Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pelaku Usaha Depok Keluhkan Omzet Turun Lagi Sejak Pembatasan Aktivitas Diberlakukan

Pelaku Usaha Depok Keluhkan Omzet Turun Lagi Sejak Pembatasan Aktivitas Diberlakukan Pembatasan jam malam di Depok. ©Liputan6.com/Herman Zakharia

Merdeka.com - Nasib ribuan karyawan yang bekerja di Depok saat ini kembali di ujung tanduk. Banyak pelaku usaha yang terpaksa gulung tikar akibat pandemi yang tak kunjung usai. Aturan yang diberlakukan pun kerap dianggap membelenggu pelaku usaha seperti penerapan jam pembatasan aktivitas warga (PAW).

Sejak PAW diberlakukan, hampir mayoritas pelaku usaha mengalami penurunan omzet. Padahal mereka baru bisa sedikit bernapas saat pusat perbelanjaan dibuka kembali pada pertengahan Juni lalu.

Namun saat ini mereka harus menelan pil pahit dengan adanya PAW. Banyak pelaku usaha yang mengurangi jumlah pegawai karena tak sanggup membayar gaji. Seperti yang dilakukan Matahari Department Store (MDS) di Depok Town Square.

"Kita ini awalnya punya karyawan hampir 400 sekarang tinggal 100-an karena kita tidak sanggup bayar kalau kondisinya seperti ini," kata Store Manager MDS, Dadan, Jumat (11/9).

Saat ini jumlah traffic hanya tersisa 30 persen saja. Penurunan omzet sudah terjadi sejak Juni 2020 saat kegiatan ekonomi pusat perbelanjaan diperbolehkan buka kembali.

"Waktu reopening saja omzet sudah drop hingga 70 persen di Juni. Agak naik jadi 40% pada Juli 2020 dan Agustus merangkak sampai 50%. Saat ini drop lagi ke 30 persen," bebernya.

Keputusan mengurangi karyawan tak hanya dilakukan oleh pelaku ritel skala besar. Pelaku usaha kecil pun melakukan hal serupa. Keputusan pahit itu terpaksa dilakukan demi keberlangsungan usahanya.

"Awalnya kita ada 12 orang. Saat ini tersisa empat orang saja. Ya tentu sangat berpengaruh untuk usaha coffeeshop seperti saya ini. Omzet drop turun hingga 60 persen," kata Yogi Ahmad, pemilik usaha Roemah Coffe Eatery & Hub di Jalan Margonda Depok.

Dengan adanya PAW memang memberikan dampak signifikan bagi usahanya. Karena dia hanya bisa membuka kedai kopinya sampai pukul 18.00 WIB saja. Sedangkan andalannya, pengunjung akan datang setelah pukul 18.00 WIB.

"Coffeshop ini kan memang jam bisnisnya ramai di atas pukul 18.00 WIB. Ya jadinya memang drop," tukasnya.

Ditanya soal wacana PSBB total Jabodetabek, Yogi pun mengaku bingung antara mementingkan kesehatan atau ekonomi. Dia berpendapat, jika saja keputusan yang diambil tegas dari awal untuk PSBB total maka kemungkinan saat ini kondisi sudah membaik dan ekonomi bisa merangkak naik juga.

"Harusnya ketat di awal dan terpadu di Jabodetabek. Kita nggak bisa separatis Depok aja. Untuk PSBB total (wacana) berharap ini adalah napas terakhir. Kalau mau harus benar-benar. Kalau seperti ini, ekonomi nggak pulih-pulih. Mending mati di awal dulu tapi bener-bener. Ini adalah napas terakhir. Kalau ada repetisi lagi tiga bulan ke depan, yah udah lah nggak tahu," ujarnya bercerita.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Kota Depok, Sutikno Pariyoto mengatakan, pemberlakuan jam PAW sangat berdampak bagi pelaku usaha. Pihaknya hampir setiap hari menerima banyak keluhan dari pengusaha retail di Depok.

"Pasti banyak yang sudah PHK karena enggak kuat bayar pegawai kalau begini. Bisa bayangin ribuan orang pekerja yang baru menikmati sekitar 2 bulan kerja eh sekarang di-cut lagi," katanya.

Pihaknya mendukung apa yang menjadi kebijakan pemerintah, namun di sisi lain juga ingin agar keberlangsungan dunia usaha diperhatikan. Dengan kondisi yang terjadi saat ini, dipastikan banyak pelaku usaha gulung tikar. (mdk/bal)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP