Tren Teroris Dinilai Berubah, Alasannya Bukan Lagi Karena Ekonomi
Merdeka.com - Tren kelompok teroris dalam menjalankan aksinya mulai berubah. Jika dulu, pelaku cenderung laki-laki dan tidak membawa banyak pengaruh bagi keluarga dalam hal ini anak dan istrinya.
"Tetapi tren baru sekarang, sejak Sibolga, Surabaya, kemudian seperti Eselon IV Kementerian Keuangan, kemudian Eselon II Batang, yang terpengaruh kuat adalah istrinya. Istrinya ajak anaknya. Anaknya ajak bapaknya," ucap Irfan dalam sebuah diskusi di bilangan Jakarta, Sabtu (16/11).
Dia juga melihat, latar belakang seseorang terpapar bukan lagi semata-mata karena alasan ekonomi.
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
-
Apa tren keluarga artis di Jawa Timur? Berbicara soal public figure dengan jumlah anak banyak, Gen Halilintar tentu tak bisa ditinggalkan. Tak tanggung-tanggung, keluarga ini memiliki anak setidaknya ada 11 orang persis seperti jumlah satu tim pemain sepak bola.
-
Apa yang menjadi tren dari nama kelompok nyeleneh? Memberikan nama kelompok nyeleneh dapat membuat suasana kian ramai dan menyenangkan.
-
Kenapa suami berubah sikap? Hidupku tadinya tidak menyedihkan sampai kamu telah banyak berubah. Aku rindu kamu yang dulu. Kamu yang selalu menyayangiku.
-
Mengapa preman itu berubah? Akhirnya, preman tersebut merasa malu atas kekalahannya, mengakui kesalahannya, dan menyatakan keinginannya untuk belajar kepada Sunan Drajat.
-
Siapa yang terpengaruh kalau pria gak hormat sama ibunya? Pria yang tidak menunjukkan rasa hormat terhadap ibu mereka dapat mencerminkan kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai keluarga dan hubungan yang sehat.
"Jadi kalau alasannya ekonomi, eselon II Batang aja sudah sejahtera. Eselon IV Kementerian Keuangan, bahkan S2 Flinders University, ditemukan di Suriah dengan 5 gadisnya berjuang," ungkap Irfan.
Namun di Indonesia, tampilan sosok teroris dibungkus dengan kesan karena alasan ekonomi hingga memilih jalan tersebut.
"Kalau di negara-negara lain bukan faktor ekonomi, tapi di negara kita kemasannya lebih banyak faktor ekonomi tetapi lebih benar dikemas tafsiran agama, dengan jihad diarahkan satu makna, tafsiran hijrah diarahkan satu makna, tafsiran thogut diarahkan satu makna. Dan tafsiran kafir itu dipaksakan ke semua orang, bukan hanya polisi," pungkasnya.
Reporter: Putu Merta Surya Putra
Sumber: Liputan6.com
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Budaya patriaki memiliki andil cukup besar dalam penyebaran paham radikal pada kaum perempuan.
Baca SelengkapnyaKepala BNPT ungkap terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSejatinya dalam penanganan konflik maupun pencegahan radikal terorisme, kaum perempuan juga perlu dilibatkan.
Baca SelengkapnyaSebelum terjadi aksi mutilasi pelaku terhadap korban, TR diduga mengalami perubahan karakter dan sifat.
Baca SelengkapnyaNoor Huda berpesan agar masyarakat tidak terpaku pada stereotipe atau subjektivitas yang berlaku di masyarakat.
Baca SelengkapnyaBanyak faktor yang menjadi pemicu, salah satunya ketidakmampuan untuk mengendalikan amarah.
Baca SelengkapnyaPuluhan mantan narapidana teroris yang bernaung di Yayasan Ansharul Islam, Tasikmalaya, Senin (27/11), mendeklarasikan akan berperan aktif pada Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaSaat ini BNPT memiliki berbagai program yang fokus membentuk kekuatan rumah tangga.
Baca SelengkapnyaPenangkapan teroris itu berjalan linier dengan menurunnya aksi terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaJenderal Sigit mengatakan saat ini gerakan terorisme menjadi lebih berbahaya karena bergabung dengan jaringan narkoba atau narkotika.
Baca SelengkapnyaTren Kejahatan TPPO Meningkat Tiap Tahun, Ini Solusi Pemerintah
Baca Selengkapnya