Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menengok Kegiatan Ospek Tanpa Kekerasan di UIN Makassar

Menengok Kegiatan Ospek Tanpa Kekerasan di UIN Makassar Ospek di Makassar. ©2019 Merdeka.com

Merdeka.com - Masa orientasi studi dan pengenalan kampus (Ospek) bagi mahasiswa baru di Makassar sebagian besar telah selesai sejak dua pekan lalu. Sementara di Bahkan sudah ada yang memasuki kuliah perdana, salah satunya Universitas Hasanuddin (Unhas).

Kepala Humas Unhas Ishaq Rahman mengatakan, ospek pekan lalu berlangsung selama empat hari. Dijelaskan, hari pertama pembukaan, hari kedua diisi oleh akademik fakultas, hari ketiga akademik prodi dan terakhir di hari keempat diisi oleh lembaga-lembaga kemahasiswaan.

"Tidak ada lagi kekerasan karena yang dikedepankan adalah wawasan akademik dan keilmuan," kata Ishaq Rahman kepada merdeka.com, Senin (2/9).

Adapun kampus yang baru ospek adalah kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar. Saat pembukaan, jajaran petinggi kampus hadir hingga Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah. Pertama diisi orasi ilmiah oleh Presiden Mahasiswa dari Dewan Mahasiswa UIN Alaiuddin, Junaedi. Selanjutnya ceramah ilmiah Nasaruddin Umar.

Junaedi mengatakan, ospek yang diikuti 5.398 peserta lebih mengutamakan pengembangan budaya akademik. Perpeloncoan dengan muatan kekerasan terhadap mahasiswa baru telah ditinggalkan.

"Sudah lama kita tinggalkan masa pengenalan kampus yang berbau kekerasan fisik sekitar tahun 2016 lalu. Bukan hanya soal kekerasan fisik, mengerjai maba dengan mengulum satu permen oleh banyak mahasiswa itu tidak ada lagi. Baik kekerasan fisik dan hal-hal yang menjijikkan, mengancam kesehatan tidak ada lagi," kata Junaedi.

Adapun soal jalan jongkok bagi mahasiswa dan mahasiswi sebagai hukuman bagi mereka yang terlambat, menurutnya masih batas kewajaran.

Sekjen Mahasiswa UIN Alauddin Aswar Asmar yang juga mahasiswa Fakultas Teknik mengungkap hal senada. "Tidak ada lagi itu. Kita sudah minimalisir sejak tahun 2017 dan insya Allah di tahun-tahun mendatang," kata Aswar Asmar.

Soal strategi untuk tidak kecolongan dari tindakan kekerasan iti, Junaedi menimpali, sejak persiapan penerimaan maba, para pengurus Senat Mahasiswa dan Dewan Mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Unit Kegiatan Komunitas (UKK) masing-masing melakukan pengawasan.

"Kalau ada juga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan berarti itu sudah di luar kemampuan kami," ujarnya.

Bania (18), salah satu mahasiswa bary jurusan Filsafat, Fakultas Ushuluddin mengatakan tidak merasa dibayang bayangi tindak kekerasan senior.

"Tidak ada ketakutan, itu mungkin dulu. Yang saya tahu, hanya pengenal kampus saja, tidak dipelonco. Saya harap itu benar-benar tidak ada," ujarnya.

Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin, Firdaus Muhammad mengatakan, orientasi pengenalan kampus di era dahulu yang disertai aksi fisik dengan tujuan penguatan mental sekarang tidak tepat lagi.

"Kita di kampus UIN, dinamakan PBAK atau Pengenalan Budaya dan Akademik Kampus. Titik tekannya adalah pengenalan budaya akademik tanpa kekerasan fisik," kata Firdaus Muhammad.

Orasi ilmiah yang mengisi pembukaan masa orientasi ini, imbuhnya, jadi bagian membangun budaya ilmiah.

"Terutama di kampus UIN lebih dikuatkan pemahaman dasar-dasar agama melalui iqra yang diintegrasikan ilmu yang didalami dalam perkuliahan nanti," ujarnya.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP