Mulai Siapkan Anak Berpuasa, Begini Tips dari Psikolog
Pada orangtua yang mulai mengenalkan dan mengajak puasa anak, terdapat sejumlah hal yang bisa diterapkan.
Pada orangtua yang mulai mengenalkan dan mengajak puasa anak, terdapat sejumlah hal yang bisa diterapkan.
-
Bagaimana cara buat anak senang berpuasa? Buat anak merasa senang dan bersemangat untuk berpuasa dengan menyiapkan makanan favoritnya untuk sahur dan berbuka.
-
Bagaimana memenuhi kebutuhan gizi anak saat berpuasa? Untuk memastikan kebutuhan gizi terpenuhi, Piprim menyarankan agar saat sahur dan berbuka puasa, anak-anak diberi makanan yang tinggi nutrisi. Ia juga menyarankan untuk mengisi setengah piring dengan sayuran dan buah-buahan, serta setengahnya lagi dengan makanan pokok dan lauk pauk.
-
Bagaimana cara agar anak tetap sehat saat puasa? Dengan memperhatikan asupan nutrisi yang baik dan memberikan dukungan yang tepat, anak-anak dapat belajar puasa dengan lancar dan tanpa mengganggu kesehatan mereka.
-
Apa manfaat melatih anak puasa? Salah satu manfaat utama melatih anak puasa adalah mengembangkan rasa cinta dan kecintaan pada bulan Ramadan.
-
Makanan apa yang baik untuk anak saat berpuasa? 'Sayangnya, banyak yang membombardir anak dengan makanan junk food. Junk food itu kan tinggi kalori tapi miskin nutrisi nanti larinya ke diabetes. Jadi usahakan makanan kaya nutrisi supaya anak tidak mengalami malnutrisi,' papar Piprim.
-
Apa tips untuk mengajarkan salat pada anak? Memasuki usia tujuh tahun, wajib bagi anak untuk salat. Selalu ingatkan dan beri pujian jika anak melakukan tepat waktu. Bila anak lalai, berikan konsekuensi atau hukuman.
Mulai Siapkan Anak Berpuasa, Begini Tips dari Psikolog
Memasuki bulan suci Ramadan, banyak orang tua yang ingin melibatkan anak-anak mereka dalam praktik berpuasa. Namun, mempersiapkan anak untuk berpuasa bukanlah tugas yang mudah. Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Novi Poespita Candra, memberikan beberapa tips penting bagi orang tua yang ingin melatih anak-anak mereka untuk mulai berpuasa.
"Cara mempersiapkan anak berpuasa adalah dengan mendiskusikan terlebih dahulu dengan anak kita mengapa puasa itu harus dilakukan. Pemahaman pada anak akan terjadi bukan dengan menasehati atau mendoktrin," terangnya beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Langkah pertama yang disarankan oleh Novi adalah memberikan pemahaman yang baik kepada anak tentang makna dan manfaat puasa. Ini tidak bisa dilakukan dengan sekadar memberi nasehat atau mendoktrin.
Sebaliknya, anak-anak perlu diberi pemahaman yang mendalam tentang makna puasa serta manfaat yang dapat diperoleh, seperti kesehatan dan pengendalian diri. Orang tua juga diimbau untuk mengarahkan anak-anak menuju kesadaran bahwa puasa juga merupakan kesempatan untuk berbuat baik kepada orang lain, misalnya dengan bersedekah.
Setelah memberikan pemahaman tentang puasa, orang tua harus membuka dialog dengan anak-anak untuk membahas kemungkinan mencoba puasa bersama-sama. Penting untuk mencapai kesepakatan tentang jenis puasa yang akan dicoba, apakah penuh, setengah hari, atau lainnya.
Novi menekankan pentingnya membuat kesepakatan ini menjadi momen yang spesial dengan mengadakan perayaan sederhana untuk menyambut bulan Ramadan.
"Ketika kesepakatan sudah terjalin, buat semacam perayaan sederhana dalam menyambut Ramadhan agar anak-anak merasa bahwa momentum ini adalah momentum yang menantang untuk dicoba," ujarnya.
Selanjutnya, orang tua perlu memberikan ruang kepada anak-anak untuk merefleksikan pengalaman mereka selama berpuasa. Anak-anak dapat diminta untuk berbagi kesan dan pengalaman mereka, seperti waktu terberat selama berpuasa, bagaimana mereka mengatasi tantangan tersebut, dan apa yang mereka rasakan. Dari refleksi ini, anak-anak akan merasa bahwa berpuasa memiliki makna yang dalam bagi diri mereka sendiri dan orang lain di sekitar mereka.
Novi juga menekankan pentingnya melatih anak-anak berpuasa secara bertahap sesuai dengan kemampuan masing-masing agar kesehatan mereka tetap terjaga. Bagi anak-anak yang masih dalam masa pembelajaran, puasa tidaklah wajib, terutama jika kesehatan mereka membutuhkan asupan makanan dan minuman yang cukup.
"Sebenarnya kan ada kaidah agamanya bahwa yang berpuasa penuh adalah yang Akil Baligh. Bagi anak-anak sifatnya belum wajib karena sedang belajar, apalagi kondisi kesehatannya sangat membutuhkan asupan air dan lain-lain," terangnya.