Formappi soroti pengawasan DPR yang lemah, gizi buruk di Asmat luput
Merdeka.com - Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) menyesalkan kinerja DPR dalam fungsi pengawasan yang dinilai masih kurang. Formappi menyampaikan hal itu dalam pemaparan evaluasi hasil kinerja DPR masa sidang III tahun 2017-2018.
Peneliti Formappi fungsi pengawasan M Djadijono menyoroti pengawasan DPR pada kejadian wabah campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua. Kejadian itu bukan berasal dari laporan DPR melainkan masyarakat yang melapor ke Dinas Kesehatan Provinsi Papua. Padahal, katanya, pada 30 oktober 2017 sampai 3 November 2017, Komisi VIII DPR melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke Papua.
"Karena ketika mereka melakukan kunker, mereka hanya melakukan rapat di kantor Gubernur, bukan turun di kabupaten-kabupaten. Padahal ada kasus gizi buruk tidak tertangkap sinyalnya oleh Komisi VIII dan tim otonomi khusus," kata Djadijono saat jumpa pers di markas Formappi, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (22/2).
-
Apa yang DPR sesalkan? 'Yang saya sesalkan juga soal minimnya pengawasan orang tua.'
-
Apa yang dipantau DPR terkait Pilkada? 'Pilkada serentak ini pastinya tidak kalah ‘panas’ dari Pemilu kemarin. Dan salah satu ruang pertarungan ide itu adanya di ruang digital, media sosial. Nah peran Polri di sini yaitu memastikan agar tidak adanya hoaks yang dapat memecah belah masyarakat. Konten-konten ujaran kebencian dan fitnah juga harus dipantau. Jangan sampai ada pihak yang sengaja menggiring dan menyesatkan masyarakat. Saya yakin polisi bisa 100% menjaga kondusifitas keamanan sepanjang Pilkada,' ujar Sahroni dalam keterangan (11/9).
-
Apa yang diapresiasi oleh DPR? Mengomentari hal itu, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni ikut mengapresiasi.
-
Apa yang DPR minta KPK usut? 'Komisi III mendukung penuh KPK untuk segera membongkar indikasi ini. Karena kalau sampai benar, berarti selama ini ada pihak yang secara sengaja merintangi dan menghambat agenda pemberantasan korupsi.'
-
Kenapa DPR mengapresiasi kinerja Bareskrim Polri? Komisi III DPR mengapresiasi kinerja Bareskrim Polri yang mampu membongkar tindak pidana pencucian uang (TPPU) dan kejahatan narkoba internasional jaringan FP.
-
Dimana DPR ingin polisi pantau? 'Saya jadi khawatir momentum mudik kemarin dijadikan sebagai jalur transaksi oleh para pengedar. Dia bawa narkoba ntah dari luar negeri atau suatu daerah, masuk ke daerah lainnya. Untuk itu setiap Polda, Polres, hingga Polsek, wajib pantau wilayahnya masing-masing. Pastikan tidak ada lonjakan narkoba,' tambah Sahroni.
"Ini artinya tidak turun sampai ke kabupaten-kabupaten di Papua. Karena itu dapat dipahami pula mereka tidak menemukan potensi gizi buruk di masyarakat Papua," tambahnya.
Selain itu, Formappi juga menyoroti kasus penganiayaan kepada tokoh-tokoh agama yang marak belakangan ini. Menurut Djadi, DPR secara kelembagaan tidak menunjukkan respons yang jelas dan tegas. Misalnya melalui pemanggilan terhadap Kementerian/Lembaga yang bertanggung jawab di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat maupun Kementerian Agama.
"Opini seperti ini dapat dikemukakan karena Raker/RDP komisi I misalnya tidak ditemukan adanya agenda pembahasan khusus tentang kasus penganiayaan tokoh agama maupun perusakan tempat tempat ibadah. Demikian pun komisi III dan juga di Komisi VIII," paparnya.
Formappi juga mengkritisi pengawasan DPR dalam kasus kecelakaan kerja di sektor Konstruksi. Formappi melakukan penelusuran laporan singkat (lapsing) rapat kerja/RDP Komisi V dengan Kementerian PUPR sebagaimana di upload di laman dpr.go.id. Sayang, tidak ditemukan adanya pembahasan khusus terkait kecelakaan kerja di sektor pembangunan infrastruktur.
Kemudian juga ada kenaikan harga beras. Formappi mencatat telah terjadi perbedaan pandangan antara komisi IV DPR dengan pemerintah terkait masalah kebijakan impor beras. Formappi juga tak menemukan berita adanya sikap lanjutan DPR terhadap kebijakan tersebut.
"Dapat kami simpulkan dalam fungsi pengawasan DPR terhadap kasus-kasus yang terjadi di masyarakat yang bersifat menonjol, justru DPR tidak hadir di situ menyembunyikan diri atau bersembunyi," tutup Djadijono.
"Yang jelas sikap sikap DPR tidak terlalu nampak secara kelembagaan secara komisi. Walau pribadi respon ada, tapi kan respon pribadi tidak mengikat kecuali rapat kerja dengan dia Kementerian lembaga," tambahnya.
Terkait hal itu, peneliti Formappi fungsi Legislasi berpendapat kinerja DPR dalam masa sidang III tak berbeda dengan sebelumnya.
"Formappi selalu memberi kartu merah kepada DPR terkait kinerja mereka," ucap Lucius di lokasi yang sama.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kehadiran anggota DPR dalam rapat paripurna (Rapur) selalu saja mengundang tanda tanya
Baca SelengkapnyaDPR Banyak Dapat Kritik dari Rakyat, Puan Maharani ungkap sederet poin kritiknya.
Baca SelengkapnyaTaryono menambahkan, pengesahan 1 RUU dari 47 Daftar RUU Prioritas 2024 merupakan potret buram kinerja legislasi DPR.
Baca SelengkapnyaAdapun pembahasan rapat terkait persiapan penegakan hukum Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaAnggota DPR dari fraksi Demokrat, Anita Jacoba meradang saat dihadapkan dengan pejabat Kemendikbudristek.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi II DPR Fraksi Partai Demokrat Ongku P. Hasibuan menegur kinerja Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) selama Pemilu.
Baca SelengkapnyaGuspardi menyoroti komisioner KPU. Dia menyebut, dari 7 komisioner, hanya 3 komisioner yang hadir
Baca SelengkapnyaSebelumnya Wakil Ketua Komisi II DPR RI Junimart Girsang menyebut 70 persen komisioner KPU se-Indonesia tidak layak.
Baca SelengkapnyaKomisi III DPR menggelar rapat kerja dengan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 1 Juli 2024.
Baca SelengkapnyaRapat kali ini membahas terkait evaluasi fungsi pengawasan terhadap internal KPK.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, dia mengingatkan terkait kasus judi online hingga masalah mafia tanah
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi I DPR sekaligus Ketua Fraksi PKS, Jazuli Juwaini memberikan kritik pahit terhadap anggaran Lemhanna
Baca Selengkapnya