MER-C Ancam Laporkan KPU ke Pengadilan Internasional
Merdeka.com - Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) mengancam untuk melaporkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) ke pengadilan internasional yakni International Criminal Court (ICC) atau International Court of Justice (ICJ) dan United Nation Human Right Council (UNHRC).
Pembina MER-C Joserizal Jurnalis menyampaikan, KPU abai dengan banyaknya korban meninggal dari petugas Pemilu 2019. Lembaga tersebut terkesan tidak peduli dan melakukan pembiaran sehingga korban terus bertambah.
"Jadi ada pembiaran terhadap jatuhnya nyawa manusia. Ini yang akan jadi bahan bagi kita yang akan kita ajukan kepada UNHRC yang kantornya di Jenewa dan kepada ICJ dan ICC nanti ahli hukum kita yang akan menerangkan," tutur Joserizal di Kantor MER-C, Jalan Kramat Lontar, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (15/5).
-
Kenapa petugas pemilu di Klaten meninggal? Camat Gantiwarno Retno Setyaningsih mengatakan, beberapa hari sebelumnya ia sempat mengeluh sakit. Walau begitu pada hari pemungutan suara, Dewi berada dalam kondisi fit. 'Tapi kan KPPS banyak kerjaannya. Mungkin capek. Beliau punya Riwayat penyakit gula,' kata Retno dikutip dari ANTARA pada Kamis (15/2).
-
Siapa petugas pemilu yang meninggal di Klaten? Di Klaten, Jawa Tengah, seorang petugas KPPS meninggal dunia setelah sempat bertugas di TPS 04 Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno. Ia bernama Dewi Indriyani (43), sebelumnya diketahui bahwa ia memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
-
Bagaimana petugas pemilu di Sleman meninggal? Di Kabupaten Sleman, seorang petugas satuan perlindungan masyarakat (linmas) dilaporkan meninggal dunia sehari setelah mengamankan pemungutan suara Pemilu 2024. Petugas linmas itu bernama Sukidi, bertugas di TPS 1 Bulus Kidul, Candibinangun, Pakem, Sleman.
-
Dimana petugas pemilu di Jateng meninggal? Di Klaten, Jawa Tengah, seorang petugas KPPS meninggal dunia setelah sempat bertugas di TPS 04 Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno.
-
Apa yang dilakukan KPU? Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menggelar rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara tingkat nasional serta penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu) serentak tahun 2024.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
Menurut Joserizal, alam dunia internasional sikap KPU dapat masuk kategori Crime Against Humanity atau kejahatan kemanusiaan.
Pihaknya pun telah melakukan audiensi dengan KPU dan Bawaslu. Hanya saja, tidak ada respon positif yang diberikan oleh lembaga penyelenggara pemilu itu.
"Terkesan tidak punya sense of crisis dan sense of emergency," jelas dia.
Bukti dari pembiaran KPU atas jatuhnya korban jiwa dari ratusan petugas Pemilu 2019 di antaranya, korban terus meningkat jumlahnya, tidak ada asuransi untuk petugas, dan proses rekruitmen yang tidak proper.
Hal itu tampak dari dikesampingkannya surat kesehatan dari Puskesmas saat penugasan. Kemudian ketika menjadi korban, tidak jelas pembiayaannya.
"Kita sampai di KPU ngomong kalau ada pasien yang butuh, dari daerah, MER-C deh yang tanggung biaya pesawatnya. Tapi untuk ICU, KPU yang tanggung," ujar Joserizal.
Jika laporan itu tembus, diharapkan ada putusan hukum yang bersifat internasional kepada KPU. Hal itu pun bisa menjadi landasan evaluasi untuk Pemilu yang akan datang.
"Yang kita harap semoga KPU serius. Kalau KPU serius kita tidak jadi lah ajukan. Misalkan dia keluarkan statement serius, maka kami tidak jadi. Tapi kalau KPU-nya ngeyel, ya kita terusin. Kita tidak takut soal pemilihan, ini soal manusia lho," tutup Joserizal.
Reporter: Nanda Perdana Putra
Sumber: Liputan6.com
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Kemarin agak sedikit ya, tapi ada yang meninggal ya," kata Dewan Pakar Timnas AMIN, Bambang Widjojanto
Baca SelengkapnyaKPU Catat per 16 Februari: 23 Petugas KPPS dan 3 PPS Pemilu Meninggal Dunia
Baca SelengkapnyaKomisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Barat (Sumbar) mencatat 12 petugas Pemilu Sumbar meninggal dunia dan 50 orang jatuh sakit pada pelaksanaan Pemilu.
Baca SelengkapnyaKetua KPU RI Hasyim Asy'ari melaporkan 181 anggota PPK, PPS, dan KPPS meninggal
Baca SelengkapnyaPetugas yang menjadi anggota BPJS Ketenagakerjaan juga akan mendapat santunan lain sebagaimana porsinya.
Baca SelengkapnyaData KPU per Senin 19 Februari 2024 mencatat jumlah petugas Pemilu meninggal dunia mencapai 71 orang.
Baca SelengkapnyaMereka meninggal di saat sedang dan usai bertugas pada Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaKorban meninggal setelah sepeda motor bermuatan logistik yang dikendarai menabrak trotoar.
Baca SelengkapnyaPetugas yang meninggal dunia akan mendapatkan santunan sebesar Rp36.000.000
Baca SelengkapnyaKepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi merinci data petugas pemilu yang meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaMenteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, data petugas pemilu 2024 yang meninggal tahun ini turun jauh ketimbang tahun 2019.
Baca SelengkapnyaDalam proses administrasi nantinya lebih dulu akan diverifikasi ahli waris sebagai penerima santunan.
Baca Selengkapnya