Profil
Slamet Abdul Sjukur
Slamet Abdul Sjukur lahir di Surabaya, Jawa Timur tanggal 30 Juni 1935. Dia adalah seorang komponis dari Indonesia. Dia disebut-sebut sebagai salah seorang pionir musik kontemporer Indonesia. Slamet dibesarkan dalam keluarga pedagang, semula dia diminta untuk menjadi apoteker karena ayahnya mempunyai toko obat, tapi Slamet menolak. Ketertarikannya terhadap musiknya didapat dari sang nenek, yang menginginkan dia bisa main piano seperti tetangga sebelah. Selama 9 tahun sejak tahun 1944, Slamet mengikuti les piano.
Hal ini sekaligus menghindarkan diri dari ejekan teman-temannya, terhadap kakinya yang cacat yang dialaminya sejak usia 6 bulan karena ketika ia sakit panas kakinya dipijat. Slamet mulai menempuh pendidikan formalnya untuk semakin mendalami musik di Sekolah Musik Indonesia “Semind” Jogjakarta (1952-1956).
Enam tahun kemudian, Slamet mendapatkan beasiswa untuk belajar musik dari Pemerintah Prancis (1962-1967). Dia belajar organologi untuk semakin memperdalam pengetahuannya tentang piano di Ecole Normale de Musique. Namun nampaknya semua ilmu yang dia dapatkan dari pendidikan formal ini seolah hanya menjadi formalitas bagi Slamet, Slamet lebih banyak mengembangkan cara-cara sendiri dalam bermusik. Dia mengajarkan pada banyak orang bahwa musik sesungguhnya dimulai dari diam atau tidak ada bunyi sama sekali.
Bagi Slamet, lantunan musik adalah tepukan tangan pada mulut yang terbuka, gesekan kain panjang kaum perempuan ketika berjalan, bunyi gesekan sapu di jalanan, bahkan juga bunyi ketiak yang ditutup dengan telapak tangan. Musik pada hakekatnya bukan monopoli milik orang musik saja. Musik adalah milik semua orang dan bisa dimainkan dengan alat apa saja. Bahkan desir angin, gesekan daun, gemericik air, itu semua sebenarnya sudah musik. Slamet yang aneh, cuek, yang selalu berkarya dengan kemauannya sendiri. Hal inilah yang menjadi ciri khasnya dan membuat dia semakin dicintai dengan karya hebatnya.
Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh