Sinusitis Kronis atau Akut? Panduan Lengkap Penyebab dan Pengobatannya
Ketahui penyebab dan pengobatan sinus secara efektif dalam artikel berikut!
Sinusitis adalah peradangan atau infeksi pada salah satu atau beberapa rongga sinus yang terletak di sekitar hidung dan mata. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur yang mengganggu saluran udara di sinus, menyebabkan penumpukan lendir, dan memicu gejala seperti hidung tersumbat, nyeri wajah, dan demam. Sinusitis dapat terjadi pada siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa, namun prevalensinya lebih tinggi pada individu yang memiliki riwayat alergi atau masalah pernapasan lainnya. Untuk itu, pemahaman mengenai penyebab, gejala, serta pengobatan yang tepat sangat penting untuk mengatasi kondisi ini dengan efektif.
Penyebab Sinusitis
- Infeksi Virus
Sebagian besar kasus sinusitis disebabkan oleh infeksi virus, terutama pada infeksi saluran pernapasan atas seperti flu atau pilek. Virus ini dapat menyebabkan peradangan pada lapisan sinus, yang mengarah pada penumpukan lendir dan penyumbatan saluran sinus. Studi oleh J.D. Tinkelman (2011) dalam jurnal American Journal of Rhinology menunjukkan bahwa virus yang menjadi penyebab sinusitis adalah rhinovirus dan virus influenza, yang dapat mempengaruhi sistem pernapasan bagian atas dan menyebabkan pembengkakan pada saluran sinus. Gejala yang muncul akibat sinusitis virus umumnya mirip dengan gejala pilek atau flu biasa, tetapi cenderung lebih intens. Gejala utama sinusitis virus meliputi hidung tersumbat, batuk, sakit kepala, rasa tertekan pada wajah, demam ringan, dan penurunan kemampuan mencium bau. Pada beberapa kasus, pasien juga mengalami nyeri tenggorokan, nyeri otot, dan kelelahan. Lendir yang dihasilkan cenderung berwarna bening atau sedikit kekuningan. Infeksi virus umumnya berlangsung antara 7 hingga 10 hari dan dapat sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan pengobatan antibiotik
-
Kenapa sinusitis bisa terjadi? Pada umumnya, penyakit yang menyerang area sinus ini diakibatkan oleh adanya infeksi dan iritasi.
-
Apa yang menyebabkan sinusitis menular? Sinusitis sendiri bukanlah penyakit yang menular, namun infeksi yang menyebabkannya bisa menular. Sinusitis adalah peradangan pada sinus yang sering kali disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur.
-
Kenapa Sinus terjadi? Individu yang memiliki riwayat penyakit infeksi saluran pernapasan atas, alergi, atau asma berisiko lebih tinggi untuk mengalami masalah sinus.
-
Apa itu Sinus? Sinus merujuk pada peradangan yang terjadi di area sinus, termasuk rongga di dahi, hidung, dan tulang pipi.Ketika seseorang menderita sakit sinus, kondisi ini mengakibatkan sinus meradang, yang menyebabkan pembengkakan dan peningkatan produksi lendir.
-
Bagaimana cara menghirup uap hangat untuk sinusitis? Untuk caranya, kamu bisa memasukkan air hangat ke dalam mangkuk atau wadah bersih. Kemudian, hirup perlahan uap hangat tersebut, hingga lendir yang berada di sinus keluar sedikit demi sedikit.Selain dengan metode ini, kamu pun juga dapat menggunakan kompres handuk yang telah direndam air panas sebelumnya. Letakkan pada area hidung dan dahi. Kemudian, hirup perlahan-lahan uap panas yang dihasilkan oleh kompres hangat tersebut.
-
Apa yang membuat sinusitis terasa tidak nyaman? Gangguan sinusitis bisa menjadi permasalahan yang merepotkan jika sering terjadi di tengah-tengah melakukan aktivitas. Pasalnya, penyakit ini dapat membuat menimbulkan rasa sakit dan tak nyaman pada pipi serta dahi.
- Infeksi Bakteri
Sinusitis bakteri biasanya terjadi setelah infeksi virus, seperti flu atau pilek, yang menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan atas. Bakteri yang sering menyebabkan sinusitis antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bhattacharyya (2016) dalam jurnal American Journal of Rhinology & Allergy, sekitar 0,5 hingga 2 persen dari kasus infeksi saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh virus dapat berkembang menjadi sinusitis bakteri. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fokkens et al. (2020) dalam European Journal of Allergy and Clinical Immunology menyatakan bahwa infeksi bakteri lebih sering terjadi pada kasus sinusitis yang berlangsung lebih dari 10 hari, terutama jika gejalanya semakin memburuk, seperti munculnya demam dan rasa sakit yang intens pada area sinus. Pengobatan sinusitis bakteri umumnya melibatkan penggunaan antibiotik, terutama jika gejalanya cukup berat atau berlangsung lebih dari 10 hari.
- Alergi
Alergi merupakan salah satu faktor penyebab sinusitis yang sering kali diabaikan, padahal kondisi ini dapat memperburuk atau bahkan memicu terjadinya infeksi pada rongga sinus. Alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat yang sebenarnya tidak berbahaya, seperti serbuk sari, debu, atau bulu hewan. Reaksi ini menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan, termasuk rongga sinus, yang kemudian dapat mengganggu fungsi normal sinus dan meningkatkan risiko infeksi. Sinusitis yang dipicu oleh alergi biasanya disebut sebagai sinusitis alergi atau sinusitis rhinitis. Pada kondisi ini, alergen yang terhirup akan menyebabkan terjadinya inflamasi atau peradangan pada mukosa (selaput lendir) yang melapisi rongga sinus dan saluran hidung. Proses inflamasi ini dapat menghambat aliran lendir dari sinus, menyebabkan penumpukan lendir yang memperburuk gejala dan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Beberapa alergen yang sering menjadi pemicu sinusitis alergi meliputi debu rumah, serbuk sari, jamur, bulu hewan peliharaan, serta zat kimia atau polusi udara. Ketika seseorang terpapar alergen ini, tubuh melepaskan histamin, suatu zat kimia yang menyebabkan peradangan dan meningkatkan produksi lendir. Lendir yang berlebih ini dapat menyumbat saluran sinus, yang dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri atau virus.
- Faktor Lingkungan dan Polusi
Polusi udara, khususnya polutan seperti partikel debu halus (PM2.5), ozon, dan nitrogen dioksida (NO2), telah terbukti memiliki dampak negatif terhadap kesehatan saluran pernapasan, termasuk peningkatan risiko sinusitis. Penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of Environmental Health Perspectives mengungkapkan bahwa paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat merusak lapisan pelindung saluran pernapasan dan sinus, mempermudah infeksi, serta menyebabkan peradangan kronis pada rongga sinus. Partikel polutan yang terhirup dapat merusak membran mukosa pada saluran hidung dan sinus, menyebabkan penyumbatan dan gangguan dalam proses drainase lendir dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme patogen, baik itu virus, bakteri, maupun jamur, yang dapat memicu infeksi sinus.
- Kelainan Anatomi
Beberapa kelainan anatomi pada hidung, seperti deviasi septum nasal atau polip hidung, dapat menyebabkan penyumbatan aliran udara ke dalam rongga sinus, sehingga memudahkan terjadinya infeksi dan peradangan. Septum nasal adalah dinding pemisah antara rongga hidung kanan dan kiri. Ketika septum nasal mengalami deviasi atau penyimpangan, saluran hidung bisa menjadi lebih sempit di satu sisi, menghalangi aliran udara dan drainase sinus. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan lendir dalam rongga sinus yang pada akhirnya dapat memicu peradangan dan infeksi. Sedangkan polip hidung adalah benjolan yang terbentuk dari jaringan mukosa hidung atau sinus. Polip ini dapat menyumbat saluran sinus, menghalangi aliran lendir, dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan bakteri, jamur, atau virus. Kondisi ini sering kali berhubungan dengan penyakit peradangan kronis, seperti sinusitis kronis atau rhinitis alergi.
Pengobatan Sinusitis
- Pengobatan Simptomatik
Untuk mengatasi gejala ringan hingga sedang, beberapa tindakan dapat membantu meredakan ketidaknyamanan. Penggunaan dekongestan, seperti pseudoephedrine, dapat membantu mengurangi penyumbatan hidung, sementara analgesik seperti parasetamol atau ibuprofen dapat mengurangi rasa sakit dan demam. Dekongestan, baik dalam bentuk oral maupun semprot hidung, merupakan obat yang sering diresepkan untuk mengurangi pembengkakan pada lapisan sinus dan mengembalikan aliran udara yang normal. Obat seperti pseudoefedrin (oral) atau oksimetazolin (semprot hidung) bekerja dengan cara menyempitkan pembuluh darah di lapisan hidung, sehingga mengurangi pembengkakan jaringan. Analgesik seperti parasetamol dan ibuprofen dapat membantu meredakan gejala nyeri wajah, sakit kepala dan ketidaknyamanan di sekitar rongga sinus. Larutan saline dapat membantu meningkatkan drainase sinus, sehingga mengurangi tekanan dan rasa tidak nyaman akibat penumpukan lendir. Irigasi nasal sangat bermanfaat untuk pasien sinusitis akut maupun kronis, terutama mereka yang memiliki alergi atau sering terpapar polusi udara.
- Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid dalam bentuk obat semprot hidung atau obat oral dapat membantu mengurangi peradangan pada sinus, terutama pada pasien dengan sinusitis alergi atau sinusitis kronis. Kortikostreoid bekerja dengan mengurangi peradangan di saluran hidung, sehingga membantu membuka saluran sinus dan memperbaiki drainase lendir. Obat ini aman untuk penggunaan jangka panjang jika digunakan sesuai anjuran dokter. Kortikosteroid juga efektif dalam mencegah kekambuhan gejala pada pasien dengan sinusitis alergi.
- Perawatan Komplementer
Selain pengobatan medis, perawatan komplementer seperti terapi uap, akupunktur, atau penggunaan minyak esensial tertentu dapat membantu meredakan gejala sinusitis. Terapi uap atau inhalasi uap adalah metode sederhana yang sering digunakan untuk meredakan hidung tersumbat dan memperbaiki aliran lendir di sinus. Uap air yang hangat membantu melembapkan saluran pernapasan, melonggarkan lendir yang kental, dan mengurangi pembengkakan pada mukosa hidung. Beberapa pasien juga menambahkan minyak esensial, seperti minyak kayu putih atau peppermint, untuk meningkatkan efek dekongestan. Akupunktur, salah satu terapi tradisional Tiongkok, melibatkan penusukan jarum tipis pada titik-titik tertentu di tubuh untuk mengembalikan keseimbangan energi. Pada pasien dengan sinusitis, akupunktur dipercaya dapat meredakan nyeri wajah, memperbaiki sirkulasi darah di sinus, dan mengurangi peradangan.
- Pembedahan
Meski sebagian besar kasus sinusitis dapat diobati dengan terapi non-bedah, seperti obat-obatan dan perawatan suportif, ada kondisi tertentu yang memerlukan intervensi pembedahan. Prosedur ini bertujuan untuk membuka saluran sinus yang tersumbat dan memungkinkan drainase lendir yang lebih baik. Operasi endoskopik sinus adalah salah satu teknik yang sering digunakan. Teknik ini menggunakan endoskop yang dimasukkan melalui hidung untuk mengakses dan membersihkan rongga sinus tanpa sayatan eksternal. Tujuannya adalah untuk membuka saluran sinus yang tersumbat, menghilangkan jaringan yang meradang, dan memperbaiki drainase lendir. Studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Rhinology menunjukkan bahwa FESS (Functional Endoscopic Sinus Surgery) efektif dalam mengurangi gejala sinusitis kronis dan meningkatkan kualitas hidup pasien hingga 80–90%.
Sinusitis adalah kondisi yang umum terjadi dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi virus, bakteri, dan reaksi alergi. Sinusitis yang tidak diobati dengan benar dapat berkembang menjadi masalah kronis atau menyebabkan komplikasi serius. Oleh karena itu, deteksi dini dan pengobatan yang sesuai merupakan langkah penting untuk mencegah gangguan kesehatan lebih lanjut. Jika Anda mengalami gejala sinusitis, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.