Propaganda kelompok radikal di dunia maya semakin membahayakan

Merdeka.com - Penyerang polisi di Cikokol, Tangerang, Sultan Azianzah ternyata anggota kelompok Jamaah Ansorut Daulat (JAD) pimpinan Maman Abdurrahman. Dia pernah jenguk Maman di Nusakambangan dan sejak Juni 2015 aktif mengikuti jejak Fauzan Al Anzhori, pimpinan salah satu pondok pesantren di Ciamis, Jawa Barat.

Dia melakukan aksi nekat seorang diri dengan membawa golok dan sejumlah benda diduga bom. Tiga orang polisi terluka ditusuk oleh pelaku. Kapolda Metro Jaya Irjen Mochammad Iriawan mengatakan Sultan sebelum melakukan teror banyak belajar dari internet.

Cara seperti itu semakin membuktikan jika virus radikalisme dan terorisme melalui dunia maya semakin membahayakan. Untuk itu diperlukan peran serta berbagai elemen masyarakat untuk lebih aktif meredam propaganda radikalisme di media sosial.

"Ancaman radikalisme dan terorisme sudah menjadi tantangan bersama. Pemerintah dan lembaga masyarakat yang ada harus benar-benar fokus, terutama radikalisasi melalui dunia maya," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) GP Ansor Abdul Rochman, Jumat (21/10).

Kemajuan informasi dan teknologi (IT), diakui Adung, panggilan Abdul memang tidak mungkin dihindari. Untuk itu, dia mendorong agar santri di Indonesia melakukan untuk mengikuti perkembangan zaman.

Sejauh ini, lanjut Adung, Ansor sudah cukup aktif dalam menangkal paham radikalisme di dunia maya dengan membentuk Banser Cyber. Adung menilai, pelibatan santri dalam menangkal paham radikal akan memasifkan upaya pencegahan terorisme di Indonesia.

"Dengan kekuatan pengetahuan ini, santri akan sangat kuat dalam mementahkan propaganda kelompok radikal yang banyak memutarbalikkan makna ayat-ayat Alquran dan Al Hadits," tuturnya.

Dia berharap, pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), serta lembaga-lembaga terkait lainnya memberikan dukungan lebih besar dalam pencegahan terorisme melalui dunia maya. Adung yakin jumlah santri yang sangat banyak bisa menjadi duta dalam mengkampanyekan gagasan membendung propaganda tersebut. (mdk/did)