Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tragedi Perang Bubat & mitos orang jawa dilarang kawin dengan sunda

Tragedi Perang Bubat & mitos orang jawa dilarang kawin dengan sunda buku nikah. ©2013 Merdeka.com/hery

Merdeka.com - Pernahkah anda mendengar bahwa orang Sunda dilarang menikah dengan orang Jawa atau sebaliknya? Ternyata hal itu hingga ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat kita. Lalu apa sebabnya?

Mitos tersebut hingga kini masih dipegang teguh beberapa gelintir orang. Tidak bahagia, melarat, tidak langgeng dan hal yang tidak baik bakal menimpa orang yang melanggar mitos tersebut.

Lalu mengapa orang Sunda dan Jawa dilarang menikah dan membina rumah tangga. Tidak ada literatur yang menuliskan tentang asal muasal mitos larang perkawinan itu. Namun mitos itu diduga akibat dari tragedi perang Bubat.

Peristiwa Perang Bubat diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda. Konon ketertarikan Hayam Wuruk terhadap putri tersebut karena beredarnya lukisan sang putri di Majapahit, yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman pada masa itu, bernama Sungging Prabangkara.

Hayam Wuruk memang berniat memperistri Dyah Pitaloka dengan didorong alasan politik, yaitu untuk mengikat persekutuan dengan Negeri Sunda. Atas restu dari keluarga kerajaan Majapahit, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamar Dyah Pitaloka. Upacara pernikahan rencananya akan dilangsungkan di Majapahit.

Maharaja Linggabuana lalu berangkat bersama rombongan Sunda ke Majapahit dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat. Raja Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Dyah Pitaloka dengan diiringi sedikit prajurit.

Menurut Kidung Sundayana, timbul niat Mahapatih Gajah Mada untuk menguasai Kerajaan Sunda. Gajah Mada ingin memenuhi Sumpah Palapa yang dibuatnya pada masa sebelum Hayam Wuruk naik tahta, sebab dari berbagai kerajaan di Nusantara yang sudah ditaklukkan Majapahit, hanya kerajaan Sunda lah yang belum dikuasai.

Dengan maksud tersebut, Gajah Mada membuat alasan oleh untuk menganggap bahwa kedatangan rombongan Sunda di Pesanggrahan Bubat adalah bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada Majapahit. Gajah Mada mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin, tetapi sebagai tanda takluk Negeri Sunda dan pengakuan superioritas Majapahit atas Sunda di Nusantara. Hayam Wuruk sendiri disebutkan bimbang atas permasalahan tersebut, mengingat Gajah Mada adalah Mahapatih yang diandalkan Majapahit pada saat itu.

Versi lain menyebut bahwa Raja Hayam Wuruk ternyata sejak kecil sudah dijodohkan dengan adik sepupunya Putri Sekartaji atau Hindu Dewi. Sehingga Hayam Wuruk harus menikahi Hindu Dewi sedangkan Dyah Pitaloka hanya dianggap tanda takluk. (mdk/hhw)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Disebut Hanya Mitos Ciptaan Belanda, Ini Fakta di Balik Perang Bubat yang Memisahkan Jawa dengan Sunda
Disebut Hanya Mitos Ciptaan Belanda, Ini Fakta di Balik Perang Bubat yang Memisahkan Jawa dengan Sunda

Perang Bubat disebut menyebabkan perpecahan antara Jawa dan Sunda. Tapi apakah benar peristiwa itu pernah terjadi? Atau hanya fiktif belaka?

Baca Selengkapnya
Mitos Orang Jawa Menikah dengan Orang Sunda, Disebut Banyak Perselisihan
Mitos Orang Jawa Menikah dengan Orang Sunda, Disebut Banyak Perselisihan

Mitos orang Jawa menikah dengan Orang Sunda disebut sulit bersatu.

Baca Selengkapnya
Mitos Pernikahan Jawa yang Umum Dipercaya, Simak Selengkapnya
Mitos Pernikahan Jawa yang Umum Dipercaya, Simak Selengkapnya

Pernikahan dalam adat Jawa tak bisa lepas dari aneka mitos yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Baca Selengkapnya
Konon Warga Lamongan Dilarang Menikah dengan Warga Kediri, Ini Kisah di Baliknya
Konon Warga Lamongan Dilarang Menikah dengan Warga Kediri, Ini Kisah di Baliknya

Mitos larangan menikah tak hanya berlaku pada orang Jawa dan Sunda, ternyata sesama suku Jawa pun ada yang terlarang menikah.

Baca Selengkapnya
8 Mitos Tempat Wisata yang Bikin Putus Cinta
8 Mitos Tempat Wisata yang Bikin Putus Cinta

Beberapa tempat wisata di Tanah Air diyakini menjadi tempat terlarang untuk pacaran.

Baca Selengkapnya
Mengenal Mlumah Murep, Tradisi Larangan Perkawinan di Masyarakat Ponorogo
Mengenal Mlumah Murep, Tradisi Larangan Perkawinan di Masyarakat Ponorogo

Dalam bahasa Jawa, mlumah berarti terlentang dan murep artinya tengkurap.

Baca Selengkapnya
Mitos Anak Terakhir Menikah dengan Anak Terakhir Menurut Adat Jawa, Disebut Bawa Kemalangan
Mitos Anak Terakhir Menikah dengan Anak Terakhir Menurut Adat Jawa, Disebut Bawa Kemalangan

Mitos pernikahan anak terakhir dengan anak terakhir menurut adat Jawa disebut akan bawa malapetaka.

Baca Selengkapnya
Mitos di Jawa Timur yang Umum Berkembang, Simak Ulasannya
Mitos di Jawa Timur yang Umum Berkembang, Simak Ulasannya

Dibalut dalam cerita-cerita yang melegenda, setiap mitos membawa pesona dan misteri yang tak terlupakan.

Baca Selengkapnya
Potong Rambut saat Hamil Menurut Jawa, Dianggap Membawa Nasib Buruk
Potong Rambut saat Hamil Menurut Jawa, Dianggap Membawa Nasib Buruk

Menurut budaya Jawa, ibu hamil tidak boleh memotong rambut karena dipercaya akan membawa kesialan atau bahaya bagi ibu dan bayinya.

Baca Selengkapnya
Mengenal Mitos Pantang Larang, Kearifan Lokal Masyarakat Batubara Sumatra Utara
Mengenal Mitos Pantang Larang, Kearifan Lokal Masyarakat Batubara Sumatra Utara

Pantang larang berisi ajaran-ajaran apa yang tidak boleh dilakukan.

Baca Selengkapnya
7 Contoh Cerita Rakyat Mitos di Indonesia, Menarik Dibaca
7 Contoh Cerita Rakyat Mitos di Indonesia, Menarik Dibaca

Indonesia menyimpan beragam mitos-mitos yang menarik dan bikin penasaran. Mulai dari mitos tentang asal usul hingga hal yang mistis.

Baca Selengkapnya
Tradisi Larangan Pernikahan Ngalor Ngulon Masyarakat Jawa, Syarat Seseorang yang Akan Menikah
Tradisi Larangan Pernikahan Ngalor Ngulon Masyarakat Jawa, Syarat Seseorang yang Akan Menikah

Masyarakat di Desa Margopatut Nganjuk memiliki tradisi Ngalor Ngulon terkait dengan syarat seseorang yang akan menikah.

Baca Selengkapnya