Luka di Gendang Telinga Bisa Pengaruhi Kualitas Hidup, Ketahui Dampak, Pencegahan, dan Pengobatannya
Perforasi membran timpani atau luka pada gendang telinga dapat disebabkan infeksi atau trauma, mengganggu pendengaran dan kualitas hidup.

Luka pada gendang telinga, atau perforasi membran timpani, merupakan robekan atau lubang pada membran tipis pemisah telinga luar dan tengah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi telinga tengah hingga trauma akibat benda tajam. Gejalanya beragam, mulai dari nyeri telinga hingga gangguan pendengaran, bahkan dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Penanganan luka pada gendang telinga bergantung pada tingkat keparahannya, mulai dari pengobatan dengan antibiotik hingga operasi rekonstruksi gendang telinga.
Menurut dr. Rangga Rayendra Saleh, Dokter Spesialis THT RSCM, "Tentunya penyebabnya ada banyak macamnya apabila lubang disebabkan trauma, luka atau tusukan maka disebut perforasi akibat trauma. Sedangkan lubang karena infeksi maka ini disebabkan otitis media supuratif kronis (OMSK)." OMSK merupakan infeksi kronis pada rongga telinga tengah yang ditandai dengan robekan pada gendang telinga dan keluarnya cairan (otorrhea). Cairan yang menumpuk di rongga telinga tengah mencari jalan keluar, menyebabkan robekan yang sulit menutup sendiri. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan tinnitus (dengung di telinga).
Perforasi membran timpani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain infeksi telinga tengah (otitis media), perubahan tekanan udara (barotrauma), suara keras mendadak (trauma akustik), cedera pada telinga, dan benda asing di telinga. Gejalanya meliputi nyeri telinga, gangguan pendengaran, keluarnya cairan dari telinga, gatal, tinnitus, pusing (vertigo), mual, muntah, dan demam (jika disebabkan infeksi). Perawatannya bergantung pada tingkat keparahan luka, mulai dari perawatan rumahan hingga operasi.
Penyebab dan Gejala Perforasi Membran Timpani
Perforasi membran timpani dapat disebabkan oleh berbagai hal. Infeksi telinga tengah (otitis media) merupakan penyebab umum, di mana penumpukan cairan akibat infeksi meningkatkan tekanan dan merobek gendang telinga. Perubahan tekanan udara yang drastis, seperti saat menyelam atau terbang, juga dapat menyebabkan barotrauma dan robekan pada gendang telinga. Suara keras mendadak, cedera pada telinga, atau benda asing di telinga juga dapat menyebabkan perforasi.
Gejala yang muncul bervariasi tergantung tingkat keparahan luka. Nyeri telinga yang tiba-tiba dan hebat, gangguan pendengaran, keluarnya cairan (berupa nanah atau darah), gatal di telinga, tinnitus, vertigo, mual, muntah, dan demam (jika ada infeksi) merupakan beberapa gejala yang mungkin dialami.
dr. Rangga menjelaskan lebih lanjut mengenai Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK), yaitu "Jadi akibat adanya penumpukan cairan di balik gendang telinga di rongga telinga tengah, maka cairan yang menumpuk di rongga itu akan mencari jalan untuk ke luar sehingga infeksi itu menyebabkan robekan itu tidak bisa menutup secara spontan dan robekan ini menjadi menetap, menyebabkan keluhan antara lain riwayat keluar cairan dari telinga atau congek, nah itu adalah otore atau keluar cairan dari liang telinga." Kondisi ini seringkali kronis dan menyebabkan gangguan pendengaran serta tinnitus.
Jika perforasi sudah kronis dan kecil, kemungkinan untuk sembuh sendiri sangat kecil. Oleh karena itu, rekonstruksi gendang telinga seringkali diperlukan.

Pengobatan dan Pencegahan Perforasi Membran Timpani
Kebanyakan luka kecil pada gendang telinga akan sembuh sendiri dalam waktu 6-8 minggu. Namun, jika terdapat tanda-tanda infeksi, luka besar, atau luka yang tidak kunjung sembuh, penanganan medis diperlukan. Penanganan medis dapat berupa pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi, obat pereda nyeri, penambalan robekan kecil, atau operasi (timpanoplasti) untuk memperbaiki atau mengganti gendang telinga yang rusak.
Penambalan dilakukan dengan menggunakan bahan kimia khusus dan kertas tipis. Jika penambalan gagal atau lukanya besar, operasi timpanoplasti mungkin diperlukan, yang melibatkan pencangkokan jaringan dari bagian tubuh lain. Operasi ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan: operasi lewat liang telinga (minim bekas luka) atau operasi sayatan daun telinga (untuk kasus gangguan pendengaran berat atau infeksi berbahaya).
Untuk mencegah perforasi membran timpani, penting untuk berhati-hati saat membersihkan telinga (hindari cotton bud atau benda tajam), menggunakan pelindung telinga saat terpapar suara keras, menelan, menguap, atau mengunyah permen karet saat terjadi perubahan tekanan udara, segera mengobati infeksi telinga, dan menghindari memasukkan benda asing ke dalam telinga.
Setelah operasi penambalan, pasien disarankan untuk menghindari air agar telinga tetap steril dan menghindari mengangkat beban berat untuk mencegah pergeseran tambalan. Penerbangan dan berenang juga sebaiknya dihindari selama 3-4 minggu, kecuali jika dokter mengizinkan. Operasi ini diklaim minim risiko, dengan indikator keberhasilan berupa liang telinga yang kering dan perbaikan fungsi pendengaran.
Kapan Harus ke Dokter?
Konsultasikan segera ke dokter THT jika Anda mengalami nyeri telinga yang hebat dan tiba-tiba, keluarnya cairan atau darah dari telinga, gangguan pendengaran yang signifikan, tanda-tanda infeksi (demam, nanah), atau vertigo. Perawatan yang tepat dan segera dapat mencegah komplikasi lebih lanjut dan menjaga kualitas hidup.
Perlu diingat bahwa informasi ini bersifat umum dan tidak dapat menggantikan konsultasi dengan tenaga medis profesional. Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang kesehatan telinga Anda, selalu konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Jangan menunda perawatan, karena perforasi membran timpani yang tidak ditangani dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen dan memengaruhi kualitas hidup Anda.