Mengenang Romo Mangun di bantaran Kali Code
Merdeka.com - Siapa tak kenal dengan YB Mangunwijaya (Romo Mangun), seorang arsitek handal yang terkenal dengan proyek sosialnya membangun rumah di bantaran Kali Code, Yogyakarta. 9 Februari lalu, para warga Kali Code berserta sejumlah aktivis mengenang Romo Mangun dengan menggelar Haul ke-15.
Meski kini Romo Mangun sudah tidak ada lagi, paling tidak ingatan tentangnya masih lekat di ingatan beberapa orang yang tinggal di Kali Code. Salah satunya adalah Slamet, penghuni pertama di bantaran kali.
Slamet menceritakan, dia masih kecil ketika pertama kali tinggal di bantaran Kali Code. Saat itu dia ingat hanya ada enam rumah di sepanjang bantaran kali yang membelah Yogyakarta itu.
-
Siapa yang tinggal di rumah dengan dinding bambu sebelum sukses? Dahulu, dia tinggal di rumah dengan dinding bambu, tetapi sekarang bersama Rizky Billar dan putranya, mereka tinggal di sebuah rumah megah layaknya istana.
-
Siapa yang membangun Rumah Rungko? Dulunya bangunan ini dulunya didirikan oleh seorang Raja Menggamat bernama Imam Hasbiyallah Muhammad Teuku Nyak Kuto yang merupakan keturunan pejuang Kluet Tgk. Imam Sabil yang berperang melawan Belanda saat itu.
-
Bagaimana Rumah Rungko dibangun? Rumah Rungko ini dibangun menggunakan kayu pilihan dan proses penebangannya memakan waktu hingga bertahun-tahun. Hal ini disebabkan masyarakat Kluet menggunakan parang untuk menebang pohon. Apabila parang tersebut terjatuh, maka tidak boleh dilanjutkan karena tidak diizinkan oleh Tuhan.
-
Apa yang dilakukan Gilang Gombloh untuk rumahnya? Dengan usaha kerasnya, ia berhasil melakukan renovasi total pada rumah orangtuanya. Bagian depannya terlihat indah dengan berbagai pot bunga yang menghiasi.
-
Dimana Temon membangun rumahnya? Jika Abdel tinggal di kompleks perumahan, rekan sejawatnya, Temon, memilih tinggal di sebuah kampung dengan halaman yang sangat luas.
-
Bagaimana kelomang berganti rumah? Kelomang memiliki kebiasaan berganti rumah dengan cara meninggalkan cangkang lama dan mencari cangkang baru yang lebih besar ketika ukurannya bertambah.
"Pertama kali di sini itu hanya ada enam rumah, kalau boleh disebut rumah, soalnya itu cuma dari triplek dan kardus. Salah satunya rumah orang tua saya," ujar Slamet saat ditemui di rumahnya di bantaran Kali Code, Rabu (12/2).
Kondisi rumah di bantaran Kali Code hanya seadanya, sampai akhirnya pada tahun 1983 Romo Mangun datang ke Code dan menggagas pembangunan rumah di bantaran.
"Tahun 83-an Romo masuk ke sini, dan mulai membuat dua rumah besar dengan sekat-sekat dan satu tempat pertemuan," kenang Slamet.
Dari rumah yang tidak tertata, Romo Mangun menyulapnya menjadi rumah yang terbuat gedek (anyaman bambu) dengan sekat bilik untuk tempat tinggal masing-masing keluarga.
"Satu rumah itu ada beberapa pintu sesuai sekatnya, ada sekitar 20-an sekat lebih," kata Slamet.
Untuk memperindah supaya tidak terlihat kumuh, ujar Slamet, rumah gedek tersebut digambari dengan mural-mural berwarna. Selain membangun rumah, Romo Mangun juga menggerakkan komunitas-komunitas untuk memberikan pendidikan di Kali Code.
"Dulu yang pertama kali sekolah formal itu cuma ada 4 orang di sini, salah satunya saya, yang lain tidak punya pendidikan, lalu di sini dibuat kelompok belajar untuk anak-anak. Saya juga sempat ikut kelompok belajarnya," jelas Slamet.
Meski kini Romo Mangun sudah tidak ada, warga di Kali Code tetap ingat sosok penerima Ramon Magsaysay Award pada 1996 itu. Perjuangan Romo Mangun membangun rumah untuk warga Code diceritakan terus menerus.
Meski sudah banyak warga pendatang baru, mereka tetap tahu bagaimana Romo Mangun memulai karyanya di Code.
"Sekarang sudah banyak pendatang, generasi juga sudah berganti, tapi biarpun nggak pernah ketemu Romo, warga sini tetap tau siapa Romo Mangun," ucapnya. (mdk/ren)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rumah adat dari Provinsi Sumsel ini berdiri di atas air tepatnya di pinggiran Sungai Musi, Sungai Ogan, dan Sungai Komering.
Baca SelengkapnyaIntip penampakan rumah mewah yang dimiliki oleh almarhum Gogon
Baca SelengkapnyaWalaupun sempat direnovasi pada tahun 2007, namun bentuk bangunannya tetap asli seperti awal dibangun.
Baca SelengkapnyaKini rumah ini menjadi sebuah museum yang bisa dikunjungi wisatawan secara gratis
Baca SelengkapnyaRumah Tuo Rantau Panjang jadi salah satu warisan nenek moyang Jambi 700 tahun silam yang masih bisa disaksikan hingga sekarang.
Baca SelengkapnyaRumat Adat Suku Osing memiliki keistimewaan yang terletak pada konstruksi bangunan yang menggunakan sistem know down atau bongkar pasang.
Baca SelengkapnyaRumah tradisional milik masyarakat Kampar di Provinsi Riau ini memiliki ciri khas yang unik, penuh filosofi, dan punya makna yang mendalam.
Baca SelengkapnyaKediaman salah satu tokoh revolusioner Indonesia yang tersohor ini sebagai salah satu saksi bisu ketika masa hidupnya.
Baca SelengkapnyaRumah Rungko menjadi salah satu warisan budaya tak benda di Tanah Aceh.
Baca SelengkapnyaWarisan budaya leluhur di Kampung Naga amat menarik untuk dipelajari.
Baca SelengkapnyaRumah Joglo ini jadi ikon Desa Wisata Tanjung di Kabupaten Sleman DIY.
Baca SelengkapnyaSelain kuat dan tahan gempa, konsep konstruksi rumah baghi ini juga unik.
Baca Selengkapnya