Massa aksi 96 dengarkan tausiah & bubuhkan tanda tangan bela ulama

Merdeka.com - Massa aksi bela ulama 96 mulai memenuhi pelataran Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Mereka antusias mendengarkan tausiah dari atas mobil komando di luar masjid.

Pantauan merdeka.com di lokasi, aksi ini dimulai pukul 13.30 WIB. Sekitar 500 orang telah berkumpul dekat mobil komando di luar Istiqlal, Jumat (9/6).

"Kami tidak gentar membela ulama, kami tidak rela ulama dikriminalisasi, ulama yang selama ini jadi panutan kita, memberikan banyak ilmu kepada umatnya sekarang dikriminalisasi, kami tidak terima," ucap Deni, salah satu massa dari Cempaka Putih.

Menurut salah satu koordinator dari atas mobil komando aksi ini merupakan aksi untuk melawan jika ada yang kriminalisasi ulama.

"Mari seluruh umat, kita jangan diam saja, kita satukan barisan untuk melawan jika ada yang mau mengganggu ulama kita, ulama panutan kita jangan sampai ini terus dibiarkan, mari kita lawan, takbir!!! ," tegasnya dari atas mobil komando.

Massa juga membubuhkan tanda tangan di kain yang disediakan pihak panitia. Tanda tangan tersebut merupakan petisi dalam rangka aksi bela ulama yang selama ini telah dikriminalisasi.

"Kami tidak setuju dengan kriminalisasi terhadap ulama, dia adalah panutan kita, banyak memberikan ilmu kepada kita, tidak sepatutnya para ulama dilecehkan dengan kriminalisasi tersebut," imbuh salah satu peserta aksi, Dwi, warga asal Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (9/6).

Dalam petisi tersebut banyak warga yang membubuhkan tanda tangannya sambil menuliskan pesan bahwa tetap akan bela Islam dan ulama, serta tidak setuju dengan kriminalisasi terhadap ulama.

Pantauan merdeka.com di lokasi, warga antusias menandatangani petisi tersebut, mereka saling antre satu sama lain untuk bisa membubuhkan tanda tangan di kain berwarna putih tersebut.

Seperti diketahui massa alumni aksi 212 menggelar aksi bela ulama 96 di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Menurut mereka aksi hari ini merupakan silaturahmi akbar umat Islam yang ikut serta dalam aksi 212 lalu, sekaligus bersatu dan menolak terhadap kriminalisasi terhadap ulama. (mdk/did)