Memulai Urban Farming dari Sampah Dapur
Merdeka.com - Anjuran tetap tinggal di rumah akikbat terdampak Covid-19 ternyata memunculkan banyak hobi baru digandrungi masyarakat. Salah satunya berkebun. Terlebih lagi ketika masa awal Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), banyak masyarakat kesulitan akses untuk keluar rumah dan mendapat bahan makanan. Tidak jarang masyarakat menyiasatinya dengan berkebun di rumah atau urban farming.
Mendengar kata urban farming masih terasa asing di telinga beberapa masyarakat. Lantas apakah urban framing itu?
“Pada dasarnya prinsip urban farming adalah kegiatan menanam tanaman yang bisa dikonsumsi yang ditanam di pekarangan rumah atau lahan sekitar,” ujar Wati, salah seorang anggota dari komunitas Jakarta Berkebun, Kamis (6/8).
-
Siapa yang ingin menggerakkan urban farming di Jakarta? 'Karena kita bisa juga menggerakkan yang namanya urban farming, pertanian kota,' jelas dia.
-
Kenapa berkebun bagus untuk pelupa? Berkebun adalah hobi yang bagus untuk orang pelupa, karena melibatkan banyak aktivitas fisik dan mental.
-
Kenapa Urban Farming Purwakarta unik? Saat mengunjungi tempat ini kamu bak sedang berada di negeri Eropa mini yang indah.
-
Bagaimana taman kota di Jakarta membantu udara? Taman kota tumbuh pesat di Jakarta. Berlomba seiring polusi udara yang tak terhambat.
-
Apa komoditi perkebunan yang dibudidayakan? Masa kolonial Belanda di Indonesia banyak ditemui berbagai macam perkebunan milik swasta yang menjadi sumber penghasilan yang begitu besar saat itu. Sebut saja Tembakau dan Karet, dua komoditi ini harganya tinggi di pasaran.
-
Apa yang ditemukan petani di kebun? Seorang petani dan putranya menemukan pedang Viking yang langka di lahan pertanian keluarganya di Suldal, Norwegia.
Kegiatan berkebun dapat menjadi ruang produktif di kala pandemi. Karena menurut dia, tidak hanya kita bisa menghasilkan bahan pangan sendiri aman dikonsumsi, kegiatan ini juga bisa dilakukan bersama keluarga di rumah.
Hal yang dibutuhkan dalam berkebun juga tidaklah terlalu sulit.Pertama perlu alat dan bahan seperti media tanam, pot atau wadah, bibit, dan pupuk. Tanaman pangan biasanya membutuhkan sinar matahari selama delapan jam setiap harinya. Maka dari itu, apabila ingi memulainya harus selalu memastikan tanaman terkena sinar matahari yang cukup.
Bagi yang masih ragu untuk memulai melakukan urban farming, ternyata bisa diakali dengan memanfaatkan sampah dapur. Pemula bisa memanfaatka sampah dapur dijadikan bahan berkebun seperti biji cabai, potongan akar daun bawang, potongan akar daun seledri, dan rempah rempah seperti jahe dan kunyit. Dengan memanfaatkan sampah dapur ternyata bisa menjadi awal untuk memulai berkebun di rumah.
“Itu regrow, misalnya kita beli cabai kadang ada yang bagus dan yang pedas, jadi kita manfaatkan ambil bijinya untuk ditanam,” jelas Wati.
Tidak hanya biji cabai, contoh lainnya ketika membeli daun bawang dan seledri di pasaran. Biasanya masih terdapat akarnya. Batang dan akar yang biasanya tidak dipakai akan dibuang. Rupanya, ada cara yang bisa kita lakukan agar batang dan akarnya tidak sia-sia. Caranya mudah, potong sekitar 10 cm dari akar dan batang yang ada akarnya itu untuk ditanam. Ada juga stek batang katuk dan papaya jepang yang batangnya tinggal kita tancapkan ke media tanam.
Sampah dapur selain digunakan untuk menjadi langkah awal berkebun, ternyata juga bisa digunakan sebagai kompos. Kulit buah dan sayur yang rusak bisa dimanfaatkan kembali. Dengan cara kulit buah atau sayur rusak disiram pupuk organik cair untuk membantu proses penguraian dan ditaburi sekam bakar agar tidak berbau. Kompos harus diaduk seminggu sekali dan hasil akhirnya menjadi kompos padat dan pupuk cair dalam waktu dua sampai tiga bulan.
Terdapat beberapa metode berkebun yang bisa kita coba sendiri di rumah. Seperti sistem hidroponik yaitu budidaya tanaman dengan media selain tanah dan memanfaatkan air untuk menyalurkan unsur hara ke tanaman. Salah satunya cabai dan sawi hijau yang mudah ditanam.
Kedua, ada metode vertical garden yang bisa dipakai untuk lahan terbatas. Selain memberikan kesegaran dapat juga mempercantik dinding rumah.
Terakhir ada menanam tanaman dalam pot. Metode terakhir ini bisa menjadi pilihan karena biasa ditanam di lahan yang sempit. Contohnya jeruk dan jambu biji. Kedua metode terakhir dapat menjadi pilihan bagi Anda yang ingin berkebun tapi memiliki lahan yang minim.
Apapun metode dalam berkebun kembali menjadi pilihan masing-masing. Dalam berkebun, niat menjadi hal yang terutama, karena dalam berkebun dibutuhkan proses yang tidak sebentar dan juga perawatan.
Reporter Magang: Febby Curie Kurniawan (mdk/gil)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setidaknya ada tiga mimpi yang dibawa yakni lingkungan, sosial dan ekonomi.
Baca SelengkapnyaKeberadaan TPS ini menjadi sumber rezeki bagi warga setempat.
Baca SelengkapnyaMelihat ada sebuah lahan kosong di tempatnya terbengkalai, Purnomo mengajak warga untuk mengelolanya menjadi kebun sayur. Keberadaannya beri banyak manfaat.
Baca SelengkapnyaDi lahan berukuran 10x30 meter di Tuminting Lingkungan IV tersebut, masyarakat membudidayakan tanaman hortikultura.
Baca SelengkapnyaSejak 2022, program ini secara bertahap telah dilaksanakan di delapan belas (18) kota di Indonesia dan telah memberikan dampak bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaKegiatan ini bertujuan untuk menciptakan ruang hijau produktif di tengah kota.
Baca SelengkapnyaBerbagai jenis produk pun dihasilkan, mulai dari keripik bayam brazil, minuman rosella dan kembang telang yang juga hasil tanam sendiri.
Baca SelengkapnyaSetelah lulus SMA, Aji Saputra bingung mau melakukan apa. Akhirnya ia belajar pertanian dengan petani di desanya, kemudian memulai usaha pengolahan pupuk.
Baca SelengkapnyaIsi waktu luang Anda dengan berkebun menanam sayur di pekarangan rumah.
Baca SelengkapnyaAda banyak sayur dan buah yang tersedia di atap rumahnya
Baca SelengkapnyaPupuk kompos organik merupakan solusi alami dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kesehatan tanaman.
Baca SelengkapnyaInspiratif! Warga Kota Surabaya kompak tanam sayur dan buah untuk bangun kampung.
Baca Selengkapnya