Pahami Gejala Rinitis Alergi pada Anak: Cara Mengatasi Masalah Alergi yang Umum pada Anak
Masalah rinitis alergi pada anak bisa menunjukkan gejala khas yang perlu dipahami oleh orangtua.
Masalah rinitis alergi pada anak bisa menunjukkan gejala khas yang perlu dipahami oleh orangtua.
-
Bagaimana cara mengatasi gejala Rhinitis Alergi pada anak? Penanganan yang tepat dapat membantu mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup anak, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
-
Apa saja gejala utama Rhinitis Alergi pada anak? Salah satu gejala utama rhinitis alergi pada anak meliputi bersin, hidung berair, gatal pada hidung dan mata, serta hidung tersumbat.
-
Bagaimana cara mengatasi alergi pada anak? Alergi pada anak dapat diatasi dengan langkah-langkah yang tepat. Untuk mendeteksi penyebab alergi pada anak, dokter dapat melakukan tes darah atau tes tusuk kulit.
-
Apa itu rinitis alergi? Dilansir dari Cleveland Clinic, rinitis alergi, juga dikenal sebagai hay fever, adalah reaksi alergi yang disebabkan oleh paparan alergen kecil di udara.
-
Apa saja gejala alergi pada anak? Gejala alergi pada anak bisa bervariasi, tergantung pada jenis alergen dan cara tubuh meresponsnya. Beberapa anak mungkin mengalami gejala kulit, seperti ruam, gatal-gatal, atau bengkak. Alergi makanan dapat menyebabkan reaksi gastrointestinal, mual, muntah, atau diare.
-
Kenapa anak rentan terkena Rhinitis Alergi? Anak-anak rentan terhadap rhinitis alergi karena sistem kekebalan tubuh mereka masih berkembang dan dapat lebih sensitif terhadap lingkungan sekitarnya.
Orangtua Perlu Tahu! Ini 4 Gejala Khas Rinitis Alergi pada Anak
Menurut dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorokan dari RS UI, dr. Niken Lestari Sp. THTBKL Subs. AI(K), orangtua perlu memahami empat gejala khas dari rinitis alergi yang mungkin terjadi pada anak-anak mereka.
Keempat gejala khas ini meliputi bersin yang berulang, hidung yang gatal, hidung yang meler, dan hidung yang tersumbat. Gejala-gejala ini umumnya muncul pada waktu tertentu dan tidak disertai dengan demam.
"Kalau mengalami minimal dua dari empat gejala, bisa dicurigai kalau rinitis alergi, gejalanya muncul terutama malam dan pagi hari, bedanya dengan flu bisa pagi, siang, malam dan disertai demam, kalau rinitis muncul terutama malam dan siang hari tanpa demam," terang Niken dilansir dari Antara.
Selain gejala-gejala tersebut, terdapat juga gejala lain yang dapat terlihat dengan mata telanjang atau melalui pemeriksaan fisik, seperti adanya warna gelap di bawah mata akibat hidung yang tersumbat, seringnya anak mengernyitkan wajah, menggoyangkan hidung dan memejamkan mata karena merasa gatal, serta terlihat gigi bagian depan lebih menonjol karena seringnya bernapas melalui mulut.
"Selain gejala khas, bisa ditemukan gejala lain seperti telinga gatal atau rasa penuh, dapat ditemukan gangguan hidung, tidak peka penciuman, sakit kepala, tenggorokan langit-langit gatal, batuk dan gangguan tidur seperti mendengkur," tambah Niken.
Data dari WHO menunjukkan bahwa 35 persen anak mengalami rinitis alergi, dengan pemicu utama adalah zat alergen yang terhirup seperti tungau atau kutu debu rumah yang sering tidak terlihat di tempat tidur, sofa, atau karpet. Selain itu, alergen juga bisa berasal dari serbuk sari rumput dan pohon, serta bulu binatang seperti kucing dan anjing.
Untuk mencegah rinitis alergi menjadi masalah yang berkepanjangan, Niken menyarankan adanya kombinasi tata laksana, mulai dari menghindari alergen dengan mengontrol lingkungan, memberikan obat-obatan, hingga melakukan imunoterapi atau bahkan pembedahan jika diperlukan.
"Kalau di rumah diketahui alergennya tungau maka ngga bisa dihindari 100 persen karena dari serpihan kulit sehingga harus kontrol lingkungan sekitar kita, kamar di bersihkan seminggu sekali, binatang peliharaan nggak ga masuk ke kamar," katanya.
Selain itu, pasien juga disarankan untuk rutin membersihkan hidung dengan larutan garam 0,9 persen yang aman digunakan dalam jangka waktu yang panjang, serta menggunakan obat anti histamin atau anti alergi minimal selama 2 hingga 4 minggu sebelum evaluasi ulang dilakukan.
Pemeriksaan tambahan juga dapat dilakukan, seperti pemeriksaan THT terutama di hidung melalui endoskopi rongga hidung, dan tes alergi dengan tes kulit atau pemeriksaan kadar imunoglobulin E spesifik jika tes kulit tidak memungkinkan.
"Kalau tidak bisa dilakukan tes kulit, diperiksa darah kadar imunoglobulin E spesifik untuk pemicu yang dicurigai, kalau curiga alergi bulu maka pemeriksaan imunoglobulin E spesifik pada bulu," paparnya.