Panas Dingin Demokrat dalam Koalisi Prabowo-Sandi
Merdeka.com - Posisi Partai Demokrat dalam Koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tengah menjadi sorotan. Hubungannya jadi panas dingin akhir-akhir ini. Apalagi usai Pemilu 2019.
Penyebabnya karena ada isu-isu liar yang berkembang soal Demokrat akan meninggalkan koalisi Prabowo-Sandi. Isu itu makin santer setelah Pemilu 2019. Hal ini yang membuat koalisi Prabowo panas dan banyak juga yang meragukan komitmen Demokrat untuk menangkan Prabowo.
Sebelum Pemilu 2019, hubungan Demokrat dalam koalisi Prabowo-Sandi memang sudah panas dingin. Berikut momen-momen perjalanan Demokrat masuk dalam koalisi Prabowo-Sandi:
-
Mengapa Prabowo dituduh melakukan kudeta? Prabowo mengaku kerap dituduh ingin mengkudeta saat dulu aktif menjadi tentara, namun hal itu ia tidak lakukan.
-
Kenapa berita tentang Prabowo di Pilpres 2024 disebar? 'Tingkat elektabilitas Prabowo Gibran kini begitu tinggi, pasangan ini diprediksi akan menang. Karena itu pembusukan politik mulai diembuskan untuk merusak kredibilitas Prabowo,' tegas Yusril.
-
Apa yang diklaim Prabowo selama kampanye? Calon Presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto mengaku banyak mendapat nyinyiran dan ledekan bahwa hanya bisa menjual program-program Presiden Joko Widodo saat kampanye Pilpres 2024.
-
Siapa yang diduga menghina Prabowo? Media sosial digemparkan dengan akun bernama Fufufafa yang diduga milik Gibran Rakabuming Raka, dan disebut-sebut menghina Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan anaknya beberapa tahun yang lalu.
-
Siapa yang membantah berita tentang Prabowo? Hal ini pun ditanggapi oleh Ketua Tim Pembela Prabowo Gibran, Yusril Ihza Mahendra yang membantah seluruh isi terkait laporan tersebut.
-
Kenapa Prabowo minta bantuan Demokrat? AHY mengungkapkan Prabowo memberikan tugas khusus kepada Demokrat untuk bisa memenangkan dirinya di Jawa Timur.
Beredar Kabar Awalnya Demokrat Duetkan Prabowo-AHY
Masih ingat lobi-lobi politik jelang pendaftaran capres-cawapres. Saat itu berembus kabar Partai Demokrat tengah melobi Prabowo Subianto agar menggandeng Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres.
Kabar ngototnya Demokrat menyodorkan nama AHY sempat membuat Prabowo bimbang. Sebab beberapa partai koalisi lain seperti PKS dan PAN juga menyodorkan nama cawapres. Karena isu berkembang dan menjadi liar, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY langsung mengklarifikasi.
Bahkan SBY langsung melakukan pertemuan tertutup dengan Prabowo didampingi AHY pada 4 Juli 2018. SBY menegaskan, posisi cawapres untuk Demokrat bukan harga mati.
"Saya keluarkan statement cawapres bukan harga mati, yang penting pasangan capres dan cawapres baik untuk rakyat dan bisa melakukan perubahan ke arah lebih baik," kata SBY waktu itu.
Prabowo juga menegaskan jika SBY tidak meminta jatah cawapres untuk Demokrat. "Saya katakan secara tegas Pak SBY tidak meminta cawapres sebagai harga mati. Beliau tidak sama sekali menyampaikan itu," tegas Prabowo.
Setelah Prabowo gencar melakukan komunikasi politik dengan Demokrat, akhirnya Demokrat sepakat mendukung dan bergabung dengan Prabowo Subianto. "Majelis tinggi partai memutuskan melakukan penjajakan koalisi dengan Bapak Prabowo Subianto," kata Anggota Majelis Tinggi Demokrat, Ee Mangindaan.
Istilah Jenderal Kardus
Hubungan Demokrat dengan Prabowo pernah sempat panas setelah politikus Demokrat Andi Arief melontarkan istilah 'Jenderal Kardus' kala itu. Isu itu jadi ramai dan ditanggapi serius beberapa elite Partai Gerindra.
Melalui akun twitter pribadinya, Andi Arief melontarkan cuitan keras. "Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus." tulis Andi Arief melalui akun twitternya @AndiArief__
Isu Jenderal Kardus akhirnya mereda. Demokrat akhirnya bergabung dalam koalisi Prabowo-Sandi. Bahkan saat pendaftaran capres-cawapres, Demokrat hadir dan diwakili oleh Komandan Satuan Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY) dan Ketua Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono ( Ibas) ikut mendampingi pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno saat mendaftar sebagai capres- cawapres ke Komisi Pemilihan Umum ( KPU) pada 10 Agustus 2018.
Diisukan Demokrat Jarang Hadir dalam Rapat Koalisi
Setelah memutuskan bergabung dalam koalisi Prabowo, hubungan Demokrat dengan partai koalisi Prabowo masih jadi sorotan. Muncul isu Demokrat setengah hati. Bahkan meragukan komitmen Demokrat untuk mendukung Prabowo.
Dalam rapat-rapat partai koalisi, Ketum Partai Demokrat SBY tidak hadir. Saat itu pertemuan berlangsung di kediaman Prabowo, Jakarta Selatan 7 September 2018. Prabowo memberikan alasan kenapa SBY tidak hadir dalam pertemuan tersebut.
"Kebetulan mereka (Demokrat) ada rapat juga yang waktunya tepat sama kayak kita," kata Prabowo menjelaskan ketidakhadiran SBY.
SBY Usulkan Prabowo Pidato Kebangsaan
Beberapa kesempatan Demokrat menunjukkan keharmonisan dengan Prabowo. Ini ditunjukkan langsung oleh SBY yang mengusulkan Prabowo Subianto agar menggelar pidato kebangsaan yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Selatan, 14 Januari 2019 lalu.
"Betul (SBY) beliau memberikan ide-ide dan strategi yang besar, termasuk masalah itu (pidato kebangsaan)," kata Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Priyo Budi Santoso.
Susilo Bambang Yudhoyono, bersama Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera ( PKS) Salim Segaf Al-Jufry dan Presiden PKS Mohammad Sohibul Iman dan tokoh pendukung Prabowo hadir langsung untuk mendengarkan pidato kebangsaan Prabowo.
"Yang saya hormati, senior saya, mentor saya, presiden ke-6 RI, Jenderal TNI Susilo Bambang Yudhoyono," kata Prabowo membuka pidatonya disambut tepuk tangan kadernya.
AHY Hadiri Kampanye Akbar Prabowo di Jabar
Komitmen Demokrat dalam memenangkan Prabowo kembali diragukan saat masa kampanye. Sebab Ketum Demokrat SBY lebih fokus Pileg dibandingkan Pilpres untuk memenangkan Prabowo.
Namun hal itu terbantahkan. SBY menjanjikan akan turun gunung mendekati hari pencoblosan yang dilaksanakan pada 17 April 2019 lalu. Namun karena harus menemani sang istri Ani Yudhoyono yang sedang menjalankan perawatan di Singapura, SBY batal melakukan kampanye.
Sebagai penggantinya, Demokrat mengirim AHY untuk fokus kampanye menangkan Prabowo. AHY hadir dalam kampanye akbar Prabowo di Bandung Jawa Barat, pada 28 Maret 2019.
"Saya AHY, mewakili Partai Demokrat yang jadi koalisi pengusung Prabowo-Sandi di pilpres ini. Kami dukung penuh Prabowo-Sandi untuk jadi Presiden di lima tahun mendatang," kata AHY di hadapan para pendukung di Lapangan Sidolig, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/3).
Sinyal Demokrat Tinggalkan Prabowo
Usai Pemilu 2019, peta politik dalam koalisi Prabowo-Sandi ada sinyal-sinyal perubahan. Isu Demokrat akan meninggalkan koalisi Prabowo Subianto- Sandiaga Uno kembali santer terdengar setelah adanya pertemuan Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Presiden Jokowi pada Kamis (2/5) lalu di Istana Kepresidenan.
Padahal, menurut AHY, pertemuan dengan Jokowi merupakan silaturahmi. Agus mengaku membahas sejumlah hal dengan Jokowi salah satunya semangat mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
Istilah Setan Gundul
Pekan ini heboh lagi. Hubungan Demokrat dengan partai koalisi Prabowo-Sandiaga khususnya dengan Gerindra menghangat. Penyebabnya setelah politikus Demokrat Andi Arief menyebutkan istilah 'setan gundul' di tengah koalisi Prabowo.
"Jika Pak Prabowo lebih memilih mensubordinasikan koalisi dengan kelompok 'setan gundul', Partai Demokrat akan memilih jalan sendiri yang tidak khianati rakyat," kicau Andi dalam akun twitternya @AndiArief__, Senin (6/5).
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono menilai Demokrat hanya setengah hati berada di koalisi. Padahal sudah banyak dapat keuntungan sejak bergabung ke koalisi Prabowo. "Yang pasti kita koalisi sama PKS, PAN, Berkarya dan setengah hati dengan Partai Demokrat, yang cuma nanggok untung saja," jelas Arief Poyuono.
Demokrat Tidak Akan Tinggalkan Prabowo
Isu Demokrat akan berpaling dari koalisi Prabowo-Sandiaga dibantah oleh Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nashidik. Ia menegaskan partainya masih menjadi bagian dari koalisi Prabowo.
"Partai Demokrat adalah bagian dari koalisi Prabowo-Sandi. Kami dikenal sebagai anggota koalisi yang kritis, bukan oportunis. Kami tidak meninggalkan kawan yang sedang mengalami kesulitan," kata Rachland.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar video yang mengklaim Partai Demokrat keluar dari Koalisi Indonesia Maju
Baca SelengkapnyaPrabowo menegaskan, dalam demokrasi tidak mengenal kata pelipur lara. Dia membantah kehadiran Partai Gelora hanya menjadi pelipur lara, setelah ditinggal PKB
Baca SelengkapnyaKeputusan berkoalisi dengan partai pengusung Ganjar maupun Prabowo itu masih menunggu keputusan Majelis Tinggi Partai Demokrat.
Baca SelengkapnyaPolitikus senior PDIP Deddy Sitorus menanggapi manuver polisik PSI.
Baca SelengkapnyaDemokrat sedang berada di persimpangan menentukan langkah politik selanjutnya.
Baca SelengkapnyaPartai Demokrat belum menentukan langkah politik usai merasa dikhianati mitra koalisi Partai NasDem dan bakal capres Anies Baswedan.
Baca SelengkapnyaKetua Bappilu PPP, Sandiaga Uno ingin mengajak Demokrat dan PKS bergabung.
Baca SelengkapnyaPDIP mengaku terus menjalin komunikasi dengan Demokrat untuk kerja sama di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaApabila PPP ingin membuat poros baru, ada beberapa syarat yang dipatok Demokrat.
Baca SelengkapnyaDirektur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan dukungan politik PSI cenderung terhadap Bacapres Ganjar Pranowo.
Baca SelengkapnyaGerindra menyebut tidak bisa mencegah atau melarang kader partai lain mendukung Prabowo.
Baca SelengkapnyaKetum AHY akan segera mengumumkan ke koalisi mana Partai Demokrat akan bergabung.
Baca Selengkapnya