Intermittent Fasting Memang Efektif Namun Tak Bisa Diterapkan pada Semua Orang

Merdeka.com - Salah satu diet yang tengah naik daun beberapa tahun belakangan ini adalah Intermittent Fasting. Diet ini menerapkan jendela makan yang serupa dengan puasa sehingga mudah diterapkan dan juga bisa berdampak positif terhadap berat badan.
Sejumlah penelitian mengungkap bahwa pola makan ini bisa meningkatkan ketahanan seseorang terhadap stres. Selain itu, diet ini juga dapat meningkatkan gula darah, menurunkan tekanan darah, serta memperlambat detak jantung.
Pola makan puasa ini menyebabkan perubahan metabolisme sehingga seseorang bakal terbiasa menahan keinginan untuk makan. Pada waktu berpuasa ini, tubuh bakal menggunakan gula yang dan lemak yang tersimpan di tubuh dan mengubahnya menjadi energi.
Mengingat besarnya manfaat yang bisa diperoleh dari intermittent fasting ini, banyak orang yang menerapkannya untuk menurunkan berat badan. Dilansir dari MedicalXpress, sebuah penelitian bahwa ternyata pola makan ini tidak bisa diterapkan pada semua orang.
Penelitian yang dipublikasikan pada New England Journal of Medicine ini menunjukkan bahwa terdapat dua jenis puasa yang bisa menyebabkan perubahan positif pada tubuh. PErtama adalah membatasi makan salama enam hingga delapan jam setiap hari sedangkan satunya mengurangi porsi makan hingga satu porsi sedang selama dua hari dalam seminggu,
Dua pola makan bisa membantu seseorang menjaga tingkat li[id darah secara lebih baik, meningkatkan kondisi detak jantung, menghindari stres, serta menjaga tingkat gula darah dan tekanan darah.
"Kami berada pada titik transisi ketika kami bisa mempertimbangkan menambah informasi mengenai intermittent fasting pada kurikulum sekolah kedokteran selain saran standard mengenai pola makan sehat dan olahraga," ungkap Mark Mattson, peneliti dari Johns Hopkins School of Medicine.
Hasil temuan ini mendukung penelitian sebelumnya terkait manusia dan binatang. Intermittent fasting juga menyebabkan perubahan metabolisme yang sama pada hewan dan meningkatkan perilaku serta DNA mereka.
Walau begitu, terdapat kelompok tertentu yang tidak boleh untuk berpuasa. Kelompok ini disebut Guy Mintz, direktur di Sandra Atlas Bass Heart Hospital, New York, termasuk pasien yang tidak kelebihan berat badan serta pada manula.
"Intermittent fasting mungkin bukan merupakan diet yang teoat untuk pasien diabetes yang menjalani pengobatan atau insulin yang bisa menyebabkan perubahan gula darah," terang Mintz.
"Intermittent fasting juga tidak untuk pasien manula. Hipoglikemia perlu diperhatikan karena bisa berujung jatuh," tandasnya.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya