Prasasti Talang Tuwo, Semangat Sriwijaya Jaga Keseimbangan Alam

Merdeka.com - Salah satu prasasti yang menguatkan keberadaan Kerajaan Sriwijaya adalah prasasti Talang Tuwo. Prasasti ini memiliki filosofis besar dalam menjaga keseimbangan alam.
Prasasti Talang Tuwo berangka tahun 686 Masehi tentang Taman Sriksetra yang ditemukan di Talang Kelapa, Palembang pada 1920. Prasasti yang ditulis dalam aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno terdiri dari 14 baris itu dipahat pada sebuah batu berbentuk persegi jajaran genjang. Isinya tentang pembangunan Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang pada 23 Maret 684 dengan tujuan untuk kesejahteraan semua makhluk.
Mantan Staf Khusus Gubernur Sumsel Bidang Perubahan Iklim, Najib Asmani mengatakan, Talang Tuwo mengandung makna besar terhadap lingkungan. Pada masanya lebih dari 13 abad silam, Dapunta Hyang telah terpikirkan membuat skema program pembangunan dengan mengedepankan keseimbangan alam.
"Sriwijaya saja sudah memikirkan lingkungan, di situlah makna dan filosofi Talang Tuwo, ini pesan bagi manusia yang hidup setelahnya," ungkap Najib.
Menurut dia, pesan Talang Tuwo juga berlaku bagi masyarakat dunia, bukan hanya Sumatera Selatan, sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan itu telah sedini mungkin mencanangkan beragam jenis tanaman, baik pepohonan maupun buahan, bahkan penataan saluran air sebagai sarana tak terpisahkan.
"Di situ tertulis ada kelapa, aren, pinang, bambu, ada banyak buah, ada juga pengairan. Sangat masuk akal pesan kepada kita menjaga keseimbangan alam dan lingkungan," kata dia.
Makna Filosofi Prasasti Talang Tuwo
Secara lebih mendalam, prasasti Talang Tuwo harusnya menjadi tolak ukur dalam pengelolaan lahan gambut, termasuk Sumsel yang memiliki gambut sekitar 1,4 juta hektare. Terlebih kebakaran hutan dan lahan kerap terjadi setiap musim kemarau tiba.
"Restorasi lahan gambut yang rusak perlu dilakukan. Jika hutan dan lahan rusak atau terbakar akan berdampak pada makhluk hidup di bumi, tujuan kemakmuran makhluk hidup yang dibuat Dapunta Hyang sangat mengena," terangnya.
Namun, sambung Najib, makna dan filosofi Talang Tuwo dan prasasti lain baru bisa dipahami melalui pengajaran tentang Kerajaan Sriwijaya baik sekolah maupun perguruan tinggi. Ketika mampu mendalami alur sejarah Kerajaan Sriwijaya, baik dari tata kelola kerajaan, sifat dermawan dan cinta lingkungan pemimpinnya, termasuk masyarakat yang terbuka, otomatis dapat membentuk karakter generasi penerus berjiwa Dapunta Hyang, Maharaja Sriwijaya.
"Kaum muda Sumsel mestinya mengambil nilai-nilai peradaban Sriwijaya, terkhusus dalam menjaga alam," kata akademisi Universitas Sriwijaya Palembang itu.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya