Psikolog Jelaskan Bahwa Keluarga Punya Peran Penting untuk Cegah Pernikahan Dini
Masih marak terjadinya pernikahan dini di Indonesia bisa diatasi dengan peranan yang tepat bagi keluarga.
Pernikahan dini masih menjadi salah satu isu yang mengkhawatirkan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia, Kasandra A. Putranto, menekankan betapa pentingnya peran keluarga dalam mencegah terjadinya pernikahan di usia dini. Menurutnya, keluarga adalah benteng pertama dan terpenting dalam memberikan pemahaman serta edukasi kepada anak mengenai risiko dan konsekuensi dari pernikahan dini.
Pernikahan pada usia muda, selain membawa manfaat, juga menyimpan berbagai risiko yang dapat berdampak serius pada kesehatan reproduksi, stabilitas pernikahan, serta kondisi psikologis.
-
Siapa yang terlibat dalam kesiapan emosional sebelum menikah? Pernikahan bukan hanya tentang cinta dan kebersamaan, tetapi juga tentang kesiapan menghadapi berbagai tantangan dan perubahan yang akan datang.
-
Bagaimana keluarga bisa membantu mencegah gangguan mental pada anak? “Nasihat ulama, didiklah anak cucumu sesuai dengan zamannya karena mereka tidak dilahirkan di zamanmu. Ajak mereka berdiskusi. Orang tua tidak perlu merasa hebat,“ kata Hasto.
-
Bagaimana Kemenag DIY menekan pernikahan dini? Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta (Kemenag DIY) menggencarkan sosialisasi pendewasaan usia pernikahan bagi pelajar SMA/MA untuk menekan angka pernikahan usia dini.
-
Kenapa hamil di luar nikah menyebabkan pernikahan dini? Sebagian besar permohonan dispensasi itu dilakukan karena hamil di luar nikah dan sebagian lainnya karena alasan sosial budaya.
-
Mengapa Kemenkominfo berfokus pada pernikahan dini dalam pencegahan stunting? Salah satu faktor penyebab stunting adalah menikah di usia muda atau menikah dini. Hal ini karena ibu yang hamil di usia terlalu muda belum siap secara fisik dan mental sehingga bayi berisiko besar lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan terkena stunting.
-
Siapa yang berisiko mengalami perceraian karena pernikahan dini? Pasangan yang melakukan pernikahan dini juga sangat berisiko mengalami perceraian karena di usia remaja secara mental mereka juga belum siap,“ kata Jauhar dikutip dari ANTARA.
"Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang positif cenderung memiliki pandangan yang lebih baik tentang pentingnya kesiapan fisik, mental, dan finansial dalam menjamin kualitas pernikahan," ungkap Kasandra dilansir dari Antara.
Lingkungan keluarga yang sehat dan edukatif sangat berperan dalam membentuk pola pikir anak mengenai pernikahan. Kasandra menjelaskan bahwa anak-anak yang dibekali dengan pengetahuan yang memadai cenderung lebih siap dalam menghadapi kehidupan pernikahan. Oleh karena itu, sangat penting bagi keluarga untuk menanamkan nilai-nilai serta prinsip yang benar mengenai pernikahan sejak usia remaja.
Dalam konteks ini, orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh kepada anak-anak mereka. Kasandra menekankan pentingnya pendidikan, baik akademik maupun seksual, sebagai bekal bagi anak-anak untuk memahami aspek-aspek penting seperti reproduksi, hubungan interpersonal, dan konsekuensi dari pernikahan dini.
"Orang tua harus memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya pendidikan untuk masa depan yang lebih baik, termasuk pendidikan akademik dan pendidikan seksual, untuk membantu anak memahami reproduksi, hubungan, dan konsekuensi dari pernikahan dini" tambahnya.
Kasandra juga mengingatkan akan risiko kesehatan yang mengintai perempuan yang menikah di usia muda. Organ-organ tubuh yang belum sepenuhnya matang dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan dan persalinan, bahkan meningkatkan risiko kematian. Selain itu, tekanan mental yang dialami perempuan muda akibat kehilangan masa remaja mereka juga menjadi perhatian.
"Pernikahan dini sering kali mengakibatkan hilangnya hak-hak anak, seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk hidup bebas dari kekerasan, dan hak untuk dilindungi dari eksploitasi," jelasnya.
Kasandra juga menyoroti dampak psikologis dari pernikahan dini, di mana perempuan yang menikah muda cenderung lebih rentan mengalami kecemasan, depresi, dan gangguan suasana hati. Hal ini disebabkan oleh tekanan yang timbul dari tanggung jawab besar yang seharusnya belum menjadi beban mereka pada usia tersebut.
Oleh karena itu, Kasandra mengajak para orang tua untuk terus memberikan dukungan, baik dalam bentuk pendidikan maupun lingkungan yang positif, agar anak-anak mereka dapat mengambil keputusan yang lebih bijak mengenai pernikahan.
Orang tua juga disarankan untuk memastikan anak-anak mereka menyelesaikan pendidikan dan memulai karier sebelum mempertimbangkan pernikahan. Dengan demikian, anak-anak dapat berpikir secara logis dan mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul akibat pernikahan dini.