Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Perjuangan Dokter Sri Riyanti Melawan Pandemi dari Ujung Timur Indonesia

Perjuangan Dokter Sri Riyanti Melawan Pandemi dari Ujung Timur Indonesia Dr Sri Riyanti Windesi SpA. ©2021 Merdeka.com/Satgas Covid-19

Merdeka.com - Dr Sri Riyanti Windesi SpA, pertama kali praktik dokter umum di Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) Siriwini Nabire, Papua tahun 1994. Kemudian pertama praktik spesialis anak di RSUD Fakfak Papua Barat 2012 dan sempat berpindah-pindah di Raja Ampat, Kaimana, hingga saat ini mengabdi di RSUD Selebesolu kota Sorong.

Dia menceritakan, awal pandemi pada Maret 2020, lonjakan kasus berfluktuasi. Tapi yang terparah waktu itu sekitar Juni-September 2020 untuk kasus anak, meski kebanyakan kasusnya ringan. Awal ikut menanganinya pasien Covid-19, keluarga sangat cemas, apalagi saat itu pengetahuan tentang covid masih sangat terbatas. Meskipun cemas, menurut dr Riyanti, keluarga sangat mendukung pekerjaannya, serta terus mengingatkan untuk selalu patuh protokol kesehatan.

Karena tiap hari kontak pasien dan keluar rumah disaat yang lain harus stay at home, dr Riyanti memilih pisah kamar tidur, kamar mandi dan semua peralatan yang dari luar harus didesinfeksi.

"Jujur sebagai manusia biasa pada awal merawat pasien Covid-19 saya sangat takut dan cemas. Apalagi setiap hari mendengar berita teman sejawat yang berguguran akibat Covid-19," kata dr SriRiyanti.

Dokter umum dan dokter spesialis anak dari Universitas Airlangga Surabaya ini juga mengatakan, tantangan di awal pandemi di antaranya lingkungan sebagian ada yang percaya Covid-19, sebagian lagi tidak percaya dan menganggap dirinya berlebihan. Begitupun ketika tenaga kesehatan mulai dapat bantuan mask N95, pihak rumah sakit malah dinilai sengaja membuat situasi nampak buruk agar bisa meng-covid-kan pasien demi mendapat keuntungan.

"Sedih bila ada keluarga pasien yang menghujat nakes, mengatakan kami sengaja meng-covid-kan semua pasien," ujar dokter kelahiran Kota Biak, Papua ini.

Dia juga menyayangkan jika ada keluarga pasien yang tidak jujur. Misalnya menyembunyikan rapid anaknya yang reaktif yang membuat banyak tenaga kesehatan ikut terpapar. Apalagi awal pandemi jumlah APD masih sangat terbatas.

Waktu terus berjalan dengan suka duka yang dirasakan dr Riyanti. Sukanya kalau ada pasien sembuh, yang tadinya positif akhirnya swabnya negatif dan boleh pulang. Senang melihat orangtua yang tadinya cemas bisa tersenyum lega.

"Senang juga saat hasil swab kami semua petugas yang terpapar hasil swabnya negatif," tutur dr Sri Riyanti.

Namun dukanya tentu saja kalau mendengar ada yang meninggal. "Meskipun pasien saya alhamdulillah tidak ada yg meninggal karena covid," katanya.

Karenanya dr Sri Riyanti menyesalkan melihat orang-orang yang masih melanggar, keluar rumah, dan kumpul-kumpul tanpa masker. Dia sempat merasa seandainya boleh memilih tentunya ingin tinggal dirumah saja, tidak diliputi kecemasan setiap hari menjadi sumber penularan buat orang yang disayanginya dirumah.

"Dalam benak saya bila memang takdir membuat saya terkena paling tidak keberadaan saya memberi manfaat buat orang lain, soal hidup dan mati biarlah menjadi rahasia Allah SWT," katanya.

Hal lain yang tetap membuatnya kuat menghadapi kondisi ini adalah masih banyak teman, sahabat, keluarga yang mengapresiasi pekerjaan tenaga kesehatan, yang juga mendoakan agar tetap semangat dan menjaga diri. Tentu itu semua sangat membantu mengembalikan semangat dan menguatkan saat saya merasa lelah dan frustasi.

"Alhamdulillah makin kesini saya makin tenang, makin bisa berdamai dengan pandemi ini, apalagi setelah makin banyak orang mendapat vaksinasi. Protokol kesehatan akhirnya menjadi prosedur tetap yang mengalir begitu saja, menjadi kebiasaan sehari-hari," ujar dr Sri Riyanti.

Terkait kondisi pandemi saat ini, menurut dr Riyanti, di kota Sorong masih fluktuatif, kebanyakan kasus anak adalah cluster keluarga dimana satu keluarga terpapar Covid-19 bersama. Hal ini sepertinya akibat mulai aktifnya kegiatan di luar rumah. Banyak acara keluarga seperti pesta nikah, arisan keluarga, juga mulai masuk sekolah. Selain itu juga sebagian masyarakat sudah mulai abai terhadap prokes sehingga kasus cenderung mulai meningkat. Selain itu banyak orang tua yang menolak perawatan bila anaknya dicurigai terpapar covid dan memilih pulang serta menolak pemeriksaan lanjutan.

"Kasus kematian mulai meningkat lagi meskipun pada anak hingga saat ini sangat jarang dan semoga tidak ada," katanya.

Buat masyarakat yang masih abai terhadap protokol kesehatan, dr Sri Riyanti mengingatkan, apakah bukti-bukti yang ada setahun ini masih kurang? Begitu banyak orang kehilangan keluarga apakah tidak cukup meyakinkan bahwa Covid-19 itu memang ada dan berbahaya? Ada juga yang beralasan sudah divaksin sehingga merasa tidak akan tertular Covid-19.

"Sudah divaksin bukan berarti kebal, vaksinasi covid hanya salah satu cara menurunkan tingkat penularan, prokes tetap wajib dijalankan," kata dr Sri Riyanti.

Terakhir, dr Sri Riyanti berharap, pandemi segera berakhir, semua bisa melewati tanpa kehilangan orang-orang yang disayangi. Untuk itu diperlukan partisipasi aktif semua orang dengan mematuhi protokol kesehatan dan ikut vaksinasi. Pemerintah dengan didukung masyarakat bersama-sama memperjuangkan negeri ini.

"Semoga kita bertemu di waktu yang akan datang tanpa ketakutan, rasa cemas, bisa menghirup udara bebas," tutur dr Riyanti.

(mdk/ded)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan

Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan

Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.

Baca Selengkapnya
Dinkes DKI Akhirnya Mengungkap Jumlah Kasus Covid-19 JN.1 di Jakarta Selama Tahun 2023

Dinkes DKI Akhirnya Mengungkap Jumlah Kasus Covid-19 JN.1 di Jakarta Selama Tahun 2023

Ani menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Begini Cara Agar Anak Tak Gampang Sakit di Musim Hujan, Orangtua Wajib Tahu

Begini Cara Agar Anak Tak Gampang Sakit di Musim Hujan, Orangtua Wajib Tahu

Di musim hujan, anak-anak rentan sakit. Karenanya sebagai orangtua, Anda wajib mengantisipasi dan melakukan pencegahan.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.

Baca Selengkapnya
Indonesia Darurat Pemenuhan Dokter Spesialis, Apa Penyebabnya?

Indonesia Darurat Pemenuhan Dokter Spesialis, Apa Penyebabnya?

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 78.400 dokter spesialis.

Baca Selengkapnya
Dokter Ungkap Kondisi Terkini Relawan Prabowo-Gibran di Sampang Korban Penembakan Usai Operasi

Dokter Ungkap Kondisi Terkini Relawan Prabowo-Gibran di Sampang Korban Penembakan Usai Operasi

Tim dokter saat ini masih melakukan perawatan dan observasi terkait kemungkinan gejala sisa.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi

Kasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi

Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.

Baca Selengkapnya