Saat Mama Papua Bertaruh Nyawa Selamatkan Pengungsi Wamena
Merdeka.com - Nani Susongki sudah 17 tahun hidup di Kota Wamena, Papua. Selama itu pula perempuan asal Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur hidup damai berdampingan dengan warga asli Papua.
Tapi kemarin, Nani harus mengungsi dari Kota Wamena. Pasca-demonstrasi yang diwarnai aksi amuk massa di ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua pada 23 September 2019.
Wanita paruh baya ini berbagi cerita. Seperti dikutip dari jubi.co.id. Dia selamat dari aksi kerusuhan di Kota Wamena berkat pertolongan Mama Manu. Mama Manu adalah tetangganya. Letak rumah Mama Manu tepat berada di belakang rumah Nani.
-
Siapa yang berperan penting dalam kerukunan Kutai Timur? Dirinya juga menegaskan pentingnya peran tokoh agama dan masyarakat dalam mempromosikan nilai-nilai toleransi dan persatuan.
-
Bagaimana Makam Ema Dato melindungi warga? 'Jadi pas di perbatasan makam Ema Dato itu gelombang airnya pecah, dan bisa melindungi warga, ini berdasarkan cerita lisan turun temurun,' kata Koh Acin.
-
Bagaimana cara Kelana membantu warga Bontang? Harapannya, Kelana ini dapat memberikan edukasi yang lebih baik terhadap lingkungan sekitarnya,' imbuhnya.
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
-
Apa yang diwariskan pahlawan kepada rakyat Sumatera Selatan? 'Semua bisa berdiri di sini, bisa bekerja, bisa berkembang, bisa berkeluarga, bisa macam-macam bisa kita lakukan, karena itu semua adalah jasa para pahlawan,' kata Bahtiar, usai upacara.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
"Kami sembunyi di Honai (rumah) Mama Manu. Kami disembunyikan di situ," kata Nani Susongki di Aula Lanud Jayapura yang dijadikan lokasi pengungsian sementara, Sabtu (28/9).
Hari itu tak bisa dilupakan. Sebelum aksi amuk massa terjadi di pusat Kota Wamena, sekitar pukul 07.30 Waktu Indonesia Timur (WIT), ponselnya berbunyi. Anak perempuannya yang bekerja di salah satu gerai ponsel mengingatkan Nani agar tidak keluar rumah.
Tak berapa lama, informasi menyebar. Daerah Homhom sudah terbakar. Situasi di dalam Kota Wamena bergejolak. Nani bersama beberapa anggota keluarganya meninggalkan rumah. Menuju ke bagian belakang rumah. Dalam perjalanan, dia bertemu tiga orang yang menenteng senjata tajam.
"Kami mundur pelan-pelan. Saya pikir bagian dari orang yang rusuh, ternyata mereka menolong kami. Mereka suruh kami masuk ke rumah Mama Manu. Hampir satu jam kami bersembunyi tak bersuara, bersama beberapa warga lain," ujar wanita yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat itu.
Di rumah itu, Nani, keluarganya dan beberapa warga lain bersembunyi. Tiba-tiba sekelompok orang bersenjata tajam mendatangi rumah Mama Manu. Pemilik rumah berupaya melindungi warga yang berada dalam rumahnya.
Mama Manu juga meminta massa tidak membakar mobil yang sehari-harinya dijadikan mata pencaharian suami Nani.
"Mama Manu bilang tolong jangan dibakar. Itu saya punya anak. Jangan bakar mobil nanti merembet ke rumah saya. Akhirnya massa meninggalkan lokasi. Kami sendiri sudah lemas, seperti tidak bisa berdiri lagi," ucapnya.
Nani tidak pernah menyangka Mama Manu mempertaruhkan nyawanya, berhadapan dengan sekelompok orang bersenjata tajam untuk melindungi warga yang berlindung dalam rumahnya.
"Penduduk asli di sana, kalau kita baik sama mereka, pasti mereka juga baik sama kita," katanya.
Setelah bersembunyi hampir satu jam, Nani Susongki dan beberapa warga yang berlindung di rumah Mama Manu dievakuasi polisi ke Polres Jayawijaya. Setelah tiga hari di Polres, Nani bersama keluarganya memilih mengungsi ke Jayapura, dan berencana kembali ke kampung halaman.
"Mobilnya dan rumah kami tidak dibakar, akan tetapi hancur. Kami juga berterimakasih kepada AURI di Jayapura yang telah menampung kami dan memenuhi kebutuhan kami selama di sini," ucapnya.
Cerita lain datang dari Abdullah Sihanudin (40). Sejak 2014 dia merantau ke Wamena. Sehari-hari, dia bekerja sebagai tukang ojek dan agen tiket pesawat. Saat demonstrasi dan kerusuhan terjadi, istrinya terlebih dahulu telah menyelamatkan diri bersama warga lain.
Ketika Abdullah bersama anak perempuannya yang masih balita akan menyelamatkan diri, ada yang bertanya kepada akan bersembunyi di mana. Dia menjawab akan bersembunyi sementara waktu di honai hingga ada polisi yang menolongnya.
Abdullah bersembunyi di rumah salah satu warga asli Papua. Biasa disapa Mama Lani. Dia bersembunyi sejak pukul sembilan hingga 12 siang.
"Seorang ibu di belakang rumah saya yang menyelamatkan saya. Anak saya langsung dirangkul dan Mama Lani berteriak jangan dibunuh, pak de ini yang setiap hari membantu saya," kata Abdullah.
Ketika demonstrasi berujung rusuh pecah di Wamena, sejumlah bangunan dibakar, termasuk kios milik istri Abdullah.
"Ketika itu sudah ada 10 orang yang pesan tiket pesawat, tapi karena kejadian itu akhirnya tiket semua hangus. Hingga kini uang orang yang sudah pesan tiket saya belum bisa ganti. Totalnya Rp3,5 juta," ucapnya.
Seperti Nani Susongki, Abullah juga berencana kembali ke kampung halamannya di Probolinggo. Dia ketakutan. Apalagi hingga kini sebagian besar warga Wamena mengungsi.
"Sudah tiga hari kami di Jayapura. Di Jayapura saya tidak punya keluarga. Saya ingin pulang secepatnya ke kampung halaman," harapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Erupsi Gunung Marapi yang terjadi pada 3 Desember 2023 masih menyisakan duka bagi keluarga korban yang gugur.
Baca SelengkapnyaBanyak warga lansia harus dievakuasi dengan pelbagai cara untuk menjauh dari lokasi erupsi.
Baca SelengkapnyaAnak Papua menangis histeris menghadang mobil TNI yang hendak pulang kampung. Mereka tak ingin ditinggalkan.
Baca SelengkapnyaSosok WNI ini gemparkan Taiwan saat gempa besar terjadi beberapa waktu lalu. Begini informasinya.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Distrik Bibida mengungsi ke Gereja Madi Distrik Paniai Timur
Baca SelengkapnyaMenurut kepercayaan masyarakat setempat, Desa Kawar tenggelam dan kemudian berubah menjadi danau Lau Kawar.
Baca SelengkapnyaPuan pun menginstruksikan kepada seluruh Anggota DPR RI yang berasal dari dapil yang wilayahnya terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki untuk ikut membantu.
Baca SelengkapnyaProses evakuasi tak mudah. Prajurit TNI butuh waktu enam jam.
Baca SelengkapnyaWulan Guritno mengungkapkan kebahagiaannya saat memerankan karakter yang unik dan memiliki latar belakang yang menarik.
Baca SelengkapnyaMenurut kepala panti asuhan tersebut, Lince awalnya bercita-cita ingin menjadi seorang suster biara dan belum terpikir untuk menjadi Polwan.
Baca SelengkapnyaHingga kini status Gunung Marapi berada pada level II (Waspada).
Baca SelengkapnyaBocah Papua harus rela tinggal berdua dengan adiknya selama berbulan-bulan karena orang tua mereka bekerja mencari kayu gaharu di tengah hutan.
Baca Selengkapnya