34 DPW desak PPP kubu Djan Faridz cabut dukungan ke Jokowi
Merdeka.com - Sebanyak 34 Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) versi Muktamar Jakarta, mendesak Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP agar mencabut segala bentuk dukungan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Baik itu dalam pemerintahan saat ini, maupun dalam Pilpres 2019 mendatang.
Para kader partai berlambang Kabah itu merasa kecewa terhadap perlakuan pemerintah Jokowi yang tak mengakui kepemimpinan Djan Faridz.
Para pimpinan wilayah PPP dari ujung barat hingga timur tersebut menyampaikan pernyataan sikap usai peringatan Hari Ulang Tahun ke-45 PPP, di Gelora Manahan, Solo, Minggu (7/1). Sejumlah Ketua DPW, membacakan pernyataan sikap di hadapan wartawan dan ribuan kader PPP yang hadir.
-
Apa usulan PKS untuk Jokowi? Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi atau Habib Aboe mengusulkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang bakal capres Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto untuk makan siang di Istana Kepresidenan.
-
Apa tanggapan PDIP soal Jokowi di Golkar? 'Dari manuver-manuver ini kan terbaca bahwa series cawe-cawe yang berlangsung selama ini dan kemungkinan ke depan, tidak lebih tidak kurang dari cara bagaimana agar bisa tetap berkuasa baik itu secara langsung maupun tidak langsung,' imbuh dia.
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Siapa yang akan menjembatani Jokowi dan PDIP? 'Pak Prabowo yang akan bisa menjembatani kembali, merajut kembali hubungan Pak Jokowi dengan PDIP. Kita tahulah, dalam hati mereka masing-masing sebenarnya sih sangat mungkin ketemu. Kenapa? Ya Pak Jokowi juga kan besar di PDI-P dan PDI-P juga kan pernah ikut dibesarkan Pak Jokowi,' kata Habiburokhman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (26/3).
-
Kenapa hubungan Jokowi dan PDIP merenggang? Diketahui, hubungan Jokowi dengan partai Pimpinan Megawati Soekarnoputri itu merenggang saat keduanya beda pilihan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
"Kami mendesak DPP PPP dan Ketum Djan Faridz untuk menyatakan sikap dan menginstruksikan pengurus seluruh tingkatan, agar tidak mendukung Jokowi pada Pilpres 2019 nanti. Desakan ini wajib untuk dilaksanakan oleh DPP sesuai mekanisme yang berlaku," ujar Ketua DPW PPP Jawa Tengah, Ahmad Wafi.
Indira, Ketua DPW Provinsi Papua mewakili DPW dan DPC wilayah timur, mengemukakan tuntutan yang sama. Menurut Indira, selama 3 tahun pemerintahannya Jokowi sudah menzalimi partainya. Aswan Jaya, Ketua DPW Sumatera Utara yang mewakili DPW dan DPC wilayah barat berkomentar lebih lantang.
"Kami berkumpul di sini, 34 provinsi, ketua-ketua dan sekretaris seluruh Indonesia, satu tujuan. Mendeklarasikan di Solo, di tempat kelahiran dan besarnya Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, dengan ini kami menyatakan, tidak akan mendukung lagi, tidak akan merestui, tidak akan menyetujui bila DPP PPP mencalonkan atau mendukung lagi Jokowi sebagai presiden untuk periode berikutnya," tandasnya.
"Kami juga mendesak Dewan Pimpinan Pusat PPP untuk mencabut seluruh dukungan yang pernah diberikan kepada Presiden. Kami meminta juga kepada DPP untuk mencopot seluruh baliho, spanduk, billboard yang mengatasnamakan PPP, yang menyatakan mendukung Joko Widodo," tandasnya lagi.
Sikap tegas tersebut, kata Aswan, dilakukan sebagai reaksi atas sikap pemerintah, melalui Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly yang tak mengakui PPP hasil Muktamar Jakarta pimpinan Djan Faridz. Sikap pemerintah tersebut dinilai sebagai pengangkangan dan pengkhianatan hukum.
Sementara itu, Djan Faridz menganggap wajar pernyataan sikap tersebut. Sikap keras para kader partai tersebut sebagai ungkapan kekecewaan terhadap keputusan Menteri Hukum dan HAM yang mengesahkan PPP kubu Romahurmuziy.
"Sikap seluruh pengurus dari DPW, DPC, dan ranting ini sesuatu yang wajar. Sebab musababnya dari seorang menteri yang tidak mengerti hukum, yang menzalimi keputusan MA. Kasihan keputusan MA dianggap seperti kertas kosong," tegasnya.
Kendati memaklumi sikap para kadernya, Djan mengaku tidak akan terburu buru dan gegabah dalam mengambil keputusan. Dia menyatakan, dalam politik masih ada kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa saja terjadi. Termasuk di antaranya kemungkinan islah, damai, kemungkinan bergabung atau kemungkinan keluarnya SK.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi, Komarudin juga menegaskan bahwa Gibran Rakabuming Raka juga bukan lagi kader PDIP
Baca SelengkapnyaMajelis Pertimbangan PPP merekomendasikan kepada Plt Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono untuk memecat kader PPP yang mendukung Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaPDIP terlihat melakukan perlawanan usai Golkar dan PAN gabung Prabowo
Baca SelengkapnyaJokowi membantah berkomunikasi dengan Golkar dan PAN sebelum kedua partai itu mendeklarasikan dukungan untuk Prabowo.
Baca SelengkapnyaHal ini disampaikan Puan saat ditanya soal arah dukungan Jokowi di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Baca SelengkapnyaPeserta aksi mengaku kecewa karena DPP Partai Golkar tidak mengusung kadernya pada Pilkada Jambi dan justru mendukung politisi dari partai lain.
Baca SelengkapnyaPanel menegaskan bahwa pengumuman sikap ProJo tersebut merupakan arahan langsung dari Jokowi.
Baca Selengkapnya“(Mereka) kader individu? Kalau individu boleh kita sebut oknum, itu bisa terjadi dari partai apapun,” kata Ganjar
Baca SelengkapnyaAdian menegaskan, penolakan atas permintaan tiga periode Jokowi itu karena tidak ingin mengkhianati konstitusi.
Baca SelengkapnyaJokowi akhirnya merespons pernyataan PDIP bahwa dirinya bukan lagi kader partai berlambang banteng hitam moncong putih itu.
Baca SelengkapnyaDi DPP PAN, bersama Jokowi partai-partai pemerintah minus PDIP dan NasDem bicara wacana pembentukan koalisi besar.
Baca SelengkapnyaKomarudin juga menyinggung, Jokowi sudah menghabisi PDIP. Dia menegaskan, PDIP tidak akan gentar terhadap manuver Jokowi di Pilkada 2024.
Baca Selengkapnya