Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Rasa Percaya Diri Jadi Modal Berharga bagi Ibu Menyusui untuk Memberikan ASI

Rasa Percaya Diri Jadi Modal Berharga bagi Ibu Menyusui untuk Memberikan ASI ilustrasi ibu menyusui. ©www.pregnancyandbaby.com

Merdeka.com - Pada bulan Agustus ini, seluruh ibu menyusui di dunia bakal merayakan World Breastfeeding Week. Perayaan satu pekan ini dilakukan karena satu hari dirasa terlalu singkat untuk mengingatkan banyak pihak bahwa ASI merupakan nutrisi paling lengkap dan sempurna bagi bayi.

Pentingnya menyusui bayi ini terutama berupa pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Oleh karena itu terus didengungkan oleh berbagai pihak mengenai manfaat dari menyusui ini.

Banyak ibu yang tidak percaya diri bisa memberikan ASI selama 6 bulan secara eksklusif pada buah hatinya. Padahal, rasa percaya diri adalah modal penting bagi ibu untuk memberikan ASI.

“Ibu menyusui itu harus selalu memiliki pemikiran dan afirmasi yang positif, harus selalu bahagia. Kebahagiaan itu akan memicu keluarnya hormon oksitosin yang melancarkan ASI," kata dr. Fransiska Farah, Sp. A, M.Kes, dokter spesialis anak dan konselor laktasi RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, seperti dikutip dari rilis yang diterima Dream.

Manfaat Ibu Percaya Diri

Menurut Fransiska, kondisi ibu yang percaya diri akan membawa ketenangan dalam dirinya saat memberikan ASI. Ibu pun jadi lebih rileks dan sabar. Kondisi tersebut sangat disukai bayi saat menyusu.

"Banyak ibu baru bertanya-tanya 'cukupkah ASI saya? Kalau cukup, kenapa bayi saya menangis terus?', ada juga mengeluhkan sakitnya payudara karena menyusui. Kondisi ini dapat menurunkan kepercayaan diri ibu," kata Fransiska.

Kembalikan Kepercayaan Diri

Rasa percaya diri dalam menyusui ini kerap naik turun. Saat menurun, bahkan hingga kehilangan semangat, jangan diam saja. Carilah dukungan dari suami, kerabat atau saudara.

Penting juga berkonsultasi dengan konselor laktasi agar pengetahuan seputar menyusui semakin bertambah. Dokter Yovita Ananta, Sp. A, MHSM, IBCLC, seorang konselor laktasi yang juga spesialis anak, menyarankan untuk bertemu dengan tenaga kesehatan/konselor laktasi setidaknya tujuh kali selama masa kehamilan dan setelah persalinan.

Konsultasi saat hamil sebanyak dua kali, lalu satu kali setelah melahirkan, 24 jam setelah melahirkan, satu minggu setelah melahirkan, terakhir dua kali, terutama jika ibu kembali bekerja.

Dukungan Lingkungan

Dalam menjalankan peranan sebagai seorang ibu menyusui, seringkali seorang perempuan dihadapi dengan berbagai tantangan. Terutama karena kurangnya dukungan yang seharusnya ia dapatkan dari lingkungan terdekatnya, yaitu suami ataupun keluarga terdekat seperti nenek dan kakek bayi.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada ibu menyusui yang mendapatkan dukungan penuh dari suami dan keluarga memiliki tingkat keberhasilan menyusui lebih tinggi dibandingkan dengan ibu menyusui dengan suami dan keluarga yang tidak terlalu membantu dalam merawat si kecil.

“Suami memegang peranan sangat penting dalam kesuksesan proses menyusui. Suami harus menjadi pendukung nomor satu untuk istri, dan ikut berpartisipasi aktif dalam merawat si kecil," terang dr. Jeanne Roos-Tikoalu, Sp. A, IBCLC, CIMI.

Reporter: Mutia NugraheniSumber: Dream.co.id

(mdk/RWP)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP