Setelah 30 tahun anak SD di Buleleng tak lagi basah seberangi sungai

Merdeka.com - Orang tua murid dan guru SDN 5 Ringdikit, Buleleng, kembali sumringah. Jembatan darurat yang dulu digunakan siswa untuk ke sekolah, kini dubangun kembali. Selama 30 tahun atau terhitung sejak 1987, siswa di SD ini selalu berbasah-basahan jika berangkat ke sekolah. Sebab mereka harus menyeberangi sungai sepanjang 30 meter. Untuk ke sekolah, mereka harus bertaruh nyawa lantaran arus sungai yang cukup deras.
Kondisi ini sudah disampaikan berulang kali oleh para kepala dusun dan tokoh masyarakat setempat ke pemerintah Provinsi. Pemerintah Provinsi Bali mulai terjun ke lokasi dan membangun jembatan darurat setelah kondisi miris ini mendadak viral di media sosial. Sayangnya jembatan hanya bertahan sepekan. Jembatan darurat yang pertama dibuat dari box culvet hancur diterjang banjir.
Akhirnya, Dinas PU Provinsi Bali membuat jembatan gantung dengan menggunakan tiang pancang dengan konstruksi beton bertulang dan ditancapkan di dasar sungai. Tiang pancang dihubungkan menggunakan tali baja dengan lintasan yang terbuat dari kayu tahan air sepanjang 30 meter dan lebar jembatan sekitar 1,25 meter.
"Jembatan ini sudah dikerjakan sejak awal Maret lalu, dengan anggaran Rp 150 juta dan ditargetkan rampung selama dua bulan. Pengerjaannya Ini sudah mencapai 90 persen, tinggal dipasangkan pelat saja," ujar pelaksana proyek Wayan Sumindra, Minggu (16/4).
Dia menjelaskan, jembatan kedua ini memang dirancang menyerupai jembatan gantung biar bisa bertahan karena arus sungai cukup deras. Jembatan gantung dirancang secara khusus untuk pejalan kaki. Dalam sekali lintasan hanya mampu digunakan oleh 10 orang.
"Usahakan bergiliran lah lewatnya, jangan bersamaan. Batas maksimalnya yang lewat secara bersamaan sepuluh orang saja. Motor pun bisa melintas, hanya saja jangan berpapasan atau lebih aman satu-satu lewatnya," terangnya.
Pasca hancurnya jembatan darurat yang pertama, sejumlah siswa dilarang ke sekolah melintasi arus sungai. Mengingat saat ini air sungai cukup deras. Akhirnya siswa di bantu dengan diangkut mobil patroli polisi dengan melewati jalan melingkar dan butuh waktu lebih dari 40 menit. Tercatat ada 42 orang siswa yang berasal dari Desa Lokapaksa menempuh pendidikan di SD Negeri 5 Ringdikit yang hanya membutuhkan waktu tempuh sekitar 5 menit dengan berjalan kaki dengan melintasi sungai.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya