Tanggapan Kak Seto soal Bocah Kelas 2 SD di Malang Dianiaya Kakak Kelas Hingga Koma
Merdeka.com - Kasus perundungan atau bullying yang menimpa seorang siswa kelas 2 SD mengundang keprihatinan dari Ketua Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau Kak Seto. MWF (8), dikeroyok 7 orang teman yang juga kakak kelasnya hingga alami koma dan harus mendapatkan perawatan rumah sakit.
Mirisnya, peristiwa itu dilakukan dua kali di tempat berbeda yakni Bendungan Sengguruh, Kepanjen, pada 11 November 2022 dan Kolam renang Desa Jenggolo, Kepanjen, pada 12 November 2022.
Kak Seto menilai, maraknya kasus bullying sebagai fenomena gunung es masa pra-remaja dan remaja penuh dengan energi membara. Maka, peran orang tua diperlukan dalam mengarahkan perasaan anak ke arah positif. Karenanya, lingkungan dapat membentuk pribadi negatif terhadap anak.
-
Siapa yang menjadi korban bullying? Korban dan pelakunya sendiri berada pada satu lingkungan yang sama.
-
Siapa pelaku aksi bullying tersebut? Kepolisian Resor Bulukumba telah mengamankan dua pelaku.
-
Siapa saja yang terdampak bullying? Perilaku bullying tak hanya berdampak pada korban, tetapi juga pelaku.
-
Siapa yang bisa jadi korban bullying? Ini adalah perilaku yang tidak adil dan merugikan, terutama saat dilakukan oleh individu atau kelompok yang memiliki kekuatan atau keunggulan atas korban.
-
Siapa yang pernah dibully? Korban Bullying Ariel Tatum adalah salah satu artis Indonesia yang dikenal dengan kecantikannya yang luar biasa. Ia memiliki wajah yang cantik, tubuh yang seksi, dan rambut yang indah. Namun, siapa sangka bahwa Ariel Tatum juga pernah mengalami bullying.
“Ini semua adalah karena anak-anak pra remaja maupun remaja itu sedang masa-masanya yang penuh dengan energi meledak-ledak ibarat gunung berapi yang ada magmanya yang membara. Ini semua bisa mengarah ke negatif atau pun positif tergantung dari lingkungan yang mendukungnya,” kata Kak Seto saat dihubungi merdeka.com, Jumat (25/11).
Kak Seto mengungkapkan, anak bisa menjadi seorang pembully dilatarbelakangi oleh emosi yang meledak-ledak akibat tidak adanya penghargaan orang tua terhadapnya. Bahkan, tak jarang orang tua yang membeda-bedakan anak.
“Seolah-olah anak yang hebat atau sukses itu yang pintar akademik saja. Melupakan anak yang pintar nyanyi, theater, olahraga, mungkin pintar menari, menggambar, dan sebagainya. Jadi, banyak anak-anak yang kemudian frustasi karena seolah merasa tidak berguna, tidak berdaya,” ungkapnya.
Menurutnya, seorang anak akhirnya terdorong mencari perhatian dengan cara yang salah di tempat lain. Salah satunya adalah sekolah, umumnya mencari sosok yang dinilainya lemah untuk kemudian dirundung.
“Mungkin marahnya kepada orang tua, kepada pendidik atau guru dan sebagainya. Akhirnya diledakkan kepada orang-orang yang lebih lemah atau anak lebih lemah,” ucapnya.
Dalam penanganan untuk korban, Kak Seto menerangkan, orang tua perlu memberikan dukungan moril. Di antaranya melakukan pendekatan individual terhadap anak dengan mengerti perasaannya dan berbicara heart-to-heart tindak bullying yang korban terima selama ini.
“Jadi anak dibesarkan hatinya, anak didengar juga bagaimana dari hasil bullying itu. Misalnya, dibully sebagai anak bodoh, anak jelek dan sebagainya. Karena bullying itu biasanya mengarah pada anak-anak yang berbeda dengan kelompoknya. Itu sering menjadi sasaran bullying,” terangnya.
“Setelah itu, kemudian diyakinkan bahwa dirinya adalah tetap anak yang baik, tetap anak yang tidak sebagaimana yang dituduhkan kepada para pelaku bullying itu,” lanjutnya.
Selain orang tua, peran sekolah juga tak kalah penting dalam mengawasi perilaku anak. Menurutnya, Komite Sekolah perlu turun tangan untuk membicarakan pemecahan masalah bullying bersama dengan sekolah dan para guru sesuai amanat Undang-Undang Perlindungan Anak.
“Undang-Undang Perlindungan Anak dengan tegas menyatakan anak wajib dilindungi dari berbagai tindak kekerasan di lingkungan sekolah, baik oleh pengelola sekolah, oleh para guru-gurunya maupun oleh teman-temannya sendiri,” tegasnya.
Kak Seto menambahkan, solusi terakhir pasca bullying sang korban tetap merasa tidak nyaman adalah melakukan pendidikan non formal atau homeschooling. Ini bertujuan sebagai upaya pemulihan psikis anak.
“Kalau ternyata dia tetap tidak aman di sekolah itu mohon dipindahkan ke sekolah lain atau sementara melakukan jalur pendidikan non formal. Semacam homeschooling, sehingga anak tetap nyaman dan dalam keadaan belajar yang tidak diganggu oleh kekerasan oleh teman-temannya,” tutupnya.
Reporter Magang: Syifa Annisa Yaniar (mdk/ded)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini, tiga orang siswa yang melakukan tindak perundungan atau bullying sudah diperiksa.
Baca SelengkapnyaKasus perundungan kembali terjadi dan viral di media sosial. Kali ini korbannya siswi sekolah menengah pertama (SMP) di Bojonggede, Kabupaten Bogor.
Baca SelengkapnyaSiswa SMA Islam As-Syafi'iyah 01, Bukit Duri, Tebet, Kota Jakarta Selatan menjadi korban pengeroyokan senior hingga koma pada Selasa (8/10).
Baca SelengkapnyaPelaku bullying SMP di Cilacap kini tengah diamankan. Ibu korban bullying tak mampu tahan emosi saat bertemu pelaku.
Baca SelengkapnyaAksi pengeroyokan tersebut sempat direkam menggunakan smartphone oleh salah seorang temannya hingga kemudian viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaKedua pelaku dikenakan UU perlindungan anak dan KUHP.
Baca SelengkapnyaSaat penganiayaan terjadi korban FF dipukul beberapa kali di bagian perut dan wajah.
Baca SelengkapnyaDelapan orang itu diduga melakukan penganiayaan hingga mencabut kuku korban yang dituduh mencuri celana dalam.
Baca SelengkapnyaAksi perundungan itu diduga dilakukan di perkampungan dekat SMPN 1 Babelan.
Baca SelengkapnyaPolisi menduga siswa SMA di Tebet yang dianiaya hingga koma akibat berkelahi dengan kakak kelasnya
Baca SelengkapnyaDalam pemeriksaan juga terungkap, salah satu pelaku sempat berpindah sekolah karena terlibat kasus perkelahian.
Baca SelengkapnyaVideo berdurasi 34 detik itu, korban menerima pukulan bertubi-tubi dari pelaku
Baca Selengkapnya