Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Penderita Asma Diimbau Tidak Menggunakan Inhaler secara Berlebihan

Penderita Asma Diimbau Tidak Menggunakan Inhaler secara Berlebihan Ilustrasi asma. ©Shutterstock.com/sarra22

Merdeka.com - Bagi penderita asma, inhaler kerap dianggap sebagai kunci dalam pengobatannya. Padahal, jenis obat ini sebenarnya hanya untuk meredakan kondisi secara sementara dan tidak untuk mengobati dengan tepat.

Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Dr. H. Mohamad Yanuar Fajar, Sp.P, FISR, FAPSR, MARS mengingatkan pasien asma tak boleh menggunakan obat golongan short-acting beta-agonists (SABA) secara berlebihan, karena dapat menimbulkan efek samping yang buruk.

"SABA itu punya kelemahan, ya. Pertama, dia kan paling sering menggunakan salbutamol. Salbutamol itu efek sampingnya berdebar-debar. Hampir semua pasien yang menggunakan SABA berlebih itu berdebar-debar dan tangannya gemetar," kata Yanuar beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, Yanuar mengatakan, penggunaan SABA secara berlebihan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan asma, rawat inap karena asma, bahkan kematian.

SABA merupakan jenis obat yang mampu bekerja cepat dalam mengatasi serangan penyempitan saluran pernapasan. Contoh obat yang termasuk jenis SABA di antaranya salbutamol, fenoterol, procaterol, dan terbutaline.

SABA sering menjadi pilihan utama ketika seseorang terkena serangan asma karena sangat membantu meredakan serangan dengan cepat. Adapun contoh pengobatan SABA adalah inhaler dan nebulizer.

Yanuar menuturkan, sekitar 90 persen pasien asma merasa lebih baik setelah menggunakan SABA. Namun, setelah beberapa hari kemudian, asma akan kembali kambuh.

Bahkan menurut laporan strategi Global Initiative for Asthma (GINA) 2019-2022 menunjukkan bahwa penggunaan inhaler pelega SABA secara rutin, walaupun hanya dalam 1-2 minggu, justru kurang efektif dan menyebabkan lebih banyak peradangan pada saluran napas.

Menurut Yanuar, hal tersebut terjadi karena SABA hanya berperan sebagai pelega, bukan antiradang.

"SABA hanya sebagai pelega dan tidak mengatasi inflamasi atau peradangan yang mendasari asma," ujar Yanuar.

Untuk itu, pengobatan asma dengan hanya menggunakan inhaler pelega SABA tidak lagi direkomendasikan.

Menurutnya, pasien asma harus mendapatkan obat pengontrol yang dapat mengatasi inflamasi atau peradangan, serta mencegah kekambuhan serangan asma.

"Contohnya adalah kombinasi ICS-Formoterol untuk mengurangi risiko serangan asma," tutur Yanuar.

Selain itu, kombinasi ICS dan long-acting beta-agonist (LABA) juga dapat dilakukan. Lebih lanjut, Yanuar mengatakan agar pasien asma perlu melakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk mengontrol kondisinya dan mendapat penanganan yang tepat.

(mdk/RWP)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Dokter Ingatkan Agar Tidak Mengonsumsi Obat Nyeri Selama Lebih dari 15 Hari
Dokter Ingatkan Agar Tidak Mengonsumsi Obat Nyeri Selama Lebih dari 15 Hari

Kendati mengalami rasa nyeri dan sakit kepala yang tak kunjung hilang, dokter menyarankan untuk membatasi waktu konsumsi obat nyeri.

Baca Selengkapnya
Cara Mencegah ISPA Akibat Polusi Udara, Gunakan Masker hingga Rajin Cuci Tangan
Cara Mencegah ISPA Akibat Polusi Udara, Gunakan Masker hingga Rajin Cuci Tangan

Risiko ISPA semakin meningkat di tengah polusi udara kota yang buruk..

Baca Selengkapnya
Kasus ISPA Meningkat, Ini Saran Guru Besar Kedokteran UI
Kasus ISPA Meningkat, Ini Saran Guru Besar Kedokteran UI

Kasus ISPA tersebut tercatat mencapai sekitar 14 ribu per hari.

Baca Selengkapnya
Miris Pengasuh di Surabaya Cekoki Obat Keras Agar Anak Asuhan Terlihat Gemuk, Ini Efek Jangka Panjangnya
Miris Pengasuh di Surabaya Cekoki Obat Keras Agar Anak Asuhan Terlihat Gemuk, Ini Efek Jangka Panjangnya

Obat-obatan tersebut dikonsumsi cukup lama dan dilakukan secara terus menerus.

Baca Selengkapnya
Begini Cara Cegah Terjangkit ISPA di Musim Pancaroba
Begini Cara Cegah Terjangkit ISPA di Musim Pancaroba

Jangan Sampai Terserang ISPA di Musim Pancaroba, Lakukan Hal Ini

Baca Selengkapnya
Pesan Kemenkes RI Jika Mendadak Sakit Tenggorokan Karena Polusi Udara di Jakarta
Pesan Kemenkes RI Jika Mendadak Sakit Tenggorokan Karena Polusi Udara di Jakarta

Banyak masyarakat yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) akibat polusi udara di Jakarta.

Baca Selengkapnya
Gawat, BBM Indonesia Terkotor di Asia Tenggara dan Picu Polusi Udara yang Berdampak Bahaya
Gawat, BBM Indonesia Terkotor di Asia Tenggara dan Picu Polusi Udara yang Berdampak Bahaya

Dampaknya sangat terasa di wilayah seperti DKI Jakarta, yang mengalami peningkatan polusi udara secara signifikan.

Baca Selengkapnya
Tips Olahraga yang Aman untuk Dilakukan oleh Penderita Asma
Tips Olahraga yang Aman untuk Dilakukan oleh Penderita Asma

Bagi penderita asma, sejumlah hal bisa dilakukan agar tetap aktif secara fisik untuk berolahraga walau dengan kondisi yang dimilikinya.

Baca Selengkapnya
8 Gejala Alergi Obat yang Wajib Diketahui, Jangan Diabaikan
8 Gejala Alergi Obat yang Wajib Diketahui, Jangan Diabaikan

Alergi obat merujuk pada reaksi alergi yang disebabkan oleh penggunaan obat tertentu, dan bisa memengaruhi sistem tubuh.

Baca Selengkapnya
Jangan Minta Anak Muntahkan Lagi Cairan Berbahaya yang Tertelan, Ini Penjelasan Dokter Spesialis
Jangan Minta Anak Muntahkan Lagi Cairan Berbahaya yang Tertelan, Ini Penjelasan Dokter Spesialis

Lalu bagaimana dengan meminta anak meminum air putih?

Baca Selengkapnya
Fakta Penting tentang ISPA, Penyakit yang Rentan Menyerang Saat Kualitas Udara Buruk
Fakta Penting tentang ISPA, Penyakit yang Rentan Menyerang Saat Kualitas Udara Buruk

Rentan menyerang saat kualitas udara buruk, temukan langkah tepat penanganan ISPA!

Baca Selengkapnya