Memilih 'Imam' Jawa Timur, ini panduan kiai-kiai sepuh NU
Merdeka.com - Keprihatinan Wakil Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar tentang kader NU yang berebut 'Imam' di Pilkada Jawa Timur, dikuatkan ulama-ulama sepuh NU yang lain.
Menjelang coblosan Pilkada Jawa Timur 2018, beberapa kiai sepuh menitipkan pesan kepada warga Nahdlatul Ulama (NU), sebagai panduan memilih di TPS, Rabu 27 Juni nanti.
Panduan ini diberikan agar warga NU dapat memilih pemimpin Jawa Timur, yang benar-benar mampu membawa perubahan dan berpengalaman di pemerintahan.
-
Siapa yang berhak memilih pemimpin dalam Islam? Proses pemilihan pemimpin harus melibatkan konsultasi dengan anggota masyarakat.
-
Bagaimana cara memilih pemimpin yang adil dalam Islam? Keadilan: Pemimpin harus dikenal karena sikap adilnya dan harus mampu membuat keputusan yang tidak memihak dan berlaku adil terhadap semua orang, tanpa memandang status sosial atau latar belakang.
-
Siapa yang bisa menjadi pemimpin? Pemimpin adalah individu yang memiliki otoritas formal atau informal untuk memimpin dan mengarahkan orang lain dalam mencapai tujuan tertentu.
-
Gimana caranya memilih pemimpin yang baik? Cara memilih pemimpin yang baik pertama adalah dengan melakukan riset serta analisis pada calon pemimpin. Cari tahulah tentang latar belakang, pengalaman hingga visi misi calon pemimpin. Tak hanya itu, Anda juga perlu memastikan mengevaluasi kinerja dan rekam jejak calon pemimpin yang pernah dilakukan di masa lalu.
"Jika ada dua pilihan maka pilih pemimpin atau imam yang berpengalaman, amanah dan direstui para ulama dan kiai," kata KH M. Idris Hamid, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah dan Bayt Al Hikmah, Pasuruan, Sabtu (23/6).
Tadi siang, di depan ribuan warga Kota Surabaya, Wakil Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar menyampaikan rasa keprihatinan yang mendalam, karena ada 2 kader NU yang sedang berebut untuk menjadi pemimpin atau 'Imam' di Jawa Timur.
"Ini para kiai sepuh ada keprihatinan yang tinggi. Bahkan saya mau turun ke sini bersama panjenengan semua, mengungkapkan rasa keprihatinan itu, Terutama di lingkungan NU, belum pernah terjadi, khususnya di Jawa Timur. Rebutan kedudukan, royokan jabatan. Sampai-sampai yang satu sudah punya kedudukan, dilepas. Demi berebut dengan saudaranya," kata Kiai Miftahul.
Menurutnya, Calon Gubernur nomor 2, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, sudah disiapkan para kiai sejak 10 tahun lalu untuk menjaga kebatinan di Jatim.
Gus Ipul sowan ke KH M. Idris Hamid, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah dan Bayt Al Hikmah, Pasuruan ©2018 Merdeka.com
"Gus Ipul sejak 10 tahun lalu dipersiapkan para masyayikh (kiai) untuk menjaga suasana kebatinan di Jatim. Harusnya yang lain merasa mengerti, belum direstui NU. Yang lain belum izin, belum pamit, cobalah mengerti. Tidak perlu mengajak berrebut saudaranya sendiri, lalu dilihat orang banyak," tegas Kiai Miftahul.
Ulama-ulama sepuh NU di Jawa Timur, secara mayoritas telah beristikharah. Hasilnya, para ulama memilihkan Gus Ipul sebagai figur yang layak memimpin Jawa Timur, karena itu patut dipilih di TPS-TPS, pada 27 Juni 2018.
"Selain hasil istikharah para ulama, rekomendasi para ulama terhadap Gus Ipul juga didasari hasil pengamatan dari beberapa santri NU yang kini duduk di pemerintahan," kata Kiai Idris Hamid.
Selama 2 periode, Gus Ipul telah menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur, sejak 2008 hingga sekarang, mendampingi Gubernur Jawa Timur Pakde Karwo. Selama itu pula, Gus Ipul telah banyak belajar dan menyelami pemerintahan dan Provinsi Jawa Timur, dengan segenap karakteristiknya.
Gus Ipul sowan ke KH M. Idris Hamid, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah dan Bayt Al Hikmah, Pasuruan ©2018 Merdeka.com
Karena itulah, kata Kiai Idris, Gus Ipul sering dipandang sebagai sosok yang punya pengetahuan mendalam tentang Jawa Timur, sekaligus berpengalaman di pemerintahan provinsi ini.
"Gus Ipul satu-satunya santri NU yang dianggap mumpuni memimpin Jawa Timur," kata putera ulama kharismatik (alm.) KH Abdul Hamid dari Pasuruan itu.
Pendapat sama diungkapkan KH Marzuki Mustamar, Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Malang. Menurut ulama yang juga wakil Rois Syuriah PWNU Jawa Timur ini, secara syar'i, memilih pemimpin harus yang kuat.
"Kalau kamu merasa ada dua calon yang sama-sama NU-nya, maka pilihlah yang paling kuat fisiknya, apalagi Jawa Timur ini sangat luas," ujarnya.
Dia mencontohkan, jika ada bencana alam dini hari, misalnya, maka Gus Ipul tanpa pengawalan sekalipun bisa dengan leluasa untuk mengunjungi lokasi.
"Malam-malam kalau kita ketok rumahnya Gus Ipul tetap pantas untuk kita mintai bantuan," ujar Kiai Mustamar.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski istimewa, pasangan Anies-Cak Imin (Amin) tidak serta-merta mengantongi suara santri NU.
Baca SelengkapnyaAnies bahkan kalah dikenal jika dibandingkan Cak Imin di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaPrabowo tentunya akan mempertimbangkan masukan para kiai itu.
Baca SelengkapnyaMa'ruf Amin mengajak para Kiai, Nyai, para santri dan seluruh kader PKB se-Jawa Timur untuk bekerja keras memenangkan pasangan Luluk-Lukmanul di Pilkada Jatim
Baca SelengkapnyaDalam Islam, pemilihan pemimpin adalah proses yang sangat penting dan harus dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang sesuai dengan prinsip syariah.
Baca SelengkapnyaUskup Keuskupan Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo menyebut untuk memilih calon pemimpin berdasarkan hati nurani
Baca SelengkapnyaCak Imin menyinggung garis keturunan Hadi yang memiliki darah Kiai Besar dari Pondok Pesantren Miftahul Falah Bungkuk Singosari, Malang.
Baca SelengkapnyaPara Kiai dan Santri menyatakan deklarasi tak ada wakil NU lain di Pemilu 2024 selain Muhaimin Iskandar.
Baca SelengkapnyaMahfud mengatakan, para kiai memiliki pandangan politik yang berbeda-beda
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Cak Imin juga berkunjung ke kediaman pengasuh Ponpes Girikusumo, Demak Kiai Haji Munif Zuhri.
Baca SelengkapnyaPembacaan deklarasi dan dukungan disampaikan Pengasuh Pesantren Jamiatul Ikhwan KH Tb Khudori Yusuf di Kota Serang, Minggu (8/9).
Baca SelengkapnyaTerima Dukungan dari Kiai se-Mataram, Mahfud MD Singgung Tekanan Politik dari Aparat
Baca Selengkapnya