Tak Hanya di Orang Dewasa, Lupus juga Bisa Muncul pada Anak-Anak
Merdeka.com - Penyakit lupus merupakan salah satu jenis penyakit autoimun yang menyerang kekebalan tubuh sendiri. Walau cukup jarang terjadi, penyakit ini juga bisa menyerang anak-anak.
Dokter spesialis anak Rumah Sakit UI, dr. Annisa Rahmania Yulman, Sp.A menjelaskan bahwa penyakit lupus juga bisa menyerang anak-anak.
“SLE (systemic lupus erythematosus) ini bisa muncul di segala usia. Namun memang jarang sekali terjadi di bawah lima tahun. Biasanya prevalensi akan semakin meningkat ketika anak melebihi usia 10 tahun atau melewati masa dekade pertamanya. Sehingga pada anak, usia yang sering mengalami itu remaja,” kata Annisa beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
-
Kenapa lupus bisa menyerang anak? Pada beberapa orang, sistem kekebalan tubuh membuat antibodi berbalik menyerang sel-sel tubuh sendiri. Hal ini menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan dalam tubuh.
-
Gejala apa yang sering dialami anak lupus? Beberapa gejala penyakit lupus pada anak yang umum adalah:AnemiaRuam berbentuk kupu-kupu pada hidung dan pipi wajah (ruam malar)KelelahanDemamRambut rontokKehilangan selera makanMasalah memoriJari pucat, biru atau merah dipicu oleh kedinginan, stres atau penyakit (fenomena Raynaud)Meningkatnya ruam di kepala, lengan, dada atau punggung Ruam yang disebabkan oleh sinar matahariLuka di mulut atau hidungKelenjar bengkakSendi bengkak atau nyeri (radang sendi)Penurunan berat badan
-
Bagaimana cara mencegah lupus pada anak? Meskipun penyebab pasti lupus belum sepenuhnya dipahami dan tidak ada cara yang pasti untuk mencegah penyakit ini. Namun ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengelola penyakit dan menghindari faktor-faktor yang dapat memicu gejala lupus pada anak.
-
Siapa yang rentan terkena lupus? SLE pediatrik paling sering berkembang pada anak-anak usia 12 hingga 14 tahun.
-
Siapa yang rawan terkena lupus? Lupus lebih sering terjadi pada wanita, terutama mereka yang berusia antara 15 hingga 45 tahun.
-
Bagaimana lupus memengaruhi sistem tubuh? Pada lupus, sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehatnya sendiri, menyebabkan peradangan kronis yang dapat menyebabkan kerusakan organ dan gangguan fungsi tubuh yang serius.
“Sama seperti pada dewasa, memang yang sering terkena adalah perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Walaupun pada anak-anak dikaitkan dengan estrogen pada perempuan, tapi pada pre-pubertas pun di mana kadar estrogennya belum terlalu tinggi, anak-anak perempuan juga kita lebih banyak mengalami,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Annisa juga mengatakan bahwa gejala lupus pada anak-anak juga tidak berbeda seperti yang dialami oleh orang dewasa. Gejalanya bisa mengalami fatigue atau mudah lemas, demam, perubahan berat badan, nyeri otot atau nyeri tekan, dan pembesaran kelenjar.
“Gejala spesifik organnya itu pada anak-anak biasanya gejala awalnya kok tiba-tiba bengkak di area ujung-ujung jari, pergelangan atau lutut. Kemudian kulit juga bisa timbul kemerahan di area pipi, sangat sensitif dengan sinar matahari, dan sariawan berulang juga termasuk yang sering pada anak,” jelasnya.
Selain itu, Annisa juga menjelaskan bahwa anak yang mengidap lupus juga bisa mengalami masalah pada ginjal dari 27 hingga 59 persen. Gejala yang dialami misalnya urin berwarna coklat seperti teh dan urin semakin sedikit.
“Kalau diperiksakan di laboratorium biasanya juga kita lihat adanya kebocoran protein dalam urin. Ini merupakan indikasi dilakukannya biopsi atau pemeriksaan lanjutan untuk melihat gambaran ginjal anak,” kata Annisa.
Annisa mengatakan gejala neurologis juga cukup sering ditemui pada anak-anak dengan lupus. Mereka akan mengalami kesulitan dalam konsentrasi dan berpikir, kebingungan atau kehilangan memori, depsis atau kecemasan, nyeri kepala, kejang, kebas, hingga kepanasan atau kesemutan pada tangan dan kaki.
“Mata juga termasuk gejala yang sering pada anak. Biasanya ditemukan mata kering yang mudah diidentifikasi. Kemudian kita juga sering temui gejala hematologi. Jadi anaknya ini tampak pucat, gampang memar, terus bintik-bintik merah,” terangnya.
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, Annisa mengimbau agar para orang tua segera memeriksakan anaknya ke dokter bagian alergi dan imunologi. Jika tidak ada, orang tua juga bisa pergi ke bagian dokter anak umum.
“Dari dokternya itu biasanya minimal 4 dari 11 kriteria positif menunjukkan 96 persen sensitivitas dan 96 persen spesifisitas untuk mendiagnosis SLE. Meskipun diagnosis ini sangat sulit, butuh waktu. Tapi dengan gejala yang semakin sering atau semakin nyata terlihat itu bisa diidentifikasi cepat untuk mendapatkan pengobatan,” tutur Annisa.
“Jika anak menderita lupus, karena ini pengobatan jangka panjang kemudian mengalami kerusakan berbagai organ, jadi kita pemantauannya itu harus komprehensif dan disiplin. Jadi harus sabar sebagai orang tua atau anaknya mengikuti program atau tata laksana yang sudah dianjurkan,” sarannya.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lupus merupakan penyakit jangka panjang (kronis). Penyakit ini mempengaruhi setiap orang secara berbeda, termasuk anak-anak.
Baca SelengkapnyaPada anak penderita kanker, kondisi leukimia atau kanker darah bisa menunjukkan sejumlah tanda yang perlu dikenali.
Baca SelengkapnyaSejumlah masalah kesehatan kulit yang dialami oleh bayi dan anak bisa rentan dialami karena sejumlah alasan.
Baca SelengkapnyaKanker adalah penyakit yang ditakuti oleh banyak orang, terutama orang tua yang memiliki anak. Ya, kanker bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak.
Baca SelengkapnyaEksim pada anak-anak atau dermatitis atopik merupakan kondisi kulit yang umum dan sering kali menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua.
Baca SelengkapnyaSejumlah anak yang menjalani oleh cuci darah ini bisa disebabkan karena obesitas yang dialami anak.
Baca SelengkapnyaKusta adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini dapat mempengaruhi kulit, saraf tepi, hingga pernapasan.
Baca SelengkapnyaPenyakit menular disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang dapat menyebar dari satu orang ke lainnya, termasuk anak-anak.
Baca SelengkapnyaMasalah lutut yang menyerang bukan kondisi eksklusif bagi lansia saja namun juga bisa dialami anak muda.
Baca SelengkapnyaPolusi udara yang meningkat di wilayah Jakarta dan sekitarnya membuat kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) terus meningkat.
Baca SelengkapnyaEksim dapat bersifat kronis, karena gejalanya dapat kambuh secara berkala.
Baca SelengkapnyaPenyakit lupus adalah salah satu jenis penyakit autoimun yang kompleks dan sering kali membingungkan karena gejalanya beragam.
Baca Selengkapnya