Mayoritas warga khawatir dengan intoleransi di sepanjang Pilgub DKI
Merdeka.com - Populi Center mencatat sebanyak 71 persen warga DKI Jakarta merasa khawatir dengan sikap intoleransi yang terjadi sepanjang Pilgub DKI. Bahkan, perpanjangan masa kampanye bagi para calon Gubernur tidak banyak berkontribusi dalam pendidikan politik masyarakat.
"Yang ada malah masyarakat makin intoleran dengan memainkan isu SARA yang mengkhawatirkan," kata Peneliti Populi Center, Usep S Ahyar dalam sebuah diskusi di Kantor Setara Institute, Jakarta, Kamis (23/3).
Bukan hanya itu, Usep mengatakan sepanjang masa kampanye berita bohong atau hoax banyak dimunculkan ke media sosial. Termasuk, munculnya sebuah opini yang dimainkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menarik kepercayaan masyarakat.
-
Apa saja isu di Pilkada DKI 2017? Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama, etnis, dan kebijakan publik.
-
Apa isi fitnah yang disebarkan? Ia mengungkapkan kata-kata mengenai anak-anak kulit hitam yang “tidak tahu berterima kasih“, seperti dikutip dari The Guardian dan The New York Times, Senin (6/5). Selain itu, rekaman dari AI tadi juga berisi kata-kata: “Dan jika saya harus mendapat satu lagi keluhan dari satu lagi orang Yahudi di komunitas ini, saya akan bergabung ke pihak lain.“
-
Mengapa pelanggaran pemilu seperti menyebar hoax berbahaya? Pelanggaran kode etik pemilu dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti penyebaran berita palsu atau hoaks, intimidasi terhadap pemilih, pencurian atau manipulasi suara atau penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan politik.
-
Siapa yang dituduh menyebarkan hoaks? Berita tersebut diklaim sebagai berita asli Liputan6.com, namun setelah ditelusuri ternyata berita tersebut tidak ditemukan di situs Liputan6.com.
-
Siapa yang dikritik Golkar soal Pilgub DKI? Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menyindir, Anies Baswedan yang tengah mempertimbangkan maju kembali di Pemilihan Gubernur Jakarta.
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks? “Itu juga akun medsos (media sosial-red) yang menyebar bukan akun medsos resmi milik BP2MI, itu akun yang sengaja dibuat-buat untuk menyebar informasi hoax dan penipuan,“ tegasnya.
"Makanya saya pernah bilang memperpanjang kampanye, sama dengan memperpanjang tawuran," ujarnya.
Usep menambahkan, jelang putaran dua Pilgub DKI politik identitas pun semakin menguat. Hal itu terbukti dari adanya imbauan-imbauan kepada warga untuk memilih pemimpin berdasarkan identitas agama.
"Padahal kan dalam bernegara agama tertentu tidak ada hirarki, datanya nominal kalau dalam bahasa statistik," ucap dia.
Sementara itu, peneliti Setara Institute Bonar Tigor Naipospos mengatakan bila semua temuan itu menunjukkan adanya pergeseran sosial di Jakarta. Menurut dia, warga DKI mulai tutup mata soal keberagaman di Indonesia.
"Warga mestinya sadar keberagaman adalah keniscayaan. Makanya kenapa ada Bhinneka Tunggal Ika," pungkas Bonar.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sandi berharap kepada masyarakat dan media sama-sama memonitor jalannya penuntasan perkara Vina
Baca SelengkapnyaPKB Bicara Peluang Tiga Poros Koalisi di Pilgub Jakarta, Ini Bocoran Peta Politiknya
Baca SelengkapnyaMasyarakat sudah seharusnya antusias dalam mengikuti momen Pilkada 2024 ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tanpa hoaks politik, tanpa isu sara dan politik identitas merupakan salah kunci suksesnya Pilkada yang aman, damai dan sejuk.
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaPenyelidikan setelah video pengobatan ZN viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaKeberadaan makam keramat palsu ini sempat viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaMasa depan Banten ke depan sangat ditentukan oleh pilihan masyarakat yang memiliki sikap kritis atas realitas masa lalu dan saat ini.
Baca SelengkapnyaPeristiwa miris tersebut viral di media sosial. Sang ibu yang sudah waktunya melahirkan malah ditolak ditangani oleh bidan desa
Baca Selengkapnya