Ketahui Sejumlah Perbedaan Gejala antara DBD dan Tipes
Merdeka.com - Demam tinggi kerap menjadi tanda dari demam berdarah dengue (DBD) dan demam tifoid atau tipes. Kedua masalah ini kerap mendera penduduk Indonesia, terutama usia anak.
Banyaknya masalah kesehatan yang diawali oleh demam tinggi membuat orangtua kerap khawatir ketika badan anak demam. Tak jarang orangtua kebingungan ketika anak demam, apakah sang buah hati mengalami DBD atau tipes?
Agar orangtua tak bingung lagi dan tepat dalam melakukan penanganan pertama, dokter spesialis anak di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Mulya Rahma Karyanti menjelaskan perbedaan DBD dan tipes.
-
Kenapa penting untuk mengetahui ciri tipes pada anak? Tipes menjadi salah satu gangguan kesehatan yang tidak bisa disepelekan, apalagi jika terjadi pada anak. Ibu perlu mengetahui ciri-ciri gejala tipes, agar langkah penanganan tepat bisa dilakukan. Sebab, tipes yang tak ditangani dengan baik bisa sebabkan komplikasi serius.
-
Bagaimana cara mengatasi gejala tipes pada anak? Pada tingkat keparahan yang masih ringan, pengobatan bisa dilakukan bersama dengan beberapa tindakan mandiri seperti berikut: 1. Beri Asupan Cairan Pastikan cairan tubuh anak terpenuhi sehingga anak tidak mengalami dehidrasi. Sebab, gejala tipes seperti mual dan muntah, penurunan nafsu makan, diare, dan demam tinggi bisa memicu terjadinya dehidrasi.
-
Bagaimana cara mengetahui anak terkena DBD? Jika demam yang dialami anak terus-menerus tinggi dan tak kunjung reda, ada baiknya bila ibu dan ayah membawanya ke rumah sakit terdekat untuk melakukan tes darah. Dengan melakukan tes darah tersebut, orang tua akan jadi tahu apakah jumlah trombosit yang ada di dalam tubuh anak normal atau tidak. Apabila angka trombosit anak rendah, sudah dipastikan bila ia positif mengalami demam berdarah.
-
Apa ciri khas penyakit tipes pada anak? Ciri pertama dari penyakit tipes ialah demam tinggi. Anak yang menderita tipes bisa mengalami demam hingga 40 derajat celcius. Kondisi tersebut umumnya dialami selama 7 hari, dan biasanya terjadi pada sore hingga malam hari.
-
Bagaimana orang tua cegah demam berdarah anak? Ancaman infeksi demam berdarah pada anak bisa dicegah dengan peran aktif orangtua secara tepat. Pentingnya Peran Orangtua dalam Penanganan DBD pada Anak Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, dr. Imran Pambudi, MPHM, menyatakan bahwa kewaspadaan orangtua merupakan kunci keberhasilan dalam menangani kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak-anak.
-
Bagaimana mencegah DBD pada anak? Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Berikut ini adalah 8 cara mencegah DBD pada anak yang efektif: Mendapatkan vaksin dengue Mengenakan pakaian tertutup Memasang kelambu Memasang kawat kasa Menggunakan losion antinyamuk Menjaga kebersihan lingkungan Memberikan larvasida pada penampungan air Menanam tanaman pengusir nyamuk
Karyanti mengungkap, sebenarnya infeksi dengue atau DBD memiliki perbedaan mendasar dengan tipes, yakni dari penyebabnya.
“Infeksi dengue itu penyebabnya virus, sedangkan infeksi demam tifoid itu penyebabnya bakteri Salmonella typhi,” tuturnya beberapa waktu lalu.
Perbedaan Demam pada DBD dan Tipes
Karyanti mengungkap, demam memang merupakan kesamaan gejala kedua penyakit. Namun, ternyata DBD dan tipes memiliki perbedaan demam yang dapat dideteksi sendiri oleh orangtua.
“Biasanya, demam pada virus (dengue) itu mendadak tinggi. Jadi, bisa tadinya anaknya (suhu tubuh) normal, tiba-tiba bisa 39 derajat Celsius,” lanjutnya.
Sementara itu, untuk tipes, Karyanti mengungkap bahwa suhu demam umumnya mengalami kenaikan secara bertahap.
“Tetapi kalau bakteri, demamnya biasa bertahap. Misalnya, hari pertama 36 (derajat Celsius), hari kedua 37, setelah hari ketiga bisa 38. Jadi, suhunya seperti naik tangga,” jelas wanita tamatan Utrecht University, Belanda tersebut.
Beda Durasi Demam
Karyanti juga menjelaskan, perbedaan DBD dan tipes juga terdapat pada durasi demam.
“Biasanya kalau virus dengue, demamnya kurang dari satu minggu. Virus itu sebenarnya self limiting disease, artinya bisa sembuh dengan sendirinya,” katanya.
“Tapi kalau tidak tertangani di fase kritis, yang kita takutkan adalah bisa mengancam nyawa,” lanjut Karyanti.
Sementara itu, pada tipes, demam dapat berlangsung selama lebih dari satu minggu.
“Jika dibiarkan terus sampai minggu ketiga, yang bahaya adalah akan terjadi komplikasi, sampai bisa terjadi peradangan usus atau kebocoran usus,” tutur Karyanti.
Perbedaan Penularan DBD dan Tipes
Lebih lanjut, Karyanti menerangkan bahwa cara penularan DBD dan tipes pun berbeda.
Untuk tipes, Karyanti mengungkap, proses penularan berasal dari makanan dan air minum yang tercemar. Sedangkan DBD, seperti diketahui, merupakan penularan virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti.
“Kalau tadi infeksi dengue, itu dari nyamuk Aedes aegypti betina ke orang sekitarnya dengan radius 100 meter,” katanya.
“Kalau demam tifoid, dari makanan dan air minum yang tercemar dengan Salmonella typhi,” pungkas Karyanti.
Reporter: Chelsea AnastasiaSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gejala tipes pada anak dan cara mengatasinya agar menghindari komplikasi serius.
Baca SelengkapnyaVirus yang menyerang berhubungan dengan hati dan usus.
Baca SelengkapnyaAncaman infeksi demam berdarah pada anak bisa dicegah dengan peran aktif orangtua secara tepat.
Baca SelengkapnyaTerjadinya infeksi saluran kemih pada anak perlu disadari orangtua dengan cepat untuk mencegahnya jadi parah.
Baca SelengkapnyaTipes adalah gangguan kesehatan umum yang bisa menyerang siapa saja.
Baca SelengkapnyaRadang usus adalah kondisi peradangan yang terjadi pada lapisan usus anak-anak.
Baca SelengkapnyaBagaimana caranya para orang tahu gejala atau ciri-ciri anak yang terkena penyakit DBD? Berikut informasinya.
Baca SelengkapnyaDokter spesialis anak konsultan nefrologi anak Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita dr. Ina Zarlina Sp.A(K) mengatakan ada beberapa tanda yang bisa dikenali
Baca SelengkapnyaDBD menjangkiti kelompok usia produktif dan paling banyak terjadi di usia anak-anak.
Baca SelengkapnyaRSUD Tamansari Rawat 67 Pasien DBD Sejak Januari 2024, Mayoritas Anak-Anak
Baca SelengkapnyaPenyakit tipes telah menjadi ancaman kesehatan di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data RSUD Taman Sari tidak ada korban jika dalam kasus DBD tahun ini.
Baca Selengkapnya