PAN janji tak gunakan politik identitas di Pilpres 2019
Merdeka.com - Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno memastikan partainya tak akan menggunakan politik identitas pada pertarungan pemilihan presiden 2019. Dia mengatakan, isu politik yang berpotensi memecah belah masyarakat, mencederai landasan partainya. Karena itu, mereka siap bertarung ide dan gagasan melawan kubu lawan.
"Kami sebagai partai menjamin tidak akan mengusung agenda politik identitas tersebut," kata Eddy di kantor DPP PAN, Jakarta Selatan, Rabu (23/8).
Dalam Pilpres 2019, PAN berkoalisi dengan Gerindra dan PKS mengusung pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Pasangan ini dikenal dekat dengan Ulama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa, juga Pimpinan FPI Habib Rizieq, yang memotori gelombang protes terhadap Basuki Tjahaja Purnama atas penistaan agama ketika Pilkada DKI 2017 lalu.
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Kenapa Prabowo sebut koalisi tak terbentuk? Ini daftar tamunya panjang banget, jadi harus saya sebut satu-persatu. Kalau enggak disebut koalisi tak terbentuk,' kata Prabowo, disambut tawa oleh para tamu yang hadir.
-
Apa peran Golkar dalam koalisi Prabowo? Golkar dan PAN yang menjadi partai pengusung teranyar juga memiliki kandidat yang bisa diusulkan ke Prabowo.
-
Apa keyakinan Prabowo soal PKB? 'Kita kumpul berbeda bisa kerja sama saudara-saudara sekalian walaupun dalam pemilihan yang lalu PKB mendukung yang lain, tapi saya mengatakan dari awal saya yakin pada saatnya PKB akan kembali mendukung saya. Saya yakin saya yakin bahwa PKB akan bersama saya membangun bangsa,'kata Prabowo.
-
Apa itu koalisi di bidang politik? Penggunaan istilah 'koalisi' dalam bidang politik ini ternyata dapat merujuk pada sebuah strategi khusus guna meraih kedudukan dalam pemerintahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah 'koalisi' memiliki arti kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara dalam parlemen.
Eddy memastikan meski koalisinya didukung representasi ulama, tak berarti akan menggunakan politik identitas.
"Bahwa kemudian didukung pihak representasi tokoh agama bukan berarti menggunakan politik identitas. Bukan berarti kita mengusung agenda tersebut," kata dia.
Dia meyakini, masyarakat sudah cerdas dalam memilih pasangan. Tidak hanya itu, masyarakat juga jengah dengan hingar bingar politik tanpa solusi. Karena itu kalau terus dicekoki konflik, masyarakat tahu itu bukan pasangan calon pilihan mereka.
"Kalau hanya membelah dan membuat konflik yang lebih dalam, masyarakat sangat cerdas memilih bahwa itu bukan calon yang dikehendaki tapi calon yang bisa merangkul semua pihak," ucapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketum PAN Janji Tak akan Minta Proyek ke Calon Kepala Daerah bila Menang Pilkada 2024
Baca SelengkapnyaKetua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengakui bahwa partainya tidak akan melabuhkan dukungan ke Anies Baswedan di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaWalaupun Sandiaga tidak jadi Cawapres, PPP akan tetap mendukung Ganjar.
Baca SelengkapnyaKetua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menegaskan Presiden Jokowi demokratis, dan menghormati independensi serta hak setiap partai politik.
Baca SelengkapnyaAhok menanggapi pertanyaan adanya kemungkinan koalisi antara paslon 03 dengan paslon 01 jika ada putaran kedua
Baca SelengkapnyaIa juga menegaskan, bahwa Jokowi tidak pernah mendikte soal sikap tiap partai politik
Baca SelengkapnyaCak Imin menyampaikan dalam demokrasi yang sehat tidak ada konflik SARA.
Baca SelengkapnyaZulhas menegaskan, dukungan PAN ke Prabowo merupakan keputusan partai.
Baca SelengkapnyaMa'ruf mennginginkan Pemilu 2024 berjalan dengan damai.
Baca SelengkapnyaZulkifli menyatakan bahwa partainya bagian dari Koalisi Indonesia Maju yang dalam Pilpres mendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Baca SelengkapnyaPrabowo menyatakan, Presiden Jokowi merupakan orang yang demokratis.
Baca SelengkapnyaWejangan itu pula yang disampaikan tokoh agama sekaligus penasihat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainuri.
Baca Selengkapnya