Tukimin Selalu Teringat Peristiwa Rumahnya Dibakar Belanda
Merdeka.com - Agresi militer Belanda II tahun 1948 membuat situasi di sebagian wilayah Indonesia tegang. Sejumlah wilayah berhasil diduduki tentara Belanda, tak sedikit penduduk pribumi mengungsi untuk mencari tempat aman.
Tukimin adalah saksi hidup masuknya kembali penjajah Belanda setelah menyerah dari Jepang pada tahun 1942. Tukimin sekarang berusia 90 tahun, tinggal di Kampung Jatibulak, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
"Belanda masuk lagi itu saya masih sekolah madrasah, kelas empat," kata Tukimin ketika berbincang dengan merdeka.com pada Sabtu (17/8).
-
Kenapa Belanda melancarkan Agresi Militer I? Serangan ini dilakukan dengan dalih bahwa Indonesia merupakan Negara Federal yang masih di bawah kekuasaan Belanda.
-
Bagaimana Belanda menguasai wilayah? Sistem baru ini mengubah cara Belanda dalam menguasai daerah dengan menerapkan kolonialisme dan imperialisme dengan melakukan politik ekspansi.
-
Apa yang dilakukan tentara Belanda di Tegal? Potret lawas selanjutnya adalah tentara Belanda sedang menikmati alunan musik keroncong yang diamkan oleh orang-orang Pribumi. Nampak 3 orang tentara sedang duduk di sebidang tanah di Kota Tegal kurang lebih tahun 1947. Seakan-akan foto itu berbicara, ketiga tentara itu begitu sumringah dan senang mendengarkan musik keroncong yang dibawakan oleh warga pribumi.
-
Dimana Agresi Militer Belanda I terjadi? Di Sumatera, Belanda ingin menguasai pertambangan dan perkebunan. Sementara di Jawa, Belanda bergerak ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, dengan tujuan menguasai pabrik, pelabuhan, dan perkebunan.
-
Kenapa Belanda menguasai wilayah Batak? Selain menguasai wilayah, Belanda pun juga membawa pengaruh budaya baru, yaitu penyebaran agama kristen yang tergabung dalam gerakan Rijnsche Zending dan tokoh penyebarannya yaitu Nommensen.
-
Bagaimana kondisi Indonesia di tahun 1945-1950? Sebab, pada tahun itu, kondisi politik dan keamanan negara sudah mulai kondusif, karena pada 1945 hingga 1950-an masih banyak peperangan yang mengharuskan rakyat Indonesia mempertahankan kemerdekaannya.
Meski duduk di bangku kelas empat, tapi usianya telah remaja, sekitar 18 tahun. Ia tak dapat melanjutkan pendidikan ketika Belanda menduduki kampung halamannya, Sukoharjo, Jawa Tengah.
"Karena sekolah saya dipakai untuk markas tentara Belanda," ujar dia.
Ia sempat merasakan kekejaman Belanda. Rumahnya dibakar habis. Gara-garanya bermula dari penjarahan di sebuah pasar kampung. Seorang etnis China menjadi korban, ketika sedang berlari membawa tas ransel, dijegal oleh kakaknya sampai jatuh. Barang di dalam tas itu diambil oleh penduduk pribumi.
"Orang China itu lapor ke Belanda, kemudian rumah orang tua saya dibakar sampai habis. Kami kemudian mengungsi ke tempat saudara yang ada di kecamatan lain," kata dia.
Tukimin yang sekarang kesehariannya mencari rumput untuk makan kambing peliharan, merasakan sulitnya mendapat pendidikan selama masa penjajahan.
"Sekolah pada zaman kolonial itu paling rendah harus anak lurah, kalau bukan anak lurah belum boleh," tuturnya.
Karena anak petani, dia tak bisa mengenyam pendidikan di sekolah formal ketika itu. Adapun sekolah tersebut hanya ada di pusat karesidenan atau pusat pemerintahan (setingkat provinsi). "Yang belajar di sana bisa pintar bahasa inggris," ujar dia.
Sementara anak-anak petani, kata dia, lebih banyak belajar di madrasah, cenderung belajar agama dibandingkan sekolah umum. Meski demikian, pelajar di sekolah madrasah tak bebas belajar begitu saja. Aktivitas di sekolah mendapatkan pengawasan dari centeng-centeng Belanda. "Yang mengawasi orang pribumi yang berkhianat," kata dia.
Begitu merdeka, kata dia, penduduk pribumi baru bisa belajar membaca. Ketika itu, lewat program pemberantasan buta huruf yang digelorakan oleh Presiden Soekarno. Sedikit demi sedikit, anak-anak miskin mulai bisa membaca dan menulis.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kedatangan mereka yang tiba-tiba membuat gempar masyarakat pesisir Tuban
Baca SelengkapnyaSetelah melewati pertarungan yang sengit, pada akhirnya Kota Purwokerto berhasil dikuasai Belanda.
Baca SelengkapnyaWesterling tiba di Makassar pada 5 Desember 1946, tanpa basa-basi mereka langsung membuat teror dan mimpi buruk bagi masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaRumah itu dulunya jadi tempat menyiapkan strategi perang dan tempat latihan militer
Baca SelengkapnyaPotret lawas orang-orang Belanda berbondong-bondong naik kapal laut saat diusir dari Indonesia beredar di media sosial.
Baca SelengkapnyaPertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947
Baca SelengkapnyaPada 1947, umat islam Tanah Air berperang melawan Belanda pada hari ketiga puasa.
Baca SelengkapnyaBetapa seramnya peristiwa itu, hingga memunculkan duka lantaran sosok heroiknya berakhir tragis. Toha bersama beberapa pasukan kemerdekaan didapati gugur
Baca SelengkapnyaPada dinding-dinding rumah itu masih terdapat lubang-lubang bekas peluru yang ditembakkan pada saat perang meletus.
Baca Selengkapnya74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.
Baca SelengkapnyaPerlawanan yang dilakukan kaum PKI terhadap pemerintah Hindia Belanda ini pecah di Minangkabau atau tepatnya di daerah Silungkang dekat tambang Sawahlunto.
Baca SelengkapnyaSerangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Baca Selengkapnya