Ketahui Vitamin yang Dibutuhkan oleh Pasien COVID-19 Bergejala Ringan
Merdeka.com - Bagi pasien COVID-19 yang bergejala ringan, beragam hal bisa dilakukan untuk mengatasi kondisinya. Hal ini termasuk pemberian vitamin pada pasien tersebut.
Dokter spesialis paru yang menangani kasus COVID-19, Sylvia Sagita Siahaan mengatakan, setidaknya ada dua vitamin yang direkomendasikan untuk pasien COVID-19 tanpa gejala dan bergejala ringan yakni C dan D.
"C, D. Sifatnya suportif saja," kata Sylvia beberapa waktu lalu.
-
Apa manfaat vitamin C untuk tubuh? 'Jangan lupakan untuk selalu makan sayur dan buah, terutama yang kaya vitamin C,' kata Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Ali Khomsan, seperti dilansir dari Antara pada Kamis (12/9).Menurut Ali, makanan yang mengandung vitamin C dapat meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga membantu seseorang terlindungi dari serangan penyakit karena sistem pertahanan tubuh yang kuat. Terutama saat musim hujan yang membuat seseorang lebih rentan mengalami keluhan kesehatan.
-
Apa manfaat vitamin C untuk kekebalan tubuh? 'Hal itu (masalah kesehatan) dapat dihindari kalau kita memiliki ketahanan tubuh yang baik, itu juga dicerminkan dari ragam pangan yang kita konsumsi,' ujarnya.
-
Bagaimana cara agar terhindar dari Covid-19? 'Pemerintah mengimbau lebih rajin bermasker terutama jika sakit dan di keramaian, lebih rajin cuci tangan, lengkapi vaksinasi segera sebanyak 4x GRATIS, jaga ventilasi udara indoor, hindari asap rokok,' ujar Ngabila.
-
Siapa yang butuh banyak vitamin C? Buah kiwi juga merupakan tambahan yang sangat baik dalam pola makan ibu hamil karena mengandung sejumlah nutrisi yang esensial untuk kesehatan ibu dan perkembangan janin. Salah satu manfaat utama kiwi adalah kandungan vitamin C-nya yang tinggi. Vitamin C mendukung sistem kekebalan tubuh, membantu penyerapan zat besi, dan berperan dalam pembentukan kolagen, yang penting untuk perkembangan tulang, gigi, dan jaringan ikat janin.
-
Bagaimana tubuh orang tertentu dapat terhindar dari Covid-19? 'Ini adalah kesempatan yang sangat unik untuk melihat bagaimana respons kekebalan pada orang dewasa tanpa riwayat COVID-19 sebelumnya, dalam pengaturan di mana faktor-faktor seperti waktu infeksi dan komorbiditas dapat dikendalikan,' kata ahli biologi sistem kuantitatif Rik Lindeboom, yang kini berada di Netherlands Cancer Institute.
-
Bagaimana cara mendapatkan vitamin C untuk kekebalan tubuh? Makanan yang mengandung vitamin C seperti jeruk, stroberi, brokoli, bayam, kiwi, dan melon dapat membantu tubuh melawan infeksi dan menjaga sistem pertahanan tetap kuat.
Vitamin C seperti dikutip dari Medical News Today, merupakan antioksidan yang dapat melawan kerusakan oksidatif akibat proses melawan penyakit. Vitamin ini juga membantu fungsi kekebalan tubuh yang sehat dengan mendukung perkembangan sel darah putih.
Dalam perannya sebagai antioksidan, vitamin C dapat membantu melawan peradangan, yang dapat merusak paru-paru dan organ lainnya. Sylvia merekomendasikan 500 mg per enam jam oral tablet vitamin C non acidic untuk 14 hari atau tablet isap vitamin C 500 gram per 12 jam oral selama 30 hari atau multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet per 24 jam selama 30 hari.
Sementara untuk vitamin D, pasien bisa diberikan suplemen vitamin D 400-1000 IU per hari. Suplemen ini bisa dalam bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk ataupun sirup.
Vitamin D Juga Bisa Diberikan untuk Pasien
Pasien juga bisa mengonsumsi obat vitamin D 1000-5000 IU per hari yang bentuknya bisa tablet 1000 IU dan tablet kunyah 5000 IU. Peneliti dari University of Cantabria di Santander, Spanyol, José L. Hernández seperti dikutip dari Healthline mengatakan, pengobatan menggunakan vitamin D harus direkomendasikan pada pasien COVID-19 dengan kadar vitamin D rendah karena mungkin memiliki efek menguntungkan baik pada muskuloskeletal maunpun sistem kekebalannya.
"Kalau (gejala) berat kita tambahkan vitamin lain seperti vitamin B, E dan sebagainya. Intinya sebagai terapi supportif saja bukan utama. Sejauh ini kita belum benar-benar temukan obatnya," demikian kata Sylvia.
Sementara itu, pada pasien dengan gejala ringan, bisa juga mendapatkan antivirus yakni oseltamivir atau avigan yang bentuknya oral.
"Untuk antivirus yang lain seperti aluvia tidak direkomendasikan lagi. Kalau remdesivir itu berarti dia harus dirawat di rumah sakit, sudah masuk gejala sedang. Dari penelitian, remdesivir atau sedikit manfaatnya pada pasien yang membutuhkan tambahan oksigenasi," tandas Sylvia.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaNgemil di malam hari merupakan hal yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi di kala menjalani puasa Ramadan.
Baca SelengkapnyaPenting bagi masyarakat untuk mengetahui cara menjaga kesehatan di musim hujan
Baca SelengkapnyaMohammad Syahril, melanjutkan, varian Covid Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaMycoplasma merupakan bakteri penyebab utama pneumonia misterius di China.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaMenjaga kebugaran dan kesehatan tubuh bisa dilakukan dengan berbagai cara termasuk menambah konsumsi vitamin.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca Selengkapnya