Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pemerintah: Tak Mudah Mendapat Alat Rapid Test Corona, Semua Negara Berebutan

Pemerintah: Tak Mudah Mendapat Alat Rapid Test Corona, Semua Negara Berebutan alat tes corona. diy13/shutterstock

Merdeka.com - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengakui pemerintah kesulitan mendapatkan alat rapid test untuk mendeteksi virus corona. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya negara-negara yang terdampak virus corona.

"Memang kita sadari bahwa tidak mudah ternyata untuk mendapatkan alat, peralatan yang berhubungan dengan rapid test. Karena dengan semakin banyaknya negara-negara terdampak," kata Doni Monardo saat video conference usai rapat bersama Presiden Joko Widodo, Senin (6/4/2020).

"Bahkan negara-negara besar sekalipun, semua negara berebutan untuk mendapatkan alat-alat yang berhubungan dengan penanganan Covid-19 ini," sambungnya.

Orang lain juga bertanya?

Untuk itu, Doni mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta agar rapid test virus corona diprioritaskan untuk orang-orang yang memiliki risiko penularan tertinggi. Salah satunya yakni, para dokter, tenaga medis yang menangani pasien corona beserta keluarganya.

"Yang pertama adalah dokter, para perawat dan keluarga mereka. Serta masyarakat yang terdampak langsung atau berpotensi terdampak dari Covid-19 ini," jelas Doni.

Seperti diketahui, ada dua Kementerian Kesehatan menggunakan metode rapid test dan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi virus corona di Indonesia. Rapid test atau metode tes massal ini dengan menggunakan darah dan hasilnya dapat diketahui paling lama 10 menit.

Sementara itu, metode PCR atau swab test yakni menggunakan sampel cairan dari saluran pernapasan. Berbeda dengan rapid test, hasil untuk mengetahui virus corona dengan metode PCR ini biasanya lebih lama.

Kendati begitu, rapid tes tersebut belum menjamin keakuratan untuk mendeteksi virus ada di dalam tubuh. Bagi pasien yang sudah mendapatkan hasil negatif dari rapid test disarankan menunggu terlebih dahulu tujuh sampai 10 hari ke depan. Jika hasilnya positif, pasien tersebut pun harus diperiksa kembali dengan PCR.

"Hasil rapid test ini, "orang ini pernah terpapar" tapi terpaparnya kapan dan apakah virus ini masih aktif, ini harus dilakukan berkelanjutan," ujar Peneliti Bioteknologi Samira Husen Alamudin, Sabtu 21 Maret 2020.

Reporter: Lizsa Egeham

(mdk/ray)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menkes Sebut Inovasi PCR dan USG Diuji Coba Deteksi Penyakit TBC Lebih Cepat
Menkes Sebut Inovasi PCR dan USG Diuji Coba Deteksi Penyakit TBC Lebih Cepat

Metode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.

Baca Selengkapnya
Dalam 200 Tahun Terakhir, Menkes Sebut TBC Telah Bunuh Satu Miliar Manusia di Dunia
Dalam 200 Tahun Terakhir, Menkes Sebut TBC Telah Bunuh Satu Miliar Manusia di Dunia

"Tiap tahun di dunia sekitar 1,3 juta orang meninggal atau dua setengah orang per menit meninggal di dunia," kata Budi

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Naik Lagi, Pakar Minta Pemerintah Cek Antibodi Masyarakat
Kasus Covid-19 Naik Lagi, Pakar Minta Pemerintah Cek Antibodi Masyarakat

Tjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.

Baca Selengkapnya
Empat Strategi Menkes Hadapi Potensi Pandemi Selanjutnya
Empat Strategi Menkes Hadapi Potensi Pandemi Selanjutnya

Dari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.

Baca Selengkapnya
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI

Saat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.

Baca Selengkapnya