Tangani Kejahatan Siber dan Hoaks, Polri Dinilai Perlu Bentuk Badan Khusus
Merdeka.com - Kriminolog sekaligus Pemerhati Keamanan Siber (Cyber Security), Maman Suherman, menilai perlu dibentuk badan khusus atau badan kehumasan Polri untuk menangani persoalan bidang siber, khususnya keamanan atau kejahatan siber.
Menurut Maman, idealnya untuk menangani kompleksitas keamanan ranah siber yang terus membesar diperlukan Badan Humas dan Cyber Security Polri yang dipimpin Jenderal Bintang Tiga, bukan lagi tingkat Divisi (Humas) Polri yang dipimpin Jenderal Bintang Dua.
"Setingkat Badan, bisa misalnya Badan Humas dan Cyber Security Polri yang dipimpin Komisaris Jenderal Polisi. Lebih ideal, kuat dan luas wewenang serta cakupan otoritasnya," kata Maman dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (16/11).
-
Siapa yang perlu menguasai keamanan siber? Kita menyiapkan putra-putri kita untuk menguasai sains, teknologi, AI, untuk menguasai cyber,' ungkap dia.
-
Siapa yang tangani isu hoaks di Kominfo? Tim AIS Kementerian Kominfo menemukan sebanyak 2.357 isu hoaks dalam kategori kesehatan.
-
Siapa yang harus jaga cyber security? Perlu diketahui, saat ini cyber security dilakukan tidak hanya oleh individu, tapi juga oleh perusahaan dan instansi. Langkah ini akan membantu melindungi pusat data dan sistem komputerisasi lainnya dari akses yang illegal.
-
Apa itu Cyber Security? Mengutip dari beragam sumber, cyber security adalah sebuah sistem atau cara yang bertujuan melindungi komputer, jaringan, sistem, dan data dari akses yang tidak sah. Sederhananya, terserang hacker.
-
Bagaimana Kominfo tangani isu hoaks? Kementerian Kominfo telah melakukan pemutusan akses atas konten yang teridentifikasi sebagai isu hoaks. Pemutusan akses ditujukan agar konten hoaks tidak tersebar luas dan merugikan masyarakat.
-
Bagaimana Polisi Pekanbaru melibatkan admin medsos untuk cegah hoax? Polresta Pekanbaru mengambil langkah inovatif dengan melibatkan admin media sosial publik dalam upaya mencegah hoaks dan isu sara selama Pemilu 2024.Kolaborasi ini terwujud dalam diskusi santai antara Satreskrim Polresta Pekanbaru, dipimpin oleh Kasat Reskrim Kompol Bery Juana Putra, dan sejumlah admin media sosial di salah satu kafe di Pekanbaru.
Wacana itu mencuat di tengah kian maraknya konflik sosial di dalam masyarakat, yang menjurus pada perpecahan horisontal maupun vertical. Semua itu dipicu revolusi digital yang diwarnai masifnya pertumbuhan penggunaan gawai digital.
"Di era internet of everything saat ini, teknologi digital dengan ragam turunannya yang positif dan negatif adalah keniscayaan, tentu selalu ada," kata dia.
Banjir Hoaks
Menyoroti yang negatif, banyak banjir hoaks atau berita bohong setiap harinya. Pada Januari-Maret 2019, menurut data Kemenkominfo dan Masyarakat Telematika Indonesia, beredar 207 hoaks politik dan 113 hoaks lainnya.
"Atau total 320 dalam 3 bulan, rata-rata 106 sebulan atau 35 per hari. Tinggal kalikan lagi dengan jumlah akun penyebarnya yang bisa mencapai ribuan," tukas Maman.
Divisi Cyber Crime Polri, sambung Maman, sudah bekerja semaksimal mungkin untuk menangani persoalan hoaks maupun ujaran kebencian yang berujung pada polemik hingga konflik fisik di masyarakat.
Namun memang harus ditingkatkan atau diperkuat dari sisi wewenang atau otoritas, termasuk dari jumlah personel, kemampuan dan sisi kehumasannya.
"Penguatan dari sisi kewenangan penanganan serta penindakan kasus kejahatan Siber, jumlah personel dan kemampuan atau keahlian teknologi digital, hingga sisi kompetensi kehumasannya," ujar Kang Maman, sapaan akrabnya.
Menurut dia, pentingnya penguatan kompetensi kehumasan karena tantangan utama saat ini adalah hoaks yang kian masif. Sementara verifikasi berjalan selambat siput.
"Jika melihat data 2017, dengan jumlah personel Polri 462.000, berarti rasio nasional 1:700 atau 1:800 atau 1:750, padahal idealnya 1:300 atau 1:400, atau sekitar 1:350," ujar dia.
Dengan faktor kehadiran itu, lanjut dia, unsur pelibatan warga secara proaktif, menjadi kurang atau malah belum tercipta sama sekali.
"Badan Humas Cyber Security Polri bisa berperan aktif memberikan berbagai masukan, informasi dan edukasi kepada warga agar mau berpartisipasi dalam bidang keamanan," ujar Maman.
"Saya menyebutnya, menjalankan fungsi kamtibmas melalui media siber, yang kalau di darat dijalankan babinkamtibmas. Bahkan ke depannya bisa menjadi semacam softpower dari Polri untuk mengedukasi masyarakat terkait kamtibmas namun juga dalam hal literasi digital," pungkas Maman.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Budi Arie lalu mencontohkan bahwa Singapura menjadi salah satu dari beberapa negara di dunia yang mempunyai angkatan siber.
Baca SelengkapnyaMenurut Sigit, Polri perlu mempersiapkan seluruh jajaran untuk memperkuat pengamanan siber.
Baca SelengkapnyaWacana angkatan siber kembali mencuat setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto untuk membentuk matra baru di TNI.
Baca SelengkapnyaUntuk surat persetujuan ini pada 20 November 2023.
Baca SelengkapnyaMabes Polri tengah menyiapkan pembentukan Direktorat Siber. Direktorat baru ini akan ditempatkan pada delapan Polda.
Baca SelengkapnyaSukamta mengatakan satgas tersebut harus terdiri dari beberapa ahli, bukan hanya dari kominfo maupun BSSN saja
Baca SelengkapnyaAlbertus menggantikan posisi yang sebelumnya diisi Komjen Pol Drs Putu Jayan Danu Putra.
Baca SelengkapnyaIndonesia mengalami 2.200 serangan siber per satu menit.
Baca SelengkapnyaIa optimistis Menko Polkam yang baru, Budi Gunawan, mampu mengorkrestasi sejumlah permasalahan tersebut
Baca SelengkapnyaPT Media Telekomunikasi Mandiri (MTM) kembali menegaskan komitmennya di bidang keamanan siber dengan menghadirkan platform CyberX.
Baca SelengkapnyaDampak negatif itu mulai dari kerugian finansial, masalah kesehatan mental
Baca SelengkapnyaPadahal, penegak hukum sudah berulang kali membongkar praktik kejahatan siber ini. Lalu kenapa masih tumbuh subur?
Baca Selengkapnya