Tiga Belas Pekerja Migran yang Bekerja di Singapura Raih Gelar Sarjana
Merdeka.com - Sebanyak 13 pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Singapura berhasil meraih gelar sarjana dari Universitas Terbuka (UT). Ke-13 pekerja migran tersebut diwisuda dengan memanfaatkan peluang belajar sembari bekerja di luar negeri.
Atase Ketenagakerjaan di Singapura, Devriel Sogia, menjelaskan, rata-rata PMI di Singapura mendapat jatah libur 1 hari dalam seminggu. Para pekerja migran yang diwisuda UT mampu memaksimalkan peluang libur mereka dengan belajar di UT.
"Kami mengingatkan kepada semua PMI di Singapura, untuk tetap meningkatkan keterampilan dan pendidikan melalui berbagai akses yang ada di sana," kata Devriel usai menghadiri wisuda Pekerja Migran Indonesia di Gedung UT Convention Center, Tangerang Selatan pada Selasa (12/11).
-
Gaji rata-rata di Singapura berapa? Melansir dari Salary Explore, seseorang yang bekerja di Singapura biasanya mendapatkan penghasilan sekitar 8.450 SGD atau setara Rp 95 juta (kurs Rp 11.257).
-
Siapa yang liburan di Singapura? Bella Saphira memilih Singapura sebagai tempat untuk menghabiskan liburannya dan ngopi cantik di negara tetangga.
-
Siapa yang mendapat gaji tertinggi di Singapura? Jika berpengalaman mendapatkan gaji sekitar Rp50 juta hingga Rp90 juta per bulan.
-
Apa pekerjaan yang sedang meningkat di Singapura? Melansir dari CNBC, menurut LinkedIn pekerjaan yang membantu perusahaan untuk digitalisasi dan tumbuh di tengah volatilitas ekonomi sedang meningkat di Singapura.
-
Kenapa liburan semester genap penting? Setelah menyelesaikan pembelejaran selama 2 semester, para pelajar mendapatkan waktu istirahat dari kegiatan sekolah untuk sementara waktu.
-
Kapan gaji di Singapura naik? Gaji di Singapura pun cenderung akan mengalami kenaikan sekitar 9 persen setiap 15 bulan.
Menurut Davriel, peluang untuk mengenyam pendidikan selama bekerja di Singapura didasari 2 hal. Pertama, kemauan keras para PMI untuk meningkatkan keterampilan dan pendidikan. Kedua, kesempatan yang diberikan oleh majikan.
"Jadi dua hal itu yang saling terkait. Yaitu keinginan, upaya dia ingin maju, dan kesempatan dari majikan," terang Davriel.
Ia pun mencontohkan dengan salah satu PMI yang diwisuda hari ini, yaitu Asmaunisak. Perempuan yang biasa disapa Nisak ini disebutnya tetap mengikuti pendidikan di UT selama bekerja. Meskipun, ia harus menyelesaikan studinya hingga 6 tahun.
"Saya mengimbau kepada teman-teman PMI semua bahwa bekerja ke Singapura ini hanya sebagai pijakan. Untuk maju ke depan, untuk membangun kehidupan yang lebih baik, salah satu upayanya tadi, belajar sambil bekerja," ujarnya.
Tiga Belas Pekerja Migran yang Bekerja di Singapura Raih Gelar Sarjana ©2019 Merdeka.comDavriel menambahkan, selain pendidikan formal seperti yang diselenggarakan UT, Pemerintah Indonesia juga menyediakan sejumlah akses peningkatan keterampilan bagi PMI. Salah satunya adalah Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kerja (P3K).
Davriel melanjutkan, P3K adalah kursus selama 6 bulan yang terdiri dari 8 kejuruan. Yaitu Barista, Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Komputer, Tata Kecantikan, Menjahit, dan Baking. Saat ini, P3K di Singapura diikuti sekitar 600 PMI.
"Dari 8 kejuruan ini, kita akan terus meningkatkan kualitas pelatihan. Kita juga akan bekerja sama dengan BNSP guna mendapatkan sertifikasi yang diakui oleh Indonesia," ujarnya.
Salah satu PMI yaitu Nisak (36 tahun), sangat bersyukur akhirnya dapat diwisuda. Pendidikan yang dienyam selama ini berasal dari keinginannya untuk meningkatkan keterampilan, serta mendapat dukungan penuh dari majikannya.
"Semoga bisa menjadi contoh bagi teman-teman pekerja migran, bahwa pekerja migran juga bisa sekolah, bisa kuliah, jadi orang-orang yang bekerja di luar negeri jangan menganggap diri kita itu rendah, anggap diri kita ini pekerja, bukan pembantu," terang perempuan asal Kendal, Jawa Tengah tersebut.
Tiga Belas Pekerja Migran yang Bekerja di Singapura Raih Gelar Sarjana ©2019 Merdeka.comIa pun berterima kasih kepada majikannya, Mrs. Lisa Tan, yang turut mengantarkannya untuk wisuda di Indonesia. Tak hanya itu, majikannya juga telah membantu biaya pendidikan, biaya wisuda, hingga memfasilitasi keluarga Nisak untuk datang pada acara wisuda.
"Dia dan keluarganya support saya. Dia membayarkan kuliah saya, tiket pesawat, nginep di hotel juga dia yang bayar, tidak memotong gaji," ujar Nisak.
Nisak sendiri mengambil program pendidikan Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan. Selain Nisak, 12 PMI yang diwisuda adalah Ida Supartini dari program studi Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan, Jamilah (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Maria Kareri Hara (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Eti Maini (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Reni Haryati (S1 Akuntansi), Tuti Sulistyaningsih (S1 Manajemen), Mahdalena(Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Dorince Lassa (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Saryanti (S1 Ilmu Pemerintahan), Juwita Seo (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan), Umi Nadhiroh (S1 Manajemen), dan Wiratna (Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan).
Sementara itu, Direktur UT Batam, Eliaki Gulo, menambahkan, program pendidikan bagi pekerja migran ini merupakan upaya mendekatkan akses peningkatan keterampilan dan pendidikan bagi WNI di luar negeri. Selain di Singapura, program ini juga ada di Kuala Lumpur dan Johor (Malaysia).
Saat ini, mahasiswa UT di Singapura sebanyak 230 mahasiswa, Kuala Lumpur sebanyak 500 mahasiswa, dan Johor 280 mahasiswa.
"Ini adalah upaya bersama, bukan hanya UT namun juga pemerintah, untuk memberikan akses pendidikan kepada warga kita yang ada di luar sana," paparnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Direktur Jenderal Imigrasi Kemenkumham Silmy Karim mengatakan, baru-baru ini, banyak pelajar Indonesia yang memutuskan pindah kewarganegaraan ke Singapura.
Baca SelengkapnyaSyarat utama untuk mendapatkan kewarganegaraan Singapura adalah bagi mereka yang telah menetap selama setidaknya dua tahun.
Baca SelengkapnyaMenaker mengapresiasi para Pekerja Migran Indonesia di Singapura yang mengisi hari liburnya dengan kegiatan positif.
Baca SelengkapnyaPelemahan nilai tukar Ringgit dan perekonomian Malaysia mendorong warganya mencari pekerjaan di Singapura.
Baca SelengkapnyaOrang kaya Singapura menjadi kelompok paling tidak puas dengan prinsip hidup seimbang, atau dikenal dengan work life balance.
Baca SelengkapnyaGaji minimal yang diterima pekerja asing yaitu SGD5.600 atau setara Rp65 juta per bulan.
Baca SelengkapnyaKementerian Hukum dan HAM mencatat ribuan warga negara Indonesia berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura.
Baca SelengkapnyaDirektorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham mencatat sebanyak 3.912 WNI beralih menjadi warga negara Singapura selama 201
Baca SelengkapnyaSiswa masa kini dinilai memiliki lebih banyak rasa ingin tahu dibandingkan dengan apa yang dimiliki siswa dulu.
Baca SelengkapnyaPHK besar-besaran di sejumlah perusahaan besar menjadi perhatian serius bagi pemerintah Singapura.
Baca SelengkapnyaPemerintah tidak bisa melarang warga Indonesia pindah kewarganegaraan. Sebab, hal itu merupakan hak warga negara.
Baca SelengkapnyaSetidaknya, pada tahun 2021 dan 2022, ada sekitar 1.000 mahasiwa Indonesia berubah status menjadi warga negara Singapura.
Baca Selengkapnya