Soekarno punya rencana tunjuk Ahmad Yani jadi penggantinya
Merdeka.com - Sebagai Menteri/Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani pada 1962 menuliskan ungkapan menarik tentang Pasukan Tajrabirawa. Dalam pesan tertulis Ahmad Yani di Majalah Tjakrabirawa edisi Oktober saat itu, Pasukan Tjakrabirawa diharapkan dapat menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dalam segala kondisi.
"Terapung sama hanyut, terendam sama basah," begitu tulis Ahmad Yani dalam testimoni untuk Pasukan Tjakrabirawa.
Menurut mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel Purn Maulwi Saelan, Ahmad Yani adalah yang paling dekat dengan Bung Karno. Saelan juga menuturkan, Soekarno pernah menyebut kalau Ahmad Yani adalah penggantinya sebagai presiden.
-
Kapan Sukarno memanggil jenderal untuk cari pengganti Ahmad Yani? Pada 2 Oktober 1965, Sukarno memanggil para jenderal ke Istana Bogor untuk mencari pengganti sementara dan membicarakan persoalan yang memanas pada saat itu.
-
Bagaimana Soeharto menyingkirkan jenderal? Di era Orde Baru, 'Didubeskan' atau dikirim menjadi Duta Besar adalah cara Soeharto menyingkirkan para jenderal di sekelilingnya yang dianggap tidak lagi sejalan atau bisa menjadi saingan.
-
Kenapa Soeharto diangkat jadi Jenderal Besar? Mabes ABRI tahun 1997 menyebutkan setidaknya ada tiga prestasi Soeharto yang membuatnya dinilai layak untuk mendapatkan gelar Jenderal Besar.
-
Kenapa Soekarno pilih mantan pegawai Jepang? Sedangkan mantan pegawai administrasi pemerintahan Jepang dipilih karena situasi Indonesia saat itu masih berada dalam masa sulit, di mana masih ada peralihan dari pihak Jepang ke pihak Sekutu.
-
Siapa saja menteri Soekarno? Presiden Soekarno memimpin sendiri kabinet yang beranggotakan 21 orang menteri,' tulis Wahjudi Djaja dalam Kabinet-Kabinet di Indonesia.
-
Bagaimana Sukarno mengatasi perdebatan antar jenderal? Keputusan ini diambil karena Sukarno menilai bahwa Pronoto adalah satu-satunya jenderal yang bisa diterima oleh kedua belah pihak yang sedang bertikai.
"Bung Karno bicara seperti itu kepada saya. Bung Karno menilai Ahmad Yani adalah sosok penggantinya yang tepat di kemudian hari," kata Saelan saat ditemui merdeka.com pada Jumat (27/9) di Sekolah Al-Azhar Kemang, Jakarta Selatan.
Saelan juga menjelaskan, jauh-jauh sebelumnya, Soekarno juga sudah mendengar persetujuan pihak keluarga Ahmad Yani. Hingga dijadwalkan akan ada pertemuan untuk membahas hal itu lebih lanjut. Dalam penjelasan Saelan, Ahmad Yani dijadwalkan akan menemui Bung Karno di Istana Jakarta pada 1 Oktober 1965.
"Dalam agenda yang kami pegang saat itu, Ahmad Yani akan menghadap. Tapi tidak tahu apa yang akan dibicarakan. Dari penuturan Bung Karno akan Yani sebelumnya, pertemuan itu akan membahas kelanjutan untuk membahas Ahmad Yani sebagai pengganti Bung Karno," ujar saelan lebih lanjut.
Hubungan Yani dan Soekarno mulai dekat ketika Yani menjabat Kepala Staf Gabungan Komando Tertinggi (KOTI) pembebasan Irian Barat sekitar tahun 1963. Yani juga menjadi juru bicara tunggal Panglima Tertinggi soal Irian Barat. Hampir setiap hari dia rapat dengan Soekarno di Istana. Hubungan mereka kemudian memang erat. Setelah menjabat Kasad, hubungan Yani dan Soekarno makin akrab.
"Banyak yang bilang bapak jadi anak emas Presiden Soekarno," kata putri Yani, Amelia A Yani dalam buku Achmad Yani Tumbal Revolusi terbitan Galang Press.
Amelia Yani mengingat hubungan ayahnya dan Presiden Soekarno sangat dekat. Amelia mengingat Soekarno ikut peduli dengan renovasi rumah Yani di Menteng. Soekarno juga sering mengajak Yani ikut dalam kunjungan ke daerah. Bahkan menyempatkan hadir saat syukuran rumah Yani.
"Hari Minggu pun Bapak dan Ibu sering menemani Bung Karno dan ibu Hartini ngobrol-ngobrol di Istana Bogor," kenang Amelia.
Namun kemesraan itu tak berlangsung lama. Isu Dewan Jenderal dan rumor kudeta Angkatan Darat membuat jarak di antara Soekarno dan Yani.
Mantan Wakil Perdana Menteri Soebandrio punya keterangan berbeda soal rencana pemanggilan Yani tanggal 1 Oktober 1965 itu. Di buku 'Kesaksianku tentang G30S', Soebandrio menyebut, Presiden Soekarno memanggil Yani untuk untuk dimarahi karena tidak setuju dengan keberadaan angkatan kelima. Dalam catatan Soebandrio itu, posisi Yani sebagai Menpangad akan dicopot.
"Yani malah sudah siap kursinya (Menpangad) akan diberikan kepada orang lain. Saat itu juga beredar isu kuat bahwa kedudukan Yani sebagai Menpangad akan diganti. Presiden Soekarno memerintahkan agar Yani menghadap ke Istana pada 1 Oktober 1965 pukul 08.00 WIB. Tetapi hanya beberapa jam sebelumnya Yani diculik dan dibunuh," tulis Soebandrio dalam bukunya.
Soal Yani, menambah satu lagi polemik tak terjawab dalam G30S. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Sukarno segera mencari sosok pengganti sementara panglima Angkatan Darat karena Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani diculik.
Baca SelengkapnyaSoekarno yang mendengar isu Dewan Jenderal ini lantas berniat untuk menghadirkan para jenderal ke Istana.
Baca SelengkapnyaSejumlah Presiden RI terdahulu tercatat pernah bermanuver menyiapkan penerus.
Baca SelengkapnyaSosok panglima perang termuda yang pernah dibenci karena kemampuannya.
Baca SelengkapnyaPotret bangunan Sekolah Dasar (SD) yang digagas oleh Jenderal Ahmad Yani di dekat kediaman orang tuanya.
Baca SelengkapnyaJenderal yang paling dipercaya ini tiba-tiba berani mengkritik sepak terjang anak presiden. Jabatan taruhannya.
Baca SelengkapnyaDulu bahu membahu mendirikan Orde Baru bersama Soeharto. Sang Jenderal pecah kongsi kemudian
Baca SelengkapnyaDikenal sebagai antitesis Soeharto, sosok Benny Moerdani ternyata memiliki kisah tak terungkap antara dirinya dan sang Presiden kedua RI. Simak ulasan berikut.
Baca SelengkapnyaSejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca SelengkapnyaPresiden sudah akan menaikkan pangkatnya bulan Agustus. Tapi dia menolak kesempatan langka menjadi jenderal.
Baca SelengkapnyaPerjalanan karir militer seorang perwira tak bisa ditebak. Begitu juga dengan Kolonel Angkatan Darat ini.
Baca SelengkapnyaSamaun Bakri, sosok wartawan yang menjadi orang kepercayaan Presiden Soekarno saat di Bengkulu.
Baca Selengkapnya