Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Akom ungkap mengalah dari Setnov hingga tetap dicopot dari Ketua DPR

Akom ungkap mengalah dari Setnov hingga tetap dicopot dari Ketua DPR Ade Komarudin. ©dpr.go.id

Merdeka.com - Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Sentra Organisasi Karyaqan Swadiri Indonesia (SOKSI) Ade Komarudin meminta semua pihak untuk segera mengakhiri perasaan saling bermusuhan demi menjaga kemajemukan dan kemajuan bangsa Indonesia.

"Sudahilah perasaan saling bermusuhan. Mari merawat kemajemukan demi satu tujuan yakni Indonesia bangkit dan sejahtera," kata Ketum Depina SOKSI Ade Komarudin (Akom) saat perayaan HUT Soksi ke 57 dan sekaligus ulang tahunnya ke 52 di Jakarta dikutip dari Antara, Minggu (21/5).

Perayaan HUT Soksi tersebut diselenggarakan dengan sederhana dan ditandai dengan pemotongan kue ulang tahun Akom ke 52 dan SOKSI ke 57.

Lebih lanjut, Akom menegaskan, perasaan bangsa ini sekarang sedikit terganggu dengan isu SARA yang sangat sensitif ini. Padahal menurut Akom, persoalan ini sebenarnya sudah selesai baik secara konstitusi maupun kultural.

"Hal ini mulai terkoyak karena Pilkada (khususnya DKI). Jadi itu kepentingan jangka pendek soal kalah menang saja," kata Akom.

Padahal, tambah Akom, bangsa ini harus tetap ada berabad-abad dan selamanya. Akom mengusulkan, dalam Pilkada dan sebagainya tidak boleh mengusik hal-hal mendasar soal SARA.

"Bila dibiarkan ini sangat membahayakan persatuan kita," kata Akom.

Akom mengharapkan, minimal anggota pengurus SOKSI tidak ikut-ikutan memecah belah bangsa ini. Dan menularkan pengetahuan ke setiap kadernya bahwa tidak pernah ada masalah soal kebhinnekaan.

Dalam kesempatan itu, Akom juga menceritakan kenapa dirinya mundur dari pencalonan Ketum DPP Partai Golkar, karena tidak ingin partainya terkoyak dan terpecah belah. Dia tak mau melanjutkan pemilihan ketum Golkar, bertarung dengan Setya Novanto (Setnov) di putaran kedua pada Munas Golkar tahun lalu.

"Kemunduran saya sebagai kandidat ketua umum pada masa itu, saya lakukan semata-mata karena saya tidak rela jika Golkar harus terbelah karena saya ngotot maju! Saya tidak rela, jika Golkar harus menghadapi konflik internal kader yang berkepanjangan, dan karenanya proses rekonsiliasi adalah satu-satunya jalan."

"Saya mulai rekonsiliasi itu, dengan membiarkan saudara Setya Novanto melenggang sebagai Ketua Umum. Saya tegaskan, bahwa saya masih punya banyak kesempatan ke depan untuk kembali tampil memimpin Golkar, karena saya masih lebih muda usianya dibandingkan saudara Setya Novanto. Apalagi, saudara Setya Novanto berkomitmen, bahwa kami akan berbagi tugas, saya tetap memimpin DPR dan beliau memimpin Golkar," kata dia.

Akom menegaskan, pilihan mundur dari pencalonan saat itu karena dirinya ingin mempraktikkan demokrasi yang bermartabat. Dia juga menyinggung pencopotannya sebagai ketua DPR. Padahal, antara Setnov dan dirinya sudah komit untuk saling bekerja di Golkar dan DPR.

"Tidak sedikit kalangan yang mencibir langkah yang saya ambil. Saya dituduh sebagai orang naif, padahal saya punya kekuatan dan kemampuan untuk terus bertarung pada putaran kedua. Apalagi akhirnya jabatan ketua DPR yang diamanahkan kepada saya toh tetap diambil, tidak sesuai dengan komitmen pada munaslub," tambah dia.

"Lalu apakah saya merasa kalah? Saya ingin tegaskan! Bahwa saya tidak pernah merasa dikalahkan, karena memegang teguh prinsip-prinsip demokrasi yang bermartabat bagi saya jauh lebih penting dibandingkan mempraktikkan demokrasi yang kehilangan warna," tutup dia. (mdk/rnd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP