Momen Rachmat Irianto Tak Kuasa Menahan Tangisnya di Pemakaman Sang Ayah, Bejo Sugiantoro
Rachmat Irianto, gelandang Persib Bandung, tak mampu menahan air matanya saat berdiri di depan makam ayahnya, Bejo Sugiantoro.

Rachmat Irianto, gelandang Persib Bandung, tidak dapat menahan air mata saat berada di depan makam ayahnya, Bejo Sugiantoro. Ia mengekspresikan kesedihannya yang mendalam di tempat peristirahatan sang ayahanda. Bejo Sugiantoro, yang dikenal sebagai legenda Persebaya Surabaya dan Timnas Indonesia, meninggal dunia secara mendadak dan mengejutkan banyak orang.
Tak ada yang menduga bahwa pria yang memiliki nama lengkap Soegijantoro ini akan pergi selamanya. Sungguh ironis, karena pada hari itu, ia hanya berniat untuk bermain fun football bersama teman-temannya, sebuah kegiatan yang menjadi rutinitasnya setelah pensiun dari dunia sepak bola.
Namun, takdir berkata lain. Tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya, ia tiba-tiba terjatuh, menyebabkan kepanikan di antara rekan-rekannya yang sedang bermain di lapangan Sier, Surabaya, pada tanggal 25 Februari 2025.
"Ada satu yang paham medis, dilihat lidahnya sudah terlipat ke dalam. Kami coba tarik dan panggil ambulance. Semua berdoa menunggunya sadar di lapangan. Tapi kami dikabarkan kalau beliau sudah berpulang," jelas Maura Hally, seorang legenda Persebaya lainnya yang turut bermain bersamanya. Kejadian ini tentu meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga dan para penggemar sepak bola di Indonesia.
Rachmat Irianto Menjemput Ayahnya di RS
Pada Selasa sore, suasana di rumah duka mulai dipenuhi oleh banyak orang. Beberapa tokoh sepak bola dari Persebaya Surabaya dan Deltras FC terlihat hadir untuk memberikan penghormatan terakhir di kediaman yang berlokasi di Taman Pondok Jati, Sidoarjo. Rachmat Irianto, yang lebih dikenal dengan sapaan Rian, berangkat menuju Rumah Sakit Royal Surabaya. Ia pergi untuk menjemput ayahnya yang telah meninggal dunia dan terbaring kaku.
Setibanya di rumah, Rian menunjukkan ekspresi kesedihan yang mendalam. Ia tampak murung dan matanya menatap dengan penuh rasa kehilangan terhadap kepergian sosok ayah yang juga merupakan idolanya. Dalam momen yang penuh emosi ini, Rian merasakan betapa beratnya kehilangan tersebut. Kenangan indah bersama sang ayah akan selalu terukir dalam ingatannya.
Ratusan Bonek Menemani Kepergiannya

Pagi itu, ratusan suporter Bonek berkumpul untuk melepas kepergian sosok legendaris. Di antara mereka, Hamim Gimbal dan Cak Tessy terlihat sebagai beberapa tokoh penting dari kalangan suporter. Selain itu, rekan-rekan seprofesinya juga hadir untuk memberikan penghormatan terakhir.
Di antara yang hadir adalah Mustaqim, Kurnia Sandy, Yusuf Ekodono, Uston Nawawi, Mat Halil, dan Ferril Raymond Hatu. Kehadiran tokoh-tokoh sepak bola seperti Haruna Soemitro, Amir Burhanuddin, dan Chairul Basalamah menambah suasana haru. Semua yang hadir merasakan kesedihan yang mendalam dan kehilangan yang tak tergantikan.
Adzan Rian Memecah Suasana Hening
Rachmat Irianto, sebagai satu-satunya putra di antara empat bersaudara, mengambil alih tanggung jawab untuk memimpin upacara pemakaman tersebut. Dengan kruk yang dipegangnya, ia mengumandangkan adzan dan Iqamah, suara Rian memenuhi suasana sunyi yang mengelilinginya. Suaranya yang merdu namun penuh getaran itu mencerminkan kesedihan yang mendalam akibat kehilangan sosok ayah tercinta.
Pria berusia 25 tahun ini kemudian bersimpuh di samping makam, air mata tak bisa ditahan lagi mengalir deras di pipinya. Dia terus menggenggam foto sang ayah sambil memandang tanah yang menutupi bayangan orang yang sangat dicintainya.