Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Peneliti ITB Sebut Permukaan Tanah di Bandung Turun sampai 10 Cm per Tahun

Peneliti ITB Sebut Permukaan Tanah di Bandung Turun sampai 10 Cm per Tahun Simulasi gempa dan kebakaran di Gedung Sate. ©2017 merdeka.com/Andrian Salam Wiyono

Merdeka.com - Pengambilan air tanah di Kota Bandung dilakukan tidak diiringi dengan menjaga wilayah serapan. Selain bisa menyebabkan kekeringan, hal itu pun berdampak pada penurunan permukaan tanah.

Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas mengatakan, air tanah dimanfaatkan oleh masyarakat hingga industri. Bahkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mengambil air dari tanah karena dianggap lebih praktis dan murah. Padahal idealnya mereka mengolah air di sungai.

Jika tidak dibenahi dengan manajemen dan kebijakan pemerintah yang baik, maka dalam 50 tahun ke depan diprediksi tidak akan ada lagi air tanah yang bisa digunakan.

Massifnya penggunaan air tanah itu bisa membuat tanah turun. Saat ini, kata Heri, Kota Bandung menduduki peringkat ketiga sebagai kota dengan penurunan muka tanah di Indonesia, setelah Kota Pekalongan dan Semarang.

"Penurunan muka tanah di Bandung mencapai 1-10 cm per tahun," ujar dia dalam diskusi 'Ngobrol Serius Kebencanaan' di Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda, Sabtu (3/8).

Ia menjelaskan, saat in suplai air di Bandung bergantung pada kawasan bandung utara (KBU) sebagai wilayah penangkap air. Namun sayangnya pembangunan di sana dilakukan secara masif. Itu pula yang membuat Kota Bandung selalu banjir ketika musim hujan tiba.

Di sisi lain, air permukaan, seperti dari Sungai Citarum tidak bisa diandalkan karena sudah terkontaminasi limbah.

Menurutnya, Pemerintah Kota Bandung harus menjaga tempat menampung air seperti waduk kecil dari alih fungsi. Selain itu, segera membuat sistem dan kebijakan mengenai water harvesting yang melibatkan masyarakat.

"Buat aturan masyarakat membuat tempat untuk menampung air selama musim hujan untuk cadangan di musim kemarau," ucap dia.

"Atau bisa juga menggunakan program water recycle (daur ulang air) seperti Jepang. Di mana air bekas mandi kemudian bisa diolah untuk dipakai kembali, tapi tidak untuk dikonsumsi," ucap Heri.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP