Orangtua Diharap Mampu Bangun Toleransi Anak Terhadap Alergi Makanan
Merdeka.com - Orangtua memiliki peranan yang besar dalam mengatasi alergi yang dimiliki oleh anak mereka. Hal ini termasuk dengan upaya dari orangtua agar anak mampu mengatasi masalah alerginya.
Dokter anak konsultan alergi imunologi yang juga terhimpun dalam anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Isman Jafar, Sp.A(K) mengimbau agar para orang tua tidak terlalu mengekang anak yang mengidap alergi, khususnya makanan.
“Itu malah kita jadi merusak hidup seorang anak. Kan anak itu mau coba semua. Kalau ibunya punya pola pikir ‘Jangan, kamu kan alergi. Nggak boleh’. Jadi anaknya mau ini dikekang, mau itu nggak boleh,” ungkap Isman beberapa waktu lalu.
-
Bagaimana cara mengatasi alergi pada anak? Alergi pada anak dapat diatasi dengan langkah-langkah yang tepat. Untuk mendeteksi penyebab alergi pada anak, dokter dapat melakukan tes darah atau tes tusuk kulit.
-
Kenapa anak mengalami alergi? Alergi pada anak bisa disebabkan oleh faktor genetik dan paparan zat tertentu seperti serbuk sari, bulu binatang, jamur, dan tungau debu.
-
Apa saja gejala alergi pada anak? Gejala alergi pada anak bisa bervariasi, tergantung pada jenis alergen dan cara tubuh meresponsnya. Beberapa anak mungkin mengalami gejala kulit, seperti ruam, gatal-gatal, atau bengkak. Alergi makanan dapat menyebabkan reaksi gastrointestinal, mual, muntah, atau diare.
-
Bagaimana cara mengendalikan alergi makanan? 'Alergi mungkin tidak bisa dibilang bisa sembuh total, tapi bisa dikendalikan dengan pola hidup atau obat-obatan,' kata Anshari.
-
Makanan apa yang harus dihindari anak? Meskipun makanan-makanan ini digemari anak-anak, konsumsi gula berlebih dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini bisa memicu penyakit serius seperti diabetes, hipertensi, gangguan kesehatan mental, serta masalah tulang dan otot.
-
Apa saja yang direkomendasikan IDAI untuk cemilan anak? Menurut rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), cemilan bagi anak sebaiknya menjadi bagian yang tidak hanya menggugah selera, tetapi juga memastikan asupan gizi yang dibutuhkan.
“Padahal yang betul adalah sebelum ada bukti hitam di atas putih (pernyataan dokter) anak itu alergi, itu hanya prasangka saja. Mungkin betul, tapi jangan mengekang anak,” imbuhnya.
Selanjutnya, Isman menjelaskan bahwa alergi terhadap makanan atau food alergy akan meningkat tinggi di usia 1 sampai 2 tahun. Namun, itu tidak berarti ibu melarang anak mengonsumsi makanan tersebut selama-lamanya.
“Jadi kalau misalnya usia di atas 2 tahun itu akan makin berkurang. Dan misalnya kalau sudah 6 sampai 7 tahun ya jangan dilarang-larang juga. Kita biarkan saja anaknya makan makanan tersebut dengan harapan akan timbul toleransi,” kata Isman.
“Nah toleransi ini adalah kebalikan dari alergi. Jadi zat yang tadinya tubuh anggap berbahaya, kita sudah mengenal zat tersebut. Sehingga lama-lama tubuh sudah akrab dengan zat tersebut. Jadi berteman jadinya. Nah itu yang kita harapkan anak-anak akan bisa toleransi,” sambungnya.
Kendati demikian, Isman juga mengingatkan bahaya apabila anak sudah mengalami reaksi anafilaksis. Anafilaksis adalah reaksi alergi berat dan terjadi secara tiba-tiba setelah tubuh terpapar pemicu alergi.
“Tapi ada bahayanya juga. Ketika dikasih misal timbul reaksi anafilaksis. Misal menyerang beberapa anggota tubuh seperti jantung dan lain-lain. Nah itu risiko. Jangan coba-coba. Tapi kalau belum ada bukti pasti, biasa saja. Santai saja,” terangnya.
Di sisi lain, psikolog anak dan parenting coach Irma Gustiana A, S.Psi., M.Psi juga menyampaikan hal serupa. Dia mengimbau agar orang tua tidak memberikan label alergi terhadap anak-anaknya.
“Jangan kasih label. Misalnya ngomong ‘Kamu tuh kan alergian nak’ gitu. Jangan begitu. Karena dia akan sugesti ke dirinya ‘Aku tuh alergian. Aku tuh lemah, aku beda’. Bisa dua yang terjadi. Antara dia nggak pede atau dia bisa jadi sangat membuat itu menjadi alasan,” papar Irma.
“Karena anak itu tricky. Dia bisa memanipulasi itu. Jadi jangan labeling. Tapi dia tetap perlu tahu kondisi dia. Jadi cara komunikasiinnya ‘Kalau makan ini nanti kamu batuk. Kita cari yang lain ya atau kita cari yang rasanya mirip’ gitu,” tandasnya.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada keadaan yang mesti di antisipasi misalkan anak tersebut dikhawatirkan punya gangguan organ hati yang berat.
Baca SelengkapnyaDalam mencoba konsumsi manyak pemicu alergi, seseorang perlu sangat berhati-hati.
Baca SelengkapnyaGejala alergi pada anak bisa bervariasi, tergantung pada jenis alergen dan cara tubuh meresponsnya.
Baca SelengkapnyaPemahaman tepat terkait pemberian makan pada anak merupakan hal penting bagi tumbuh kembang.
Baca SelengkapnyaKebiasaan makan anak yang sehat bisa sangat bergantung pada orangtua sebagai contoh yang baik.
Baca SelengkapnyaPemberian makan pada anak merupakan hal yang perlu diperhatikan orangtua. Penting untuk menghindari makanan olahan ultra karena dampaknya.
Baca SelengkapnyaHampir setiap orang tua pernah mengalami anak susah makan. Namun sebenarnya terdapat cara mengatasi anak susah makan yang bisa diterapkan.
Baca SelengkapnyaPada anak yang pemilih makanan terdapat cara agar dia makan lebih sehat dan lahap.
Baca SelengkapnyaPiprim mengatakan makanan dengan pemrosesan ultra memiliki kandungan yang minim serat namun sangat tinggi kalori dan gula.
Baca SelengkapnyaKonsumsi makanan dengan nutrisi yang seimbang merupakan hal penting dalam kesehatan dan perkembangan anak.
Baca SelengkapnyaDalam membantu atasi masalah anak yang pilih-pilih makanan, penerapan aturan makan bisa menjadi kunci.
Baca SelengkapnyaBagi anak yang belajar berpuasa, konsumsi makanan bernutrisi sangat penting dilakukan saat sahur dan berbuka.
Baca Selengkapnya