Tak Mampu Sewa Ambulans, Warga di Garut Pilih Taksi Online Bawa Jenazah Ibu ke Rumah

Merdeka.com - Satu keluarga di Kecamatan Banjarwangi, Garut Selatan, Jawa Barat, memilih membawa jenazah keluarganya dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dokter Slamet, Kabupaten Garut, ke rumah duka menggunakan jasa transportasi daring, Rabu (1/5) dini hari.
Kabar itu menjadi hangat perbincangan netizen setelah foto-foto jenazah yang tengah diangkut dari RSUD Dokter Slamet Garut beredar luas di media sosial.
Seorang driver taksi online, Yuny Anggraeni, mengaku sebagai orang yang mengantar jenazah itu menuju Banjarwangi sekitar pukul 04.00 WIB. Yuny menceritakan awal mula mengantarkan jenazah ke salah satu kecamatan di Garut Selatan itu.
Yuny mengaku bahwa sekitar pukul 04.00 ia menerima orderan dari seorang pria bernama Dandi di RSUD Dokter Slamet Garut. Saat pesanan masuk, ia menerima pesan apakah bisa mengantar jenazah atau tidak dari seorang bernama Dandi.
"Saat itu saya sempat ada perasaan takut namun saya beranikan bertanya apa penyebab meninggalnya. Ternyata jenazah tersebut adalah ibu dari yang mengorder dan meninggal sekitar pukul 03.00 WIB, akibat penyakit liver," kata Yuny kepada wartawan, Rabu (8/5).
Ia mengaku jika jenazah yang harus ia bawa adalah korban dari kecelakaan, maka bukan tidak mungkin orderan tersebut akan ditolaknya karena takut. Setelah mengetahui yang akan diantar adalah jenazah yang meninggal akibat sakit, meski ada rasa takut akhirnya ia pun memberanikan diri untuk berangkat ditemani suaminya, Gimin dengan tujuan menolong.
Saat tiba di RSUD, Yuny bersama suaminya langsung membantu mengangkat jenazah ke dalam mobilnya. Jenazah disimpan di bagian belakang mobil dengan posisi terlentang. Mengacu pada harga aplikasi, jasanya dihargai Rp 230 ribu, namun atas kesepakatan bersama akhirnya mau dibayar Rp 400 ribu.
Waktu tempuh dari RSUD Dokter Slamet sampai lokasi tujuan, diakui Yuny bisa membutuhkan waktu 3 hingga 4 jam. "Dalam perjalanan sendiri Pak Dandi sempat curhat kenapa memilih menggunakan taksi online dibanding ambulans. Ia mengaku tidak punya cukup uang karena diminta biaya antar sebesar Rp 900 ribu," ujar dia.
Dalam proses perjalanan sampai rumah duka, diakui Yuny bukan tanpa kendala. Ia sempat tidak sanggup mengemudikan mobil saat melewati jalan terjal bahkan tidak bisa melewati jalan menanjak. Ia pun sempat bilang tidak sanggup meneruskan perjalanan karena medannya berat.
"Alhamdulillah kemudian ada sopir tembak yang bisa melanjutkan perjalanan, dan itu pun mobilnya sambil didorong 10 orang baru bisa naik dan sampai. Saat tiba di lokasi, jenazah disambut warga se-kampung yang kemudian membawa jenazah ke rumah duka. Saya sempat istirahat sejenak lalu langsung pulang lagi," katanya.
Yuny ternyata bukan satu-satunya sopir taksi online yang pernah mengalami hal tersebut dari RSUD Dokter Slamet Garut. Salah seorang sopir taksi online yang bernama Aldy, mengaku bahwa rekannya pernah melakukan hal serupa. Namun paling banyak, pengguna aplikasi yang sakit kritis dan tidak bisa membayar sewa ambulans.
"Ada rekan saya yang pernah mengantar pasien dalam kondisi kritis ke salah satu rumah sakit. Saat itu sendiri, pihak keluarga bersikukuh untuk berangkat menggunakan taksi online. Rekan saya kemudian memaksa keluarga agar pasien dibawa ke RSUD Dokter Slamet Garut karena kondisinya memang sangat kritis. Akhirnya sang pasien meninggal di dalam mobil sebelum sampai di rumah sakit. Mungkin beda cerita ya kalau pakai ambulans karena dilengkapi peralatan medis," kata dia.
Menyikapi hal tersebut, salah seorang pegawai RSUD dr Slamet Garut menyebut bahwa tarif ambulans sudah disesuaikan dengan peraturan Bupati Garut nomor 764 tahun 2011. Jika dibandingkan dengan taksi online, tarif tersebut memang lebih mahal.
"Untuk urusan tarif ya jadinya kita mengacu pada peraturan saja," katanya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya