Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Malam puncak Cap Go Meh, 80 ribu warga Tionghoa serbu Pulau Kemaro

Malam puncak Cap Go Meh, 80 ribu warga Tionghoa serbu Pulau Kemaro Pawai budaya tionghoa. ©2013 Merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Dijadwalkan malam ini merupakan puncak perayaan Cap Go Meh di Palembang. Diperkirakan, sebanyak 80 ribu umat Tridharma di Palembang akan memadati Pulau Kemaro, tempat perayaan.

Ketua Panitia Cap Go Meh, Husin Chandra mengungkapkan, pengunjung dipastikan tak akan datang dari Palembang saja, tetapi juga pengunjung asal beberapa negara di Asia, seperi Malaysia, Hongkong, Singapura dan China.

"Malam ini puncak Cap Go Meh. Tahun lalu ada 70 ribu, malam ini diprediksi bertambah jadi 80 ribu pengunjung," ungkap Husin, Selasa (3/3).

Agar lebih meriah, panitia mempercantik Pulau Kemaro dengan pemasangan dua ribu lampion. Selain itu, sejumlah stan yang diisi oleh pedagang juga sudah ramai. Ada yang menjual makanan, pernak-pernik aksesoris, mainan anak-anak hingga baju yang bergambar Pagoda Pulau Kemaro.

Untuk memudahkan masyarakat menuju Pulau Kemaro, panitia menyiapkan jembatan apung sepanjang 200 meter dari seberang pulau (eks Pabrik Intirub) melewati gudang PT ISM Bogasari. Disiapkan juga 15 unit tongkang gandeng gratis yang berangkat dari Kelenteng Hong Tiong Bio di Jalan Sayangan menuju Pulau Kemaro, yang ditempuh melalui Sungai Musi selama 45 menit.

"Semuanya sudah siap. Pengunjung bisa berangkat pakai tongkang, perahu, atau bisa lewat darat melalui jembatan apung yang dibangun," kata dia.

Dijelaskannya, tradisi perayaan Cap Gomeh di daratan Tiongkok adalah hari muda-mudi cari jodoh, zaman dulu anak perempuan tidak boleh keluar rumah, hanya saat perayaan Cap Gomeh baru diizinkan boleh bertemu dengan anak laki-laki untuk saling mengenal.

Nah di Pulau Kemaro ada kisah atau cerita untuk peruntukan jodoh, maka setiap perayaan Cap Gomeh datang ke sini memohon supaya dipertemukan jodoh. Di Pulau Kemaro ada pohon cinta, kalau menulis nama pria idaman maka hubungannya akan menjadi langgeng dan menjadi jodoh.

Menurut legenda, Tan Bu An terjun ke Sungai Musi mencari guci yang dikira sawi asin berisikan emas pemberian orangtuanya, setelah mempersunting putri Palembang bernama Siti Fatimah.

Setelah melihat kekasihnya tak kunjung muncul ke permukaan sungai, sang putri ikut terjun ke Sungai Musi dan hingga sekarang kedua sejoli itu tak pernah terlihat lagi.

Dari tempat dua sejoli ini terjun, maka munculah Pulau kecil yang tak tenggelam saat Sungai Musi airnya pasang sekalipun, sampai sekarang dikenal dengan nama Pulau Kemaro.

Menurut Candra, tradisi serta legenda inilah menjadikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat Tionghoa di Kota Palembang maupun dari penjuru Tanah Air bahkan luar negeri seperti dari Singapura, Malaysia dan Hongkong untuk merayakan Cap Gomeh di Pulau Kemaro.

Terlebih lagi di Pulau Kemaro selain kelenteng, juga terdapat pagoda setinggi 45 meter menjadi destinasi wisata yang dicanangkan pemerintah sebagai ajang promosi Kota Palembang.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP