Warga terdampak erupsi Gunung Agung sulit mengungsi karena hewan ternak
Merdeka.com - Pagi tadi pukul 06.00 WITA PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) menyatakan status Gunung Agung, Bali menjadi Awas. Untuk itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kepada warga desa sekitar Gunung Agung untuk segera mengungsi.
Namun, Kepala Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, banyak warga yang sulit di evakuasi karena menganggap masih merasa aman dan menelantarkan hewan ternaknya. Warga desa pun tak mau mengungsi jika hewan ternaknya ditinggalkan.
BNPB akan membujuk warga desa yang belum mengevakuasi dan kemungkinan akan dilakukan evakuasi paksa oleh para personel demi keselamatan warga. Sebab sejak Sabtu (25/11), sejumlah warga telah mengevakuasi secara mandiri.
-
Mengapa warga Dusun Tempel tidak mengungsi saat erupsi Merapi? Fakta unik lain dari Dusun Tempel adalah ketika terjadi erupsi Gunung Merapi pada 2010 lalu. Kala itu, banyak dari warga di desa tetangga yang mengungsi. Namun Dusun Tempel warganya justru tetap memilih tetap tinggal di rumah kendati jaraknya amat dekat.
-
Kenapa warga Kampung Stabelan tidak panik saat erupsi Merapi? Terkait dengan ancaman erupsi Merapi, warga setempat mengaku bahwa hal itu sudah biasa. Jadi mereka tidak panik sama sekali.
-
Bagaimana warga di kampung itu? Selain memiliki pemandangan yang indah dengan hamparan rumput, warga di kampung tersebut dikenal ramah.
-
Kenapa warga di Sukamulya merasa takut? Diungkap Maska, jika warga sekitar saat ini mengalami kondisi ketakutan karena topografi tanah di sana yang merupakan perbukitan. Mereka khawatir jika bukit yang ada di Kampung Tengah akan longsor.
-
Kenapa pendaki lari menyelamatkan diri saat erupsi? Mereka hanya memikirkan bagaimana cara selamat dari abu erupsi.
-
Kenapa warga Kampung Teko tetap tinggal di kampung yang tenggelam? Masyarakat di kampung apung disebut tak ingin meninggalkan daerah tersebut karena merupakan tanah kelahiran. Selain itu, alasan lainnya adalah daerah tersebut merupakan tempat mencari nafkah sehingga sulit jika harus pindah ke tempat baru.
"Terkait dengan dampak, masyarakat memang belum mau mengungsi semua dengan alasan ternak. Kalau ternaknya diungsikan biasanya pemiliknya baru ikut, kalau ternaknya tidak diungsikan mereka tetap jaga ternaknya. Sampai saat ini data sementara di atas masih ada ribuan baik itu sapi, kambing, babi. Pada saat status siaga perkiraan saat itu ada sekitar 14.000 ekor," kata Sutopo di ruang Pusdalops Graha BNPB, Jl Pramuka Kav 38, Jakarta Timur, Senin (27/11).
Sutopo melanjutkan, dari 14.000 hewan ternak yang tercatat, baru sekitar 8.534 yang telah di evakuasi. Sementara sisanya 5.457 ternak belum di evakuasi ke zona yang aman. Saat ini pun tim satuan petugas hewan peternakan terus mengevakuasi sisa ternak tersebut.
"Yang sudah dievakuasi sejak status awas adalah 8.543 ekor ternak, yang sudah di evakuasi berada di 43 titik. Saat ini diperkirakan lebih dari 5.457 ekor ternak," tutur Sutopo.
Sampai saat ini dari data sementara, terdapat 40.000 pengungsi dari 22 desa yang masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) dari erupsi Gunung Agung. Pemerintah pun sudah menetapkan siaga darurat bencana.
"Jumlah data pengungsi sampai saat ini masih dalam pendataan, kemungkinan lebih dari 40 ribu masyarakat mengungsi di berbagai tempat. Sampai saat ini Status tetap tanggap darurat, status pemerintah sampai saat ini menetapkan status siaga darurat menghadapi erupsi dari gunung Agung," tutup Sutopo.
Sementara, terkait dengan penganan pengungsi, BNPB telah mengoordinasikan Potensi nasional bencana bersama TNI, Polri, Basarnas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pariwisata, Kementerian BUMN dan lainnya untuk melakukan pendampingan pada pemerintah daerah.
"Sampai saat ini tanggung jawab penanganan erupsi gunung agung masih berada pada di gubernur Bali. Kecuali nanti ada perintah Presiden yang menginstruksikan agar komandan satgas nasional penanganan erupsi gunung agung di serahkan pada BNPB maka kita bisa lakukan langkah langkah terkait percepatan," tutup Sutopo. (mdk/fik)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gunung Merbabu terbakar hebat sejak Jumat (27/10).
Baca SelengkapnyaAnjing dan kucing itu terlantar setelah orang-orang meninggalkan desa untuk mengungsi akibat erupsi Gunung Ruang.
Baca SelengkapnyaAsap tebal karhutla ini membuat warga keculitan bernapas dan menyebabkan mata perih.
Baca SelengkapnyaDitumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca SelengkapnyaJalanan yang sempit dan terjal sudah menjadi bagian dari keseharian mereka.
Baca SelengkapnyaSebanyak 26 warga Kabupaten Luwu terpaksa jalan kaki 6 jam menuju ke pengungsian setelah desanya terisolasi akibat banjir dan longsor.
Baca SelengkapnyaAda seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.
Baca SelengkapnyaWarga di kampung itu harus direlokasi setelah terjadi peristiwa longsor.
Baca SelengkapnyaKampung Bulak Barat sempat direndam banjir hingga menutupi rumah-rumah warga
Baca SelengkapnyaWarga desa itu dibantu sejumlah kerabat untuk membawa barang dan ternak ke atas mobil.
Baca SelengkapnyaGempa susulan masih terus terjadi di perairan Tuban Utara atau dekat Kepulauan Bawean
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca Selengkapnya