Gerindra kritik Istana: Ada Ngabalin, Johan Budi kerjaannya apa? Makan gaji buta?

Merdeka.com - Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantono mengkritik jabatan Johan Budi sebagai Staf Khusus Komunikasi atau Juru Bicara (Jubir) Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia melihat Johan Budi tidak bekerja sejak Ali Mochtar Ngabalin ditarik Jokowi sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Indivasi Kantor Staf Presiden (KSP).
"Pak Johan Budi kerjaannya apa? Makan gaji buta? Kok seluruh fungsi dan kegiatannya diambil Pak Ali Muhtar Ngabalin ya? Kami dari masyarakat ngeliat kok yang jadi jubir Presiden namanya Pak Ali Mochtar Ngabalin. Saya bersahabat dengan Pak Ali Mochtar Ngabalin. Tapi kok saya ngeliatnya resminya kan beliau ada di anggota staf deputi empat KSP," ujar Ferry saat ditemui di Universitas Bung Karno, Jakarta Pusat, Jumat (29/6).
Ferry khawatir apa yang disampaikan Ali Mochtar Ngabalin merupakan representasi Presiden. Padahal belum tentu yang disampaikan Ngabalin mewakili Jokowi. Hal itu, kata Ferry, memperlihatkan ketidakprofesionalan di Istana.
"Tetapi kemudian posisinya sebagai Jubir. Tapi setahu kami jubir itu ditetapkan Pak Johan Budi itu stafsus Presiden bidang komunikasi. Nah itu aja dimana itu? Jadi semua orang bisa mewakili Presiden dan kemudian apa yg disampaikan pak Ali Mochtar Ngabalin itu dalam kapasitas nya sebagai Staf Deputi 4 atau sebagai orang istana, sebagai jubir,"? ujar dia.
Ferry kritikan Ngabalin yang menepis bahwa data Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto tentang utang negara tak berdasarkan data. Padahal, lanjut dia, data data utang yang Prabowo himpun berasal sumber institusi resmi. Saat itu Prabowo menyampaikan data utang saat bertemu dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
"Nah tiba tiba pernyataan pak Prabowo dibantah oleh pak Ali Mochtar Ngabalin bahwa pernyataan pak Prabowo itu sampah, tidak berdasarkan data. Padahal pak Prabowo menyampaikan data data yang sifatnya kuantitatif, dibantah oleh pak Ali Mochtar Ngabalin dengan pernyataan yang sifatnya kualitatif. Jadi sebenarnya nggak nyambung, jadi gimana. Kita mau bilang norak ya nggak pantes," ujar Ferry.
"Udah tahu di kediaman pak Zulhas pak Prabowo menyampaikannya ada slidenya, ada diberikan keterangan sumber data dari departemen keuangan, masa dibilang nggak ada berdasar. Sementara yang ngomong nggak berdasar nggak ada datanya. Coba, maksudnya kita juga harus menyampaikan kepada pihak istana supaya juga ya jangan yang seperti ini lah. Nanti kan jadi norak," tambahnya.
Lebih lanjut, Ferry menilai rezim sekarang ini sudah tak pantas memimpin negara. Sebab, kepemimpinan Jokowi lebih banyak citra dibanding fakta.
"Emang sebenarnya bukan tanda tanda kepanikan. Memang udah nggak cocok juga menurut saya. Jadi lebih banyak pencitraannya, menyembunyikan kebenarannya. Kemudian manipulasi fakta," tandas Ferry.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya