua Pelaku

Merdeka.com - Peneliti KontraS, Rivanlee Anandar menilai, apa yang diucapkan oleh salah seorang pelaku penyiraman air keras terhadap Penyidik Senior KPK Novel Baswedan sebagai pengkhianat, mirip dengan pola atau narasi saat Pollycarpus ditangkap karena telah membunuh aktivis HAM Munir, pada 2004 lalu.
"Yang perlu digarisbawahi lagi, kan saya sudah lihat juga pernyataannya pelaku dia bilang Novel itu pengkhianat, terus dia bergerak atas inisiatif sendiri. Nah penyebutan itu, pola yang sama persis ketika Pollycarpus ditangkap. Waktu kasusnya Munir, Pollycarpus ditangkap dia bilang ini atas inisiatif sendiri juga. Padahal di laporan tim pencari fakta mengatakan hal yang lain," kata Rivanlee saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Minggu (29/12).
Dengan adanya kemiripan pola atau narasi tersebut, ia menduga ada aktor lain dibalik penyiram air keras terhadap Novel yang sengaja dilindungi oleh RB dan RM.
"Nah dari pola-pola yang sama persis, narasi-narasi lama yang dipakai, kita menduganya ada tokoh-tokoh besar atau orang-orang besar yang memang dilindungi sama pion-pion itu," ujarnya.
Menurutnya, apabila memang benar pelaku beraksi atas inisiatif sendiri maka polisi dikhawatirkan tidak akan meneruskan atau mengungkap kasus tersebut.
"Iya itu bisa (pelaku punya dendam sama Novel), cuma kalau dia menyebutnya inisiatif sendiri artinya beres itu kasus. Nah argumen bahwa ada tokoh di belakangnya, itu tidak bisa diungkap lagi. Coba ini ada pelaku polisi aktif ditangani oleh polisi, didampingi oleh polisi. Model keterbukaannya hanya ada di pengadilan, kejanggalan-kejanggalan hanya ditemukan di pengadilan. Tapi selama proses di kepolisian, yang tahu hanya polisi," ungkapnya.
Rivan menambahkan, apabila polisi menerima argumen dari pelaku, maka kasus tersebut hanya berhenti kepada dua orang itu saja. Namun, Koalisi Masyarakat Sipil menilai, ada orang lagi di balik penyiraman air keras kepada Novel.
"Khawatirnya koalisi masyarakat sipil itu, ketika pelaku menyebutkan inisiatif sendiri artinya kalau polisi menerima argumennya begitu saja. Artinya kasusnya cenderung ditutup, karena dijawab dengan inisiatif sendiri. Sementara, temuan-temuannya koalisi masyarakat sipil mengatakan bahwa ini masih ada orang di belakang yang lebih besar," ujarnya.
Diduga Pasang Badan
Rivan juga mempertanyakan status keaktifan dua pelaku tersebut. Apakah keduanya bertugas seperti biasa atau tidak. Dia menduga keduanya hanya pasang badan.
"Perlu diperdalam apakah yang bersangkutan aktif di kepolisian atau tidak, maksud saya dia secara status aktif, tapi bekerja secara biasa atau tidak. Nah ini yang perlu diperdalam dari kepolisian itu sendiri," ujarnya.
Jika memang kedua pelaku tersebut bekerja seperti anggota polisi lainnya, Rivan mempertanyakan pimpinan kedua pelaku tak mengetahui perbuatannya anggotanya tersebut.
"Kedua, kalau dia berkerja seperti biasanya, kok bisa atasannya itu tidak tahu selama dua setengah tahun lebih, padahal yang bersangkutan ada di situ. Dan kenapa ujuk-ujuk dua setengah tahun dia baru menyerahkan diri atau ditangkap," ujarnya.
"Nah ini kan kemungkinan bahwa seolah-olah yang bersangkutan dia untuk pasangan badan untuk melindungi orang-orang yang ada di belakangnya, mungkin yang lebih besar," sambungnya.
Ia pun menyebut, kasus Novel bukan merupakan kasus tindak pidana yang biasa saja. Ia beranggapan kalau kasus Novel merupakan kasus yang high politic.
"Nah kalau kasus Novel harus dilihat secara komprehensif, dilihat ini bukan kasus pidana biasa. Makanya dari awal kontras selalu mengatakan kalau kasus Novel ini kasus yang high politic. Dia bukan perkara ada orang kesel, terus dia nyiram mukanya Novel, enggak kayak gitu," sebutnya.
Ia pun menilai, kasus penyiraman terhadap Novel bukan hanya dilakukan oleh RB dan RM saja. Ia menduga ada pelaku lain yang terlibat dalam kasus penyiraman terhadap Novel.
"Tapi ini harus dilihat, jangan-jangan dua orang ini adalah martir semata untuk menutupi pelaku-pelaku besar di belakangnya, tugasnya polisi harus mendalami," ungkapnya.
Sketsa Wajah Berbeda
Lalu, terkait sketsa wajah yang berbeda dengan pelaku penyiram terhadap Novel yang sudah tertangkap. Ia tak ingin pelaku yang ditangkap polisi ini hanya untuk menjawab pernyataan presiden saja.
"Yang kedua, sketsa-sketsa yang sudah tersebar, itu kan berbeda juga. Jangan sampai ujuk-ujuk ini semata-mata hanya menjawab pernyataan presiden bahwa pelaku penyiram Novel akan diungkap beberapa hari lagi, jangan sampe orang-orang ini atau pion-pion ini ada untuk melindungi orang-orang di belakangnya," jelasnya.
Rivan meminta, agar Polri tak hanya berhenti terhadap dua orang tersebut saja dalam menangani kasus penyiraman air keras terhadap Novel.
"Iya dan prinsip transparansi dan akuntabilitasnya memang harus dipegang betul oleh polisi," tutupnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya