Memahami Metode DSA 'Cuci Otak' Terawan dari Sudut Pandang Ilmu Kedokteran
Merdeka.com - Bekas Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, menjalankan terapi Brain Washing atau cuci otak melalui metode Digital Substraction Angiography (DSA). Terapi ini diklaim bisa menyembuhkan pasien dari sakit yang diderita.
Dokter lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Windhu Purnomo mengatakan, terapi cuci otak yang dilakukan Terawan belum memiliki riset. Mantan Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto itu hanya mengandalkan disertasinya pada tahun 2016.
"Jadi artinya tidak bisa diterima dong. Itu 2016 disertasinya dan dinyatakan dia lulus. Ya enggak apa-apa dia lulus. Tapi disertasi itu belum membuktikan bahwa ini memang terapi yang sudah bisa digunakan," katanya saat dihubungi merdeka.com, Kamis (7/4).
-
Apa saja yang dilakukan Dokter Terawan? 'Prof Terawan Hanya melayani Tindakan Digital Substraction Angiography (DSA), dan Immunotherapy Nusantara,' kata Okta.
-
Kenapa Dokter Terawan jadi sasaran hoaks? Nama mantan Menteri Kesehatan Dokter Terawan Agus Putranto kerap kali menjadi sasaran berita bohong atau hoaks.
-
Siapa yang mempromosikan obat dengan mencatut nama Dokter Terawan? Salah satunya, terkait iklan yang mencatut nama dokter Terawan sedang mempromosikan obat di media sosial.
-
Apa yang terjadi pada dokter Aulia Risma? Kasus kematian mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) dokter Aulia Risma Lestari menjadi perbincangan hangat masyarakat luas.
-
Apa yang dilakukan Dr. Utarini? 'Saya bangga menulis tentang karya Dr. Utarini untuk #Time100 tahun ini. Saya harap Anda menganggapnya sama menginspirasi seperti saya,' Siapa Dr. Adi Utarini Itu? Ia adalah ilmuwan asal Indonesia yang berikhtiar secara terus menerus melalui penelitiannya tentang nyamuk Wolbachia.
-
Siapa dokter Prabowo? 'Saya ucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT beserta ucapan terima kasih kepada tim dokter yakni Brigjen TNI Purn dr. Robert Hutauruk, Kolonel dr. Sunaryo, dr. Siska Widayati, dibantu dengan dr. Thomas dan seluruh perawat serta para tenaga medis di RSPPN Sudirman atas keberhasilan tindakan operasi besar yang dilakukan kepada saya,' tulisnya, demikian dikutip dari keterangan unggahan.
Disertasi Terawan memang membahas soal cuci otak melalui metode DSA. Namun, disertasi itu tidak membandingkan kelompok yang mendapatkan metode tersebut dengan lainnya atau plasebo.
Padahal untuk membuktikan metode terapi baru di dunia kedokteran, harus melewati tahap perbandingan antara satu kelompok yang sudah mendapatkan pengobatan dengan kelompok plasebo.
"Dia dalam disertasinya itu hanya melakukan satu grup saja, enggak ada pembanding. Itu yang dilakukan dalam disertasinya," jelasnya.
Metode Lama
Menurut Windhu, metode cuci otak Terawan sebetulnya sudah digunakan sejak lama. Hanya saja, DSA yang biasa digunakan untuk diagnostik atau mendeteksi penyakit. Caranya, dengan memasukkan heparin ke pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau pembekuan.
Umumnya, heparin digunakan untuk diagnostik pembekuan darah segar. Bukan untuk terapi stroke kronik.
"Tapi oleh dokter Terawan dilakukan. Dan belum ada bukti ilmiahnya, berguna enggak dengan biaya yang sangat mahal itu. Jadi artinya, kita belum tahu apa efek samping jangka panjang," ujarnya.
Windhu mengatakan, terapi cuci otak Terawan sudah diinvestigasi Satuan Tugas Penyelesaian Permasalahan Pelayanan Kesehatan yang dibentuk Kementerian Kesehatan pada 2018. Saat itu, Satgas merekomendasikan terapi menggunakan DSA tidak memiliki bukti ilmiah sehingga melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki) Pasal 6.
Menindaklanjuti rekomendasi tersebut, Kementerian Kesehatan meminta Terawan memberhentikan terapi DSA untuk menghasilkan uang. Hanya saja, terapi bisa dilakukan untuk pelayanan dengan riset pembanding.
"Ternyata ditunggu-tunggu itu belum dilakukan sampai sekarang," kata dia.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terawan sebelumnya pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan periode 23 Oktober 2019 hingga 23 Desember 2020.
Baca SelengkapnyaTerawan Agus Putranto menjadi Penasihat Khusus Presiden di bidang kesehatan
Baca SelengkapnyaMengimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih berhati-hati
Baca SelengkapnyaKecerdikan Sardjito dalam membuat ransum melahirkan inovasi bernama 'Biskuti Sardjito'.
Baca SelengkapnyaSaat ini, polisi, pihak rumah sakit hingga Kemenkes sudah turun tangan menyelidiki penyebab pasti kematian Dokter ARL.
Baca SelengkapnyaMomen Kapolres Klaten bantu berikan terapi salah satu anggotanya yang mengalami sakit stroke.
Baca SelengkapnyaSukma atau akrab disapa Ujang, merupakan putra seorang polisi berpangkat Peltu
Baca SelengkapnyaKepala Rumah Sakit RSPAD Gatot Soebroto, Letnan Jenderal TNI Albertus Budi Sulistya buka suara terkait informasi tersebut.
Baca SelengkapnyaSeorang perwira TNI AD mampu pecahkan rekor menjadi lulusan tercepat saat menempuh pendidikan doktor di Universitas Airlangga Surabaya.
Baca SelengkapnyaKowad pertama yang berpangkat Jenderal TNI bintang dua
Baca SelengkapnyaSosok dokter berjasa di bidang kesehatan, pendidikan, hingga militer di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPresiden terpilih yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto baru saja menjalani operasi besar di RSPPN Sudirman.
Baca Selengkapnya