Biar Tak Salah Kaprah, Begini Cara Mudah Melakukan Self-Healing
Merdeka.com - Belakangan ini kesehatan mental menjadi topik yang hangat dibicarakan. Banyak tagar-tagar seperti “mental health awareness, depression, anxiety, self-healing, self-love, dan sebagainya” muncul di sosial media. Bahkan, tidak jarang juga beberapa artis dan selebgram turut menggaungkan pentingnya menjaga kesehatan mental.
Di sisi lain, menurut dr. William Surya Atmadja, Sp.KJ dari Spesialis Kedokteran Jiwa RS EMC Pulomas, memang masih ada penderita gangguan mental yang merasa malu menceritakan kondisinya karena takut mendapat stigma negatif dari masyarakat. Hal ini karena masih ada orang-orang, termasuk keluarga dekat yang suka judge bahwa penderita gangguan mental akibat kurang beriman atau kurang beribadah.
Hal inilah yang masih menjadi tantangan tersendiri bagi para psikiater, psikolog, ataupun edukator dan media, agar terus memberikan edukasi terkait kesehatan mental sehingga pengetahuan masyarakat bisa meningkat.
-
Siapa yang harus berkonsultasi? Jika hasil test pack menunjukkan negatif dan Anda tidak mengalami haid, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter kandungan.
-
Siapa yang perlu memahami istilah "healing"? Baik Gen-Z maupun Boomers perlu memahami bahwa penyembuhan adalah perjalanan yang unik bagi setiap individu.
-
Siapa yang perlu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan? Terakhir, konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan penilaian kesehatan dan rencana perawatan yang profesional.
-
Siapa yang membantu dalam proses penyembuhan? 'Jika Anda merasa kewalahan atau tidak mampu mencari bantuan profesional, minta orang yang dicintai Anda untuk membantu Anda dalam proses ini,' ujarnya.
-
Apa itu self-care? Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan self-care sebagai kemampuan individu, keluarga, dan komunitas untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memelihara kesehatan, dan mengatasi penyakit dengan atau tanpa dukungan dari penyedia layanan kesehatan.
-
Siapa yang disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter? Meskipun beberapa orang mungkin memiliki kondisi tangan berkeringat sebagai bawaan lahir, langkah-langkah ini dapat membantu mengurangi masalah keringat berlebih pada sebagian besar individu. Jika masalah ini terus berlanjut atau sangat mengganggu, berkonsultasilah dengan dokter untuk mencari solusi yang lebih lanjut.
Gangguan Mental Bisa Dialami Siapa Saja
Lebih lanjut, dr. William menjelaskan jika gangguan mental bisa terjadi pada siapa saja, mengenai berbagai kalangan, tidak peduli kaya atau miskin, cantik atau jelek, pendidikan tinggi atau rendah. Hal ini karena gangguan mental disebabkan karena interaksi dari faktor genetik dan lingkungan, sama halnya dengan penyakit kanker, hiperkolesterol, ataupun darah tinggi yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
©InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RIMenurut hasil Riskesdas 2018, gangguan depresi sudah mulai terjadi sejak rentang usia remaja (15-24 tahun), dengan prevalensi sebesar 6,2%. Pola prevalensi depresi juga semakin meningkat seiring dengan peningkatan usia, tertinggi pada usia 75 tahun keatas sebesar 8,9%. Hal ini dapat dibandingkan dengan penyakit-penyakit lain, seperti kencing manis (diabetes) di Indonesia sebesar 6,2%, TBC 0,42%, kanker 1,79‰, hipertensi 8,36%, dan penyakit jantung 1,5%.
Lingkungan Dapat Menyebabkan Terjadinya Gangguan Mental
©Shutterstock.comSelain itu, dr. William juga menambahkan jika faktor lingkungan yang dapat mencetuskan gangguan mental dapat berupa trauma yang dialami pada masa kanak, bullying, bencana alam, atau kematian anggota keluarga. Trauma yang dialami masa kanak misalnya pola asuh orang tua yang penuh dengan kekerasan (abuse), pelecehan seksual, pengabaian (neglect), penyalahgunaan napza dalam keluarga, perceraian orang tua, dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Ketika mengalami hal-hal tersebut, anak belum bisa memproses segala hal yang terjadi, sehingga luka yang ditimbulkan akibat trauma masih akan terus ada sampai dewasa. Apabila luka tersebut tidak disembuhkan, maka ketika ada suatu stressor di masa depan, orang tersebut akan lebih mudah mengalami gangguan mental seperti depresi, kecemasan, panik, sulit tidur, ketakutan, rendah diri, menggunakan napza, ataupun menyakiti orang lain.
Tips Melakukan Self-Healing
©Shutterstock.comItulah kenapa, perlu sekali bagi setiap orang untuk menyembuhkan luka tersebut, yang sekarang ini dikenal dengan istilah “Healing”. Menurut dr. William healing dapat dibantu oleh tenaga profesional seperti psikiater ataupun dilakukan sendiri yang dikenal dengan istilah “Self-healing”. Berikut tips-tips yang dapat dilakukan untuk melakukan Self-healing di rumah.
1. Self-CareMerawat kesehatan mental perlu diperhatikan oleh setiap orang. Jangan sampai karena terlalu sibuk memikirkan orang lain, sampai lupa memikirkan diri sendiri. Lakukanlah hal-hal yang baik untuk kesehatan mental seperti menjalani hobi, berolahraga minimal 15-30 menit setiap hari, tidur yang cukup, banyak minum air, makan makanan yang sehat, mengobrol dengan teman, jalan-jalan menikmati alam, berdoa, bermeditasi, dan hal-hal lain yang disukai.
2. Self-AwarenessKetika merasakan sesuatu yang tidak nyaman pada diri, apakah itu perasaan sedih, takut, cemas atau marah, cobalah pahami dan rasakan apa yang sebenarnya sedang dipikirkan dan dirasakan. Fokuslah pada apa yang terjadi “saat ini” dan tidak menghakimi perasaan tersebut. Bagaimanapun perasaan tersebut tidaklah baik atau jahat, perasaan hanyalah sebuah perasaan, sebuah emosi. Cobalah tanyakan pada diri sendiri dan pahami tentang apa yang sebenarnya diinginkan dan dirasakan saat ini. Satu-satunya orang yang mampu berbicara dengan lubuk hati terdalam adalah diri sendiri.
3. Self-ForgivenessSiapapun pernah mengalami peristiwa yang menyakitkan atau trauma di masa lalu. Imbasnya bisa menyebabkan kemarahan, takut ataupun menyesali mengapa kejadian tersebut pernah terjadi. Kemudian mulai merenung andai saja peristiwa tersebut tidak pernah terjadi atau dapat melakukan sesuatu untuk mengubah peristiwa di masa lalu tersebut. Namun, perlu diketahui bahwa seseorang yang sulit memaafkan orang lain akan merasa sakit, baik secara fisik maupun emosional.
Maafkanlah hal-hal yang pernah terjadi demi kebaikan diri sendiri. Maafkan orang tua, maafkan semua hubungan yang pernah berjalan tidak baik, maafkan orang yang pernah menyakiti, maafkan diri sendiri. Memaafkan artinya melepaskan harapan bahwa masa lalu dapat berubah. Memaafkan juga berarti menerima bahwa sesuatu telah terjadi, bukan menerima bahwa hal tersebut oke, namun menerima karena hal itu telah terjadi.
Ketika kita memahami hal ini, siapapun akan naik level menjadi pribadi manusia yang lebih baik, karena tidak lagi menyimpan dendam pada hal apapun, pada situasi apapun, sehingga masa lalu tidak memenjarakan, tidak menyandera diri. Jadikanlah sebuah penyesalan di dalam hidup sebagai pelajaran. Bicaralah pada diri sendiri bahwa melakukan kesalahan itu wajar. Yang perlu dilakukan hanyalah belajar untuk tidak mengulanginya. Let it go dan mulai berfokuslah untuk mengembangkan diri. Move On So You Can Grow.
4. Self-CompassionBersikap lembutlah pada diri sendiri. Kita sering menjadi pengkritik yang paling keras untuk diri sendiri. Terkadang, diri sendiri yang tidak membolehkan merasa puas. Diri sendiri yang tidak membolehkan menerima pujian. Diri ini tidak merasa nyaman saat merasa tenang dan damai dalam waktu yang cukup lama. Sadarilah, bahwa hidup ini berharga, sehingga perlu mengusahakan perasaan puas terhadap pencapaian.
Kalau dapat lebih menghargai diri, merasa puas akan pencapaian, maka diri akan dapat bekerja dengan lebih baik lagi. Bila tidak pernah memberi pujian untuk diri, selalu menyalahkan diri, selalu merasa tidak sempurna, maka akan merasa burnout dan berhenti dari apa yang dilakukan. Ambilah kebahagiaan saat ini, nikmatilah apa yang dikerjakan, dan biarkan diri merasakan kebahagiaan dan kepuasan.
Ingatlah, pada akhirnya diri sendirilah yang bertanggung jawab akan hidup yang dijalani. Siapapun tidak bisa menunggu seseorang untuk menyembuhkan luka diri. Hanya diri sendiri yang punya kekuatan untuk bertanggung jawab dalam menyembuhkan luka tersebut. Masa lalu hadir di masa kini bukan untuk disesali, namun untuk dimaknai. Memaknai kembali pengalaman masa lalu dengan respon yang positif akan membantu penyembuhan luka diri. Jadikan pengalaman tersebut sebagai bagian dari perjalanan hidup.
Meski begitu, ada kalanya tidak semua kasus bisa diselesaikan dengan self-healing. Apabila sudah dicoba cara-cara di atas, namun masih memiliki gangguan dalam fungsi, seperti gangguan dalam fungsi pekerjaan, tidur, makan, berelasi dengan orang lain, sulit konsentrasi, stres, adiksi, panik atau kondisi lainnya, maka carilah bantuan profesional seperti psikiater.
Psikiater akan menilai apakah seseorang memerlukan bantuan obat atau cukup dengan psikoterapi. Self-healing dan berkonsultasi kepada ahli juga bisa berjalan beriringan. Dengan proses terapi yang dilakukan secara holistik, maka kemungkinan untuk menyembuhkan luka diri semakin baik. Salah satunya bisa datang langsung menemui dr. William Surya Atmadja, Sp.KJ sebagai Spesialis Kedokteran Jiwa RS EMC Pulomas. (mdk/tmi)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah cara berikut bisa bantu hilangkan bekas jerawat dengan efektif.
Baca SelengkapnyaRuqyah tidak selalu mengandalkan praktisi tetapi bisa juga dilakukan mandiri.
Baca SelengkapnyaMengobati luka batin dalam diri kita bisa dilakukan dengan melakukan sejumlah langkah kecil.
Baca SelengkapnyaKumpulan kata-kata soal menyalahkan diri untuk tujuan intropeksi agar jadi lebih baik.
Baca Selengkapnyamerawat diri sendiri adalah langkah penting dalam menjaga keseimbangan fisik dan mental.
Baca SelengkapnyaAda beberapa metode sederhana dan efektif yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka.
Baca SelengkapnyaKumpulan doa minta kesembuhan untuk diri sendiri dan orang lain.
Baca SelengkapnyaIni lima cara efektif untuk mengatasi bekas luka di wajah, sehingga kamu bisa memulihkan rasa percaya diri dan mendapatkan kulit yang sehat serta halus.
Baca SelengkapnyaSetiap individu membutuhkan waktu yang berbeda untuk mencapai rekonsiliasi dengan masa lalu yang suram dan penuh tantangan.
Baca Selengkapnya