Megawati Ancam Pecat Kader PDIP Yang Terbukti Sebar Hoaks
Merdeka.com - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri mewanti-wanti kader banteng moncong putih agar tak ikut melakukan penyebaran hoaks.
Megawati bahkan mengancam, bila di PDI Perjuangan terdapat penyebar hoax, ia minta segera keluar dari partai dan mesti bertanggung jawab.
Megawati memandang, hoaks atau berita bohong berdampak memecah belah bangsa Indonesia. Sedang penyebar hoaks ia nilai sebagai pengecut yang tak bersifat ksatria dan lupa diri.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Siapa yang menyebarkan video hoaks? Video diunggah oleh akun @margiyo giyo
-
Kenapa anak mudah kecanduan media sosial? Anak-anak cenderung lebih mudah terjebak dalam kecanduan media sosial karena otak mereka sangat responsif terhadap kenyamanan yang ditimbulkan oleh dopamin.
-
Apa saja bahaya media sosial untuk anak? Belum lagi prevalensi cyberbullying, diskriminasi, ujaran kebencian, dan postingan yang mempromosikan tindakan menyakiti diri sendiri yang dapat berinteraksi secara teratur dengan remaja, menurut APA.
-
Kenapa media sosial berbahaya untuk otak anak? Otak anak-anak memiliki fungsi yang berbeda, dan dapat menjadi rentan selama fase perkembangan remaja. Kurang tidur bisa lebih berbahaya bagi remaja daripada orang dewasa, misalnya.
"Anak muda yang menyebar kebencian, kalau benar kamu bertanggungjawab dan kesatria datang kesini, ngomong nanti ibu jawab. Jangan main medsos menyembunyikan diri kamu," kata Megawati saat memberikan amanat kepada sekitar 5.000 kader dan simpatisan PDI Perjuangan dalam acara Jambore Kader Komunitas Juang se-Jawa Tengah di Gor Satria Purwokerto, Banyumas, Minggu (10/2/2019).
Penyebaran hoaks diamati Megawati ramai menjelang Pemilu 2019. Menurutnya banyak anak muda piawai bermain cyber serta pintar tapi tak punya sopan santun dan etika. Banyak di antara mereka ikut menyebarkan dan memviralkan ujian kebencian.
"Padahal sejak dahulu, ketika hendak ada pemilu, masyarakat Indonesia tertawa dan senang hati," ujar Megawati.
Megawati mengurai situasi politik saat ini, rakyat ditebarkan kebencian dan berita bohong. Ia kecewa, hanya mencari seorang Presiden, rakyat ditebarkan kebencian dan hoaks. Ini menandakan kultur politik di Indonesia tak ada lagi menjunjung sopan santun.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mega mengatakan harusnya masyarakat berani menyuarakan kebenaran
Baca SelengkapnyaKetua Umum Megawati Soekarnoputri meradang ketika kembali menyinggung kecurangan pemilu yang terstruktur, sistematis dan masif (TSM).
Baca SelengkapnyaBerita hoaks didominasi oleh isu kesehatan, pemerintahan, penipuan dan politik di luar pada isu-isu lain
Baca SelengkapnyaMegawati mengingatkan bahaya seorang pemimpin, apalagi pemimpin yang lahir dari pujian dan jalan pintas
Baca SelengkapnyaMegawati mengaku meski mampu melawan dan memiliki anak buah yang kuat, namun dia memutuskan tidak melawan.
Baca SelengkapnyaBahkan, banyak negara di dunia yang mengalami kekacauan karena tidak bisa menyaring konten hoaks di dunia digital.
Baca SelengkapnyaMereka menggaungkan demokrasi berjalan dengan aman, damai dan jujur.
Baca SelengkapnyaKetua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menantang wartawan yang menyebutnya bodoh, saat peresmian Kebun Raya Mangrove di Surabaya, Rabu (26/7)
Baca SelengkapnyaPartai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengumumkan para calon kepala daerah di lebih dari 100 wilayah yang akan diusung di Pilkada 2024
Baca SelengkapnyaMegawati meminta kepada ilalang yang bergoyang tidak terlalu ambisius dalam mengejar kekuasaan.
Baca SelengkapnyaMegawati mengatakan, aparat penegak hukum saat ini dipakai untuk mengintimidasi lawan politik.
Baca SelengkapnyaMegawati pun menyinggung soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) nomor 136/PUU-XXII Tahun 2024 melalui Revisi Pasal 188 Undang-Undang No. 1 Tahun 2018.
Baca Selengkapnya