Berenang di Laut Bisa Tingkatkan Risiko Infeksi Kulit pada Seseorang
Merdeka.com - Ketika ke pantai, salah satu kegiatan yang banyak dilakukan adalah berenang di lautan. Namun ternyata terdapat bahaya kesehatan yang mungkin kita peroleh dari kebiasaan ini.
Dilansir dari Medical Daily, sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa laut ini mungkin mengubah populasi bakteri di kulit dan meningkatkan risiko kita mengalami infeksi. Hasil ini menyokong penelitian sebelumnya yang menunjukkan hubungan antara paparan air laut dengan munculnya infeksi.
Kualitas air yang buruk pada banyak pantai juga dihubungkan dengan berbagai macam masalah kesehatan. Beberapa hal yang bisa muncul adalah infeksi telinga, pencernaan, pernapasan, serta tentu saja infeksi kulit.
-
Bagaimana perubahan iklim mempengaruhi laut? Gletser Greenland dan lapisan es Arktik mencair lebih cepat dari yang diperkirakan, yang berdampak pada arus laut Gulf Stream dan memperlambat penyerapan karbon oleh lautan.
-
Virus apa saja yang ada di laut? Dikatakan, bahwa laut mengandung lebih dari 200.000 virus yang berbeda, dengan berbagai jenis yang ada di dalamnya. Jumlah ini sangat besar dan menunjukkan betapa beragamnya kehidupan mikroba yang ada di lautan.
-
Mengapa air laut dalam bermanfaat untuk kulit? Menurut tinjauan pada tahun 2016, air dari laut dalam (lebih dari 200 meter) dapat bermanfaat bagi beberapa kondisi kulit seperti eksim.
-
Mengapa polusi udara bisa menyebabkan kanker kulit? Polusi udara mengandung zat-zat karsinogenik yang dapat merusak DNA sel kulit dan menyebabkan mutasi genetik. Mutasi genetik dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kulit, seperti melanoma, karsinoma sel basal, atau karsinoma sel skuamosa.
-
Apa dampak perubahan iklim terhadap makanan laut? Laporan terbaru dari Otoritas Keamanan Pangan Eropa memperingatkan, pemanasan suhu laut menempatkan konsumen ikan dalam bahaya besar.
-
Bagaimana paparan UV berpengaruh pada kulit? Paparan sinar ultraviolet (UV) juga berkontribusi pada penuaan kulit. Generasi sebelumnya sering mengolesi kulit dengan minyak untuk mempercepat proses penyamakan, tanpa menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh sinar UV, seperti kanker kulit dan penuaan foto.
"Data kami untuk pertama kalinya menunjukkan bahwa paparan air laut bisa mengubah keberagaman serta komposisi mikroba pada kulit seseorang," ungkap Marisa Chattman Nielsen dari University of California, Irvine.
"Ketika berenang, bakteri normal di kulit kita tersapu sedangkan bakteri dari lautan tetap tinggal di kulit," sambungnya.
Untuk penelitian ini, Nielsen dan timnya mengumpulkan sembilan partisipan dan mengawasi kulit mereka sebelum dan sesudah berenang. Peneliti mengumpulkan sampel bakteri kulit dari kaku partsipan sebelum berenang selama 10 menit di laut, setelah dikeringkan, enam jam setelah berenang, serta pada esok harinya.
Sebelum terpapar air laut, seluruh partisipan memiliki berbagai jenis bakteri yang berbeda pada kulit mereka atau mikroba kulit. Namun setelah berenang, peneliti menemukan bahwa seluruh partisipan memiliki jenis bakteri yang sama di kulit mereka.
Walau begitu, enam jam setelah berenang kondisi mikroba mulai kembali seperti sebelum mereka berenang. Proses ini kemudian terus berlanjut hingga 24 jam selanjutnya.
"Salah satu hal menarik dari temuan ini adalah spesies Vibrio (yang hanya diidentifikasi pada tingkat genus) ditemukan pada setiap partisipan setelah berenang di lautan dan mengeringkan tubuh," jelas Nielsen. Vibrio mencakup bakteri yang menyebabkan kolera.
"Walau banyak Vibrio tidak patogenik, fakta bahwa kita memulihkan mereka di kulit setelah berenang menunjukkan bahwa spesies Vibrio patogenik bisa bertahan di kulit setelah berenang," sambungnya.
Nielsen menyebut bahwa kulit memiliki peran sangat penting untuk melindungi tubuh. Mikroba kulit menyokong sistem imun dan menghalau penyakit serta infeksi.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Para ilmuwan mengungkapkan satu jenis bakteri patogen berkembang dengan pesat akibat perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaKondisi pancaroba yang terjadi beberapa waktu terakhir ini menyebabkan cuaca menjadi lembap dan bisa berdampak membuat kulit jadi lebih sensitif.
Baca SelengkapnyaKebiasaan bertukar pakaian sering dianggap sebagai hal wajar dan tidak berbahaya. Namun, di balik kebiasaan ini terdapat risiko kesehatan yang tidak disadari.
Baca SelengkapnyaPenggunaan air permukaan dari air tanah dan sungai bisa berisiko karena rentan terkontaminasi.
Baca SelengkapnyaKelembaban tinggi, suhu yang rendah, dan paparan air hujan dapat menjadi faktor pemicu munculnya berbagai masalah kulit selama musim hujan.
Baca SelengkapnyaAdanya arus balik bisa membahayakan wisatawan yang bermain di pinggir pantai.
Baca SelengkapnyaAir hujan yang turun dari langit tidak selalu bersih. Air hujan bisa mengandung berbagai kotoran, polutan, bakteri, jamur, atau alergen yang bisa menempel.
Baca SelengkapnyaCuaca panas ekstrem dapat mengancam kehidupan di bumi.
Baca SelengkapnyaLeptospirosis berisiko dialami oleh nelayan karena situasi lembap dan terpapar air di kapal.
Baca SelengkapnyaMengenai pendapat sebagian orang bahwa mandi air panas bisa mengatasi gatal, Amelia menuturkan, cara itu justru akan menambah rasa gatal.
Baca SelengkapnyaDampak ini menunjukkan betapa pentingnya tindakan mitigasi dan adaptasi untuk melindungi lingkungan dan kesehatan dari efek negatif kenaikan suhu global.
Baca Selengkapnya